1.1 Pengertian Pelatihan dan
Pengembangan SDM
Pelatihan
dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan,
organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat
atau akan dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam instansi pendidikan,
pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja
para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum mampu untuk mengemban
pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn pendidikan.
Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan mungkin sudah
memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya, tapi secara aktüal para pekerja
pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan pendidikan sesuai
dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong
pihak instansi pendidikan untuk memfasilitasi pelatihan dan pengembangan karir
para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan hasil kinerja yang baik.
Pelatihan (training) adalah proses
pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir
sehingga tenaga kerja non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan
teknis untuk tujuan tertentu. Pelatihan kerja menurut undang-undang No.13 Tahun 2003 pasal I
ayat 9. adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,
serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan dan pekerjaan. [1]
Kegiatan manajemen SDM tidak berakhir setelah
menyeleksi, menerima dan menempatkan pekerja, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar organisasi/perusahaan. Pada giliran berikutnya diperlukan kegiatan
manajemen SDM yang disebut dengan kegiatan orientasi dan pelatihan, terutama
untuk tenaga kerja baru, tetapi juga untuk yang lama apabila mendapat pekerjaan
atau jabatan baru. Pekerja lama yang dimaksud adalah yang mengalami promosi
dengan mendapat posisi/jabatan yang lebih tinggi (vertikal) atau yang
dipindahkan pada jabatan yang sama tingkatannya (horisontal).
Disamping itu, pengembangan dan pelatihan sebenarnya adalah dua kegiatan manajemen SDM yang berbeda. Dalam kondisi tenaga kerja yang ditempatkan belum memenuhi persyaratan, untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam jabatan/pekerjaannya, maka sering kedua kegiatan tersebut diselenggarakan secara berantai. Dari sudut pandang tradisional kedua kegiatan berantai itu, untuk pekerja jenjang bawah disebut pelatihan. Sedangkan untuk pekerja jenjang atas disebut pengembangan. Untuk kegiatan orientasi dan pelatihan dalam arti pengembangan ini, terdapat dalam kegiatan manajemen SDM yang disebut “pengembangan karier”.
Setiap penempatan seseorang pada posisi apapun dalam suatu perusahaan harus ada kesesuaian antara kemampuan dan tuntutan jabatannya/pekerjaannya. Jika terjadi perbedaan diantara keduanya, inilah yang disebut dengan kesenjangan prestasi yang dapat diatasi dengan pelatihan.[2]
Disamping itu, pengembangan dan pelatihan sebenarnya adalah dua kegiatan manajemen SDM yang berbeda. Dalam kondisi tenaga kerja yang ditempatkan belum memenuhi persyaratan, untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam jabatan/pekerjaannya, maka sering kedua kegiatan tersebut diselenggarakan secara berantai. Dari sudut pandang tradisional kedua kegiatan berantai itu, untuk pekerja jenjang bawah disebut pelatihan. Sedangkan untuk pekerja jenjang atas disebut pengembangan. Untuk kegiatan orientasi dan pelatihan dalam arti pengembangan ini, terdapat dalam kegiatan manajemen SDM yang disebut “pengembangan karier”.
Setiap penempatan seseorang pada posisi apapun dalam suatu perusahaan harus ada kesesuaian antara kemampuan dan tuntutan jabatannya/pekerjaannya. Jika terjadi perbedaan diantara keduanya, inilah yang disebut dengan kesenjangan prestasi yang dapat diatasi dengan pelatihan.[2]
Preffer & Upton (Nguyen &
Buyens, 2008) menyimpulkan bahwa kesuksesan dalam dunia yang semakin kompetitif
tidak lagi ditentukan oleh sumber daya fisik, melainkan oleh sumber daya
manusia (SDM).
Tanpa pelatihan, tentunya kebutuhan
organisasi akan sumber daya manusia yang berkualitas – baik saat ini maupun di
masa depan – sulit dipenuhi karena terjadi skills
gap, yang
merujuk pada perbedaan signifikan antara kemampuan organisasi saat ini dan
keahlian yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.Skills gap merupakan titik di
mana organisasi tidak lagi dapat tumbuh atau berkompetisi karena tidak dapat
mengisi pekerjaan penting dengan karyawan yang memiliki pengetahuan, keahlian,
dan kemampuan yang tepat.
Peranan
pelatihan dalam perusahaan telah disadari oleh para pemegang posisi manajerial
maupun oleh perusahaan itu sendiri. Office
Team Surveymenemukan bahwa 45% dari 500 Manajer HR di perusahaan dengan
karyawan yang berjumlah 20 orang atau lebih mengekspresikan perhatiannya
terhadap pelatihan dan pengembangan. [3]
1.2 Tujuan
Pelatihan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi
kepentingan jabatan saat ini. Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.Efek terhadap karir: Keterkaitan
dengan karir relatif rendah.
1.3 Tujuan
Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi
kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran: Peningkatan kinerja jangka
panjang. Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana. Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.
1.4 Jenis Pelatihan dan Pengembangan
SDM
1.
Pelatihan dan Pengembangan Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training)
merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya
relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian
yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada
sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2.
Pelatihan dan Pengembangan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah
subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para
karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja
yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya
bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin
computer atau akses internet
3.
Pelatihan dan Pengembangan Lintas
Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan
pekerjan yang ditugaskan.
4.
Pelatihan dan Pengembangan Tim.
Pelatihan tim
merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan
pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5.
Pelatihan dan Pengembangans Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas(creativitas training)
berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga
kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang
berdasar pada penilaian rasional dan.
1.5 Teknik-teknik pelatihan dan
pengembangan
Program-program
pelatihan dan pengembangan dirancang untuk meningkatkan perestasi kerja,
mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua
kategori pokok program pelatihan dan pengembangan manajemen.
1.
Metode praktis (on the job training)
2.
Teknik-teknik presentasi informasi dan
metode-metode simulasi (off the job training)
Masing-masing kategori mempunyai sasaran pengajaran
sikap konsep atau pengetahuan dan/atau keterampilan utama yang berbeda. Dalam
pemilihan teknik tertentu untuk dugunakan pada program pelatihan dan
pengembangan, ada beberapa trade offs. Ini
berarti tidak ada satu teknik yang selalu baik: metode tergantung pada sejauh
mana suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:
1.
Efektivitas biaya.
2.
Isi program yang dikehendaki
3.
Kelayakan fasilitas-fasilitas
4.
Preferensi dan kemampuan peserta
5.
Preferensi dan kemampuan instruktur atau
pelatih
6.
Prinsip-prinsip belajar
Teknik-teknik on the job merupakan
metode latihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan
baru dengan sepervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya
karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa digunakan dalam praktek
adalah sebagai berikut:
1.
Rotasi jabatan
2.
Latihan instruksi pekerjaan
3.
Magang (apprenticeships)
4.
Coaching
5.
Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan
pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk
menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik
presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap,
konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa digunakan
adalah:
1.
Metode studi kasus
2.
Kuliah
3.
Studi sendiri
4.
Program computer
5.
Komperensi
6.
Presentasi
Implementasi program pelatihan dan pengembangan
berfungsi sebagai proses transformasi. Pata tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih
diubah menjadi karyawan-karyawan yang berkemampuan dan berkulitas dalam
bekerja, sehingga dapat diberikan tanggungjawab lebih besar. [1]
Dampak
Apabila Perusahaan Tidak Memberikan Pelatihan Karyawan
Apabila pelatihan karyawan tidak dilakukan dalam suatu perusahaan,
maka akan terlihat pada gejala-gejala sebagai berikut:
– Sering berbuat kesalahan dalam bekerja.
– Hasil kerjaanya tidak memenuhi standard kerja perusahaan
– Munculnya rasa tidak puas dengan perusahan dan menjelek-jelekkan perusahaan.
– Tidak mampu menggunakan teknologi yang lebih canggih dalam bekerja.
– Produktivitas kerja tidak meningkat, bahkan menurun.
– Kesinambungan perusahaan tidak bisa dijamin.
– Loyalitas yang rendah terhadap perusahaan.
– Sering berbuat kesalahan dalam bekerja.
– Hasil kerjaanya tidak memenuhi standard kerja perusahaan
– Munculnya rasa tidak puas dengan perusahan dan menjelek-jelekkan perusahaan.
– Tidak mampu menggunakan teknologi yang lebih canggih dalam bekerja.
– Produktivitas kerja tidak meningkat, bahkan menurun.
– Kesinambungan perusahaan tidak bisa dijamin.
– Loyalitas yang rendah terhadap perusahaan.
Manfaat
Pelatihan Karyawan bagi Perusahaan
Manfaat kegiatan Pelatihan Karyawan sebagai berikut:
– Perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekarang.
– Perusahaan mempunyai SDM yang cakap melaksanakan pekerjaan.
– Perusahaan dapat menjawab tantangan perkembangan zaman.
– Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan prestasiyna.
– Mekanisme menggunakan teknologi baru dengan baik.
– Perusahaan dapat mempersiapkan karyawan-karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
– Perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekarang.
– Perusahaan mempunyai SDM yang cakap melaksanakan pekerjaan.
– Perusahaan dapat menjawab tantangan perkembangan zaman.
– Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan prestasiyna.
– Mekanisme menggunakan teknologi baru dengan baik.
– Perusahaan dapat mempersiapkan karyawan-karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Jadi, pelatihan dan pengembangan SDM di
sebuah perusahaan merupakan sebuah keharusan dalam memaksimalkan manajemen SDM
di perusahaan tersebut.[4]
Agar Pelatihan dan
Pengembangan Menjadi Efektif.
Diperlukan
strategi agar pelatihan dan pengembangan yang dijalankan perusahaan bisa
terukur dan tepat sasaran sehingga tidak membuat budget perusahaan secara
sia-sia. Berikut beberapa tips agar pelatihan dan pengembangan menjadi
efektif:
1.
Pastikan terlebih dahulu kebutuhan pelatihan dan
pengembangan. Anda harus tahu apakah kebutuhan yang diperlukan adalah kebutuhan
secara keseluruhan yang nantinya akan memberikan hasil yang nyata pada
karyawan yang ikut pelatihan atau justru hanya membuang uang. Usahakan materi
pelatihan memang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Jika karyawanAnda gagal
dalam beberapa aspek pekerjaannya, Anda bisa memberikan waktu dan kebutuhan
apa saja untuk karyawan tersebut supaya bisa melakukan pekerjaannya. Lihat pula
apakah karyawan tersebut memiliki bakat yang diperlukan perusahaan
2.
Buatlah konteks yang jelas untuk karyawan yang akan
melakukan pelatihan dan pengembangan. Anda harus memberikan informasi kepada
karyawan tentang mengapa ia membutuhkan keterampilan baru, peningkatan keterampilan
atau informasi yang dibutuhkan. Pastikan pula agar karyawan memahami hubungan
antara pelatihan dan pekerjaannya. Anda akan memberikan dampak pelatihan yang
lebih jauh jika karyawan melihat adanya hubungan antara pelatihan dan
kemampuannya untuk memberikan kontribusi pada pencapaian rencana bisnis
perusahaan.
3.
Tentukan pelatihan dan pengembangan yang relevan
dengan keahlian karyawan sehingga ia bisa memdapatkan informasi yang lebih
atau ia butuhkan untuk memperluas wawasan dan meningkatkan produktitasnya. Mungkin
Anda juga perlu untuk merancang sesi pelatihan internal karyawan jika tidak ada
provider pelatihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
4.
Dukung karyawan pelatihan yang memiliki tujuan yang
terukur dan hasil tertentu yang akan ditransfer kembali ke pekerjaan. Buatlah
desain dari karyawan pelatihan yang telah menyatakan tujuan yang terukur dan
hasil tertentu tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa karyawan tersebut
telah mencapai keterampilan atau tertentu yang sesuai dengan tujuan. Dengan
informasi di tangan, karyawan akan tahu persis apa yang bisa dia harapkan dari
sesi pelatihan. Karyawan juga akan memiliki cara untuk menerapkan pelatihan di
tempat kerjanya.
5.
Berikan informasi pada karyawan tentang apa isi sesi pelatihan,
siapa saja yang akan terlibat, dan sebelum pelatihan jelaskan apa yang diharapkan
dari karyawan pada sesi pelatihan. ini akan membantu mengurangi kecemasan
karyawan yang akan menerima sesuatu yang baru. Jika dia tahu apa yang
diharapkan, dia akan focus pada proses pembelajaran dan penstransferan materi
pelatihan. Cara itu untuk menghindari ketidaknyamanan karyawan yang tidak
mengetahui tentang sesi pelatihan, apa yang diharapkan, dan sebagainya.
Berilah
kejelasan pada karyawan bahwa pelatihan tersebut adalah tanggung jawabnya dan
dia harus serius menjalani sesi pelatihan. Dengan begitu, karyawan akan lebih
termotivasi menjalani sesi pelatihan sehingga ia menyelesaikan pelatihan
hingga sesi pelatihan selesai. Tentu setiap perusahaan ingin agar karyawan
yang ikut pelatihan aktif dalam sesi pelatihan, bisa menyelesaikan tugas-tugas
di tempat pelatihan, bisa menerapkan ide-ide baru dan memiliki keterampilan
tambahan ketika sudah kembali bekerja.[5]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lutfiani, ita. 2014. Pelatuhan dan pengembangan Sumber
Daya manusia. Dalam: https://ahmadartkhoiri.wordpress.com/2015/02/03/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya-manusia/
[2] Aziz, Ahda S. 2011. Pelatihan dan pengembangan SDM.
Dalam:
http://ahdasaifulaziz.blogspot.co.id/2011/06/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya.html
[3] Anonim. 2013. Peran Pelatihan: Bagian dari Sistem Organisasi atau Hanya Pelengkap Saja? Dalam : http://portalhr.com/komunitas/opini/peran-pelatihan-bagian-dari-sistem-organisasi-atau-hanya-pelengkap-saja/
[4] Utomo, wisnu IDN Times. 2016. Pentingnya Pelatihan dan
Pengembngan SDM. Dalam: https://sleekr.co/panduan-hr/pentingnya-pelatihan-dan-pengembangan-sdm/
[5] Anonim, 2016. Agar Program Pengembangan dan Pelatihan
Berhasil. Dalam
http://humancapitaljournal.com/agar-program-pelatihan-dan-pengembangan-berhasil/
@A16-Sari
ReplyDeleteSetelah membaca artikel
Artikel ini sudah bagus.
saran : Mengenai Tata penulisan Daftar Pustaka mohon di cek kembali