41616110080
BAB
I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat
ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada
lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai
jenis pekerjaan.
Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat
Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14
tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan
obyek pembangunan. Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian
kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun
obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek
ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja
itu sendiri.
Pada umumnya ergonomi belum
diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama
disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
(hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf
pengenalan oleh khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya
baru pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan
tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun
begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan
dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan
penerapannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ergonomi
Ergonomi adalah komponen
kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan
kenyamanan kerja dalaam desain pekerjaan.
Contoh : suatu perusahaan kerajinan
mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja di meja kerja, mengatur tata
ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah penerangan,
mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan
pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga
kerja berkurang dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah
ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari
pemasaran.
Ergonomi mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah
satu upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan.
Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu
definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to
the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan
kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya.
B. Tujuan
Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan
ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan pada tingkat
individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system
serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
-
Adapun tujuan penerapan ergonomi
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan
mental dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah
penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial
dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang
lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan
rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem
manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
C. Ruang
lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan
dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan
temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7. Desain, dll
D. Manfaat
Ergonomi
1. Menurunnya angka kesakitan akibat
kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan
cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat
E. Metode-metode
Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara
dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian fisik pekerja, uji
pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik
pekerja
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku,
keletihan, sakit kepala dan lain-lain.
F. Pengembangan
penerapan ergonomi
1. Pengorganisasian kerja
- Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak
alamiah harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih
melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling
sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
- Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan,
maupun ke samping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan
seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.
- Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap
kerja dengan kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
- Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah
yang berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka
otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan
memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan
pekerjaan tangan.
2. Bangku atau meja kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang
buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja otot statis dan posisi
tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah
sebagai berikut :
- Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat
dilihat dengan mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin
kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area
kerja.
- Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja
lainnya harus ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar
gerakan-gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
- Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang
dengan pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan.
Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel,
sehingga sesuai bagi pemakainya.
3. Sikap kerja
·
Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian
rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan
tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu
sirkulasi darah.
·
Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat
setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat bekerja.
·
Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila
pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata adalah 0-30° vertical
kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri
4. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau
peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
5. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada
waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara
internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
6. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban
yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat
dan mengangkut adalah sebagai berikut :
1. Beban yang diperkenankan,jarak
angkut dan intensitas pembebanan.
2. Kondisi lingkungan kerja yaitu
keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
3. Keterampilan bekerja
4. Peralatan kerja beserta keamanannya
-
Cara-cara mengangkut dan mengangkat
yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetis yaitu :
1. Beban diusahakan menekan pada otot
tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah
dibebaskan dari pembebanan
2.
Momentum gerak badan dimanfaatkan
untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
1. Pegangan harus tepat
2. Lengan harus berada sedekatnya pada
badan dan dalam posisi lurus
3. Punggung harus diluruskan
4. Dagu ditarik segera setelah kepala
bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
5. Posisi kaki di buat sedemikian rupa
sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat
6. Beban diusahakan berada sedekat
mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat grafitas tubuh.
7. menjinjing
beban
Tabel 1 beban yang diangkat tidak
melebihi aturan yang ditetapkan
Jenis kelamin
|
Umur(th)
|
Beban yang disarankan (kg)
|
Laki-laki
|
16-18
|
1.5 - 2
|
>18
|
4
|
|
Wanita
|
16-18
|
1.2 – 1.5
|
>18
|
1.5 - 2
|
G. Keluhan-keluhan
di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi
a.
Ketidaktepatan kursi kerja,
menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan,
lutut, kaki, dan paha
-
Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
a.
Kelelahan yang sumber utamanya
adalah mata (kelelahan visual)
Mata merupakan indera yang mempunyai
peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.
b. Kebisingan
Pengaruh
kebisingan secara keseluruhan adalah:
·
Kerusakan pada indera pendengaran
·
Gangguan komunikasi dan timbulnya
salah pengertian
·
Pengaruh faal seperti gangguan
psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom
·
Efek psikologis
-
Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
-
Psikologis dan emotional
fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Sebab – sebab kelelahan:
1.
Monotomi
2.
Beban dan lama kerja
3.
Lingkungan
4.
Faktor kejiwaan
5.
Sakit, rasa sakit, gizi
|
Penyegaran:
1.
Kepemimpinan
2.
Manajemen
3.
Pehatian terhadap keluarga
4.
Perorganisasian kerja
5.
Kesehatan dan kesejahteraan
termasuk upah dan gizi
|
H. Waktu
bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja
a) Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8
jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam
hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat
khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja
demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat
dipertahankan.
b) Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
o istirahat
secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
o istirahat
curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
o Istirahat
yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
o Istirahat
oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau
prosedur-prosedur kerja
I. Upaya kesehatan kerja
1) Gizi dan produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan
kalori makanan yang cukup demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan
yang baik bagi pekerja adalah sebagai berikut :
a.
Makan pokok, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga
diharapkan dapat menjamin tenaga (kalori) yang besar pula
2. Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang
sesuai dengan selera keluarga
3. Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b. Lauk pauk, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau
mengganti bagian badan yang aus dan rusak
2. Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c.
Sayuran, yakni :
1. Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam
keadaan sehat atau mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit
2. Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya
kangkung, bayam, wortel, tomat, dll
d. Buah yakni;
1. Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran
2.
Di Indonesia buah terkenal sebagai
pencuci mulut
3. Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra
diluar waktu-waktu makan. Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya
sebab relative lebih murah
2) Penerangan
dan dekorasi
Penerangan dan dekorasi yaitu
keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas dasar faktor
kejiwaan.
o Intensitas penerangan
Tabel 2 Pedoman intensitas
penerangan
Pekerjaan
|
Contoh-contoh
|
Tingkat penerangan yang perlu
|
Tidak teliti
|
Penimbunan barang
|
80 - 70
|
Agak teliti
|
Pemasangan (tidak teliti)
|
170 – 350
|
Teliti
|
Membaca, menggambar
|
350 – 700
|
Sangat teliti
|
Pemasangan(teliti)
|
700–
10.000
|
o Warna di tempat kerja
Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan
penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan
psikologis yang optimal.
3) Pemeliharaan
pendengaran dan penggunaan musik
1. Kebisingan,efek dan pencegahannya
Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
·
Kerusakan pada indera pendengaran
·
Gangguan komunikasi dan timbulnya
salah pengertian
·
Pengaruh faal,seperti gangguan
psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom
·
Efek psikologis yaitu perasaan
terganggu dan ketidaksenangan
2. Musik dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan
kesegaran, tetapi musik tidak dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki
kebisingan tinggi, karena pada keadaan seperti itu musik menambah besarnya
gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum bekerja, Ketika bekerja, pada
waktu istirahat atau ketika pulang menurut keperluan.
4) Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran
jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka pembinaan kesegaran jasmani
perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan,
pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan
olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan
yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penerapan Ergonomi dalam desain pekerjaan di tempat kerja bertujuan agar
pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan
sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan
kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat,
membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam
pembinaannya. Ergonomi secara teknis merupakan bagian dari hygiene
kesehatan dan keselamatan kerja, namun sampai saat ini pengembangannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi
dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu
program untuk menggerakkan baik masyarakat industri maupun tradisional agar
ergonomi diterapkan secara luas.
Daftar Pustaka
Suma’mur, 1989, Ergonomi Untuk
Produktivitas Kerja, Jakarta: PT Temprint.
Gunawan,
Iwenas Jaya Lownata. 2014. Analisa Pekerjaan Dan Desain Pekerjaan Pada PT
Chandra ELC Di Sidoarjo. Agora Vol. 2, No. 1, (2014)
Suma’mur. 1981.
Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.
Husni, Lalu.
2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm
Diakses tanggal 8 Oktober 2016
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.