Sunday, June 18, 2023

Karakteristik dan Jenis Budaya Organisasi

 Karakteristik dan Jenis Budaya Organisasi



disusun oleh : Rizik Ibnu Thoriq (@AA08-rizik)

Abstrak

Budaya organisasi adalah representasi kolektif dari nilai-nilai, norma-norma, dan keyakinan yang melekat dalam suatu organisasi. Budaya organisasi yang kuat mampu memberikan panduan kepada anggota organisasi, mempengaruhi perilaku mereka, dan menciptakan identitas yang unik. Budaya yang sehat dan positif dapat meningkatkan kepuasan kerja, motivasi, dan keterlibatan anggota tim, serta mempromosikan kolaborasi dan inovasi. Selain itu, budaya organisasi yang adaptif dan responsif dapat membantu organisasi dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang muncul, mempercepat pengambilan keputusan, dan mendorong pembelajaran dan pengembangan berkelanjutan. Namun, penting untuk diingat bahwa budaya organisasi bukanlah sesuatu yang dapat diimplementasikan secara instan, tetapi memerlukan komitmen dari seluruh anggota organisasi untuk mengembangkannya secara bersama-sama. Dalam era globalisasi dan transformasi digital, budaya organisasi yang kuat dapat menjadi keunggulan kompetitif yang membedakan organisasi dari pesaingnya, serta menjadi landasan yang kokoh untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.

Kata kunci: budaya, organisasi, norma, globalisasi

Abstract

Organizational culture is a collective representation of the values, norms, and beliefs inherent in an organization. A strong organizational culture is able to provide guidance to organizational members, influence their behavior, and create a unique identity. A healthy, positive culture can increase job satisfaction, motivation, and team member engagement, and promote collaboration and innovation. In addition, an adaptive and responsive organizational culture can assist organizations in dealing with changes and emerging challenges, accelerate decision-making, and encourage continuous learning and development. However, it is important to remember that organizational culture is not something that can be implemented instantly, but requires commitment from all members of the organization to develop it together. In an era of globalization and digital transformation, a strong organizational culture can be a competitive advantage that differentiates an organization from its competitors, as well as a solid foundation for achieving long-term success.

Keywords: culture, organization, norms, globalization


Latar Belakang

Budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang membantu anggota organisasi memahami tindakan yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima dalam organisasi. Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, sebagai instrumen untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, cara mengalokasikan sumber daya organisasional, dan sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal. Hal yang paling mendasar dari budaya organisasi adalah sebagai sistem kontrol sosial bagi anggota organisasi untuk mengendalikan perilaku yang diharapkan agar sesuai dengan tujuan organisasi (Schein, 2004).

Konsep budaya telah menjadi hal yang utama dalam bidang antropologi sejak awal mula dan memperoleh perhatian dalam perkembangan awal studi organisasi. Konsep budaya dalam teori organisasi, merupakan salah satu dimensi dalam memahami perilaku organisasi. Konsep ini menjadi penting dalam teori ekonomi dan manajemen saat ini, dalam era globalisasi, ketika banyak perusahaan multinasional beroperasi diberbagai negara dengan berbagai ragam budaya yang berbeda. Kebutuhan untuk mendiagnosa dan mengelola budaya organisasi semakin penting karena meningkatnya kebutuhan untuk menggabungkan dan membentuk budaya organisasi yang berbeda sebagai perubahan sturktural yang telah terjadi. Semakin pentingnya budaya organisasi juga merupakan akibat dari meningkatnya ketidakpastian lingkungan eksternal dimana organisasi beroperasi. Organisasi cenderung mengembangkan budaya organisasi dominan dari waktu ke waktu karena mereka beradaptasi dan merespon tantangan dan perubahan lingkungan (Schein, 2004).

Menurut Robbins dalam Sutrisno, budaya organisasi berfungsi sebagai suatu pembeda bagi satu perusahaan dengan perusahan lainnya, sehingga mudah untuk dikenali oleh berbagai kalangan, baik bagi para pekerja itu sendiri sebagai identitas diri, konsumen atau pemangku kepentingan lainnya, kemudian dapat memberikan simbol kepada organisasi tersebut, serta menciptakan berbagai komitmen kerja antar karyawan yang dapat membantu pengembangan Sumber Daya Manusia yang unggul dan memenuhi segala kewajiabannya dalam bekerja tanpa diperintah secara paksa, sehingga akan memberikan kontribusi yang baik dalam mencapai kesuksesan dan menunjang terciptanya efektivitas dalam perusahaan. Kinerja perusahaan dan individu yang berada pada lingkup organisasi sangat dipengaruhi oleh penerapan budaya yang kuat dalam lingkungan yang bersaing (Brahmasari dan Siregar, 2009).

Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi?

2. Apa saja karakteristik budaya organisasi?

3. Apa saja jenis-jenis budaya organisasi?

Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi budaya organisasi

2. Untuk mengetahui karakteristik budaya organisasi

3. Untuk mengetahui jenis-jenis budaya organisasi

Pembahasan

A. PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI

Pratama (2012) mengungkapkan bahwa budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan organisasi dan dijadikan pedoman tingkah laku anggota-anggotanya dalam mengatasi masalahadaptasi eksternal dan integrasi internal. Robbins and Coulter (2010) menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan nilai, prinsip, tradisi dan cara bekerja yang dianut bersama sertamempengaruhi cara anggota organisasi bertindak.

Menurut Ernawan (2011), budaya organisasi merupakan gaya dan cara hidup dari suatu organisasi yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai atau kepercayaan yang selama ini dianut oleh seluruh anggota organisasi. Dalam hal ini budaya organisasi merupakan sebuah nilai-nilai, sistem makna bersama yang dianut oleh karyawan yang dapat mempengaruhi cara bertindak sebagai pedoman untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya yang berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan itu dalam bentuk organisasi, yaitu kerja sama antara beberapa orang yang membentuk kelompok atau satauan kerja sama tersendiri. Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan. Jones dalam Irham Fahmi mendefinisikan kultur organisasi sebagai sekumpulan nilai dan norma hasil berbagi yang mengendalikan interaksi anggota organisasi satu sama lain dan dengan orang di luar organisasi (Mulyadi, 2011)

Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sitem milainilai (values), keyakinan-keyakinan (biliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lam berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan maslahmasalah organisasinya. Dalam budaya orgnisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang perorang di dalam organisasi. Maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi (Mulyadi, 2011).

Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negative menghambat atau bertentangan atau bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Dalam perusahaan yang budaya organisasinya kuat, nilai-nilai bersama dipahami secara mendalam, dinaut, dan diperjuangkan oleh sebagian besar para anggota organisasi (karyawan perusahaan). Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan sebagaimana dinyatakan oleh Deal & Kennedy (1982) karena menimbulkan antara lain sebagai berikut:

1) Nilai-nilai kunci yang saling menjalin, tersosialisasikan, mengnternalisasi, menjiwai pada para anggota, dan merupakan kekuatan yang tidak tampak.

2) perilaku-perilaku karyawan secara tak disadari terkendali dan terkooordinasi oleh kekuatan yang informal atau tidak tampak.

3) para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi.

4) adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesertaan dalam hal-hal yang berarti sebagai bentuk partsipasi, pengakuan, dan penghormatan terhadap karyawan.

5) semua kegiatan berorientasi atau diarahkan kepada misi tujuan organisasi.

6) para karyawan merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat dan kontribusinya, yang sangat rewarding.

7) adanya koordinasi, integrase, dan konsistensi yang menstabilkan kegiatan-kegiatan perusahaan

8) berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek; pengarahan perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota untuk melaksakan nilai-nilai budaya.

9) budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.

Moorhead & Griffin (2014) “konsep dari suatu budaya organisasi adalah pertimbangan penggunaan nilai-nilai, symbolsimbol, dan bebrapa factor dalam budaya berkomunikasi kepada karyawan di dalam mencapai tujuan organisasi.”. Teori ini memberikan penjelasan bahwa ada bebrapa satuan nilai-nilai yang diberikan individu di dalam perusahaan. Nilai-nilai itu adalah yang baik dapat diterima dalam bentuk perilaku dana pa yang sulit diterima oleh pelaku.

Menurut Eldridge dan Crombie (1994) budaya suatu organisasi menunjukkan konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan, dan cara-cara berprilaku yang memberikan karakteristik cara kelompok dan individu bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya.19 Senada dengan Schwartz dan Davis dalam Wirawan, budaya organisasi merupakan pola kepercayaan dan harapan yang dianut oleh anggota organisasi. Kepercayaan dan harapan tersebut menghasilkan nilai-nilai yang dengan kuat membentuk perilaku para individu dan kelompok-kelompok organisasi. Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi.

A. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI

Menurut Robbins  (2010) ada tujuh karakteristik primer suatu budaya organisasi, yaitu :

1. Inovasi dan Pengambilan Risiko. Sejauh mana karyawan di dorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.

2. Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.

3. Orientasi Hasil. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam organisasi.

4. Orientasi terhadap OrangTim. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam organisasi.

5. Orientasi Tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim ketimbang pada individu-individu.

6. Keagresifan Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai

7. Kemantapan Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo daripada pertumbuhan.

Menurut Luthans (2011:72), karakteristik budaya organisasi terbagi menjadi 6, yaitu :

1. Peraturan-peraturan perilaku yang harus dipatuhi Peraturan yang ada harus dipatuhi dan dapat dijadikan pedoman oleh para anggota organisasi.

2. Norma-norma Aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi dan menentukan bagaimana cara bekerja.

3. Nilai-nilai yang dominan Keyakinan terhadap hal-hal yang diharapkan oleh anggota organisasi.

4. Filosofi Kebijaksanaan organisasi, cara memperlakukan anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan.

5. Aturan-aturan Petunjuk untuk melakukan tugas dalam organisasi.

6. Iklim organisasi Lingkungan dalam organisasi, perilaku hubungan antar anggota, hubungan organisasi dengan pihak luar

 

 

B. JENIS BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi dapat dibedakan menjadi empat jenis budaya organisasi: kolaborasi (klan), menciptakan (adhokrasi), bersaing (pasar) dan kontrol (hierarki) (Quinn dan Cameron, 1999)

a. Budaya yang berorientasi kolaborasi (klan): budaya yang mirip dengan keluarga, dengan berfokus pada pendampingan dan pengasuhan.

b. Budaya berorientasi menciptakan (adhokrasi): budaya yang dinamis dan memiliki ciri kewirausahaan, dengan berfokus pada pengambilan risiko dan inovasi.

c. Budaya berorientasi bersaing (pasar): budaya yang berorientasi pada hasil, dengan berfokus pada kompetisi dan prestasi.

d. Budaya berorientasi kontrol (hierarki): budaya yang memiliki hierarki terstruktur dan dikendalikan, dengan fokus pada efisiensi dan stabilitas

Selain jenis budaya dari Cameroon, terdapat juga menurut model Handy, ada 4 jenis budaya yang diikuti oleh organisasi (Handy, 1998):

1. Kekuatan

Ada beberapa organisasi yang memberikan kekuasaan tetap bagi karyawan untuk mengambil keputusan dalam organisasi, terutama karyawan yang mendapat hak istimewa di tempat kerja. Karyawan dianggap yang paling penting di tempat kerja dan merupakan pengambil keputusan utama. Individu-individu ini selanjutnya mendelegasikan tanggung jawab kepada karyawan lain. Dalam budaya seperti ini, bawahan tidak memiliki pilihan selain mengikuti instruksi atasan dengan ketat. Karyawan tidak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pandangannya atau membagikan ide-ide yang dimiliki di forum terbuka dan harus mengikuti semua yang dikatakan atasan.

2. Budaya Tugas

Organisasi menjadi tempat dalam tim yang dibentuk untuk mencapai target atau menyelesaikan masalah selaras dengan budaya tugas yang telah ditentukan. Dalam organisasi semacam itu, individu dengan minat dan spesialisasi yang sama berkumpul untuk membentuk sebuah tim. Umumnya terdapat 4 hingga 5 anggota di setiap tim. Dalam budaya yang demikian, setiap anggota tim harus berkontribusi secara merata dan menyelesaikan tugas dengan cara yang paling inovatif dan kreatif yang dapat memberikan hasil yang terbaik.

3. Budaya Pribadi

Ada organisasi tertentu di mana karyawan merasa pimpinan lebih penting daripada organisasi. Organisasi semacam itu mengikuti budaya yang dikenal sebagai budaya orang. Dalam budaya ini, individu lebih percaya tentang diri sendiri daripada organisasi. Karyawan hanya datang ke tempat kerja demi uang untuk memenuhi kebutuhan dan tidak pernah terikat pada organisasi. Karyawan tidak loyal terhadap manajemen dan tidak pernah mendukung organisasi dalam segala kegiatan yang dilakukan, seperti kurangnya partisipasi dari karyawan. Seharusnya karyawan itu harus bisa menjadikan organisasi sebagai prioritas.

4. Budaya peran

Budaya peran adalah budaya di mana setiap karyawan memiliki peran dan tanggung jawab sesuai dengan spesialisasi, kualifikasi pendidikan, dan minatnya untuk mengeluarkan yang terbaik dari dirinya. Dalam budaya seperti itu karyawan memutuskan hal terbaik yang dapat dilakukan dan rela menerima tantangan yang dianjurkan. Setiap individu bertanggung jawab atas sesuatu dan harus mengambil kepemilikan atas pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.


KESIMPULAN

Dalam kesimpulannya, budaya organisasi merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu organisasi. Budaya tersebut mencakup nilai-nilai, norma, praktik, dan perilaku yang dibagikan oleh anggota organisasi. Budaya organisasi dapat memberikan arah dan identitas kepada organisasi, mempengaruhi cara kerja anggota, dan berdampak pada kinerja keseluruhan. Budaya yang kuat, positif, dan sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, kepuasan kerja, dan daya tarik bagi karyawan dan calon karyawan. Namun, perubahan budaya organisasi juga memungkinkan dan dapat dilakukan dengan upaya yang sadar dan terencana. Oleh karena itu, organisasi perlu menyadari pentingnya budaya organisasi dan mengelolanya dengan baik guna mencapai kesuksesan jangka panjang.

 

Daftar Pustaka

Brahmasari, Ida Ayu. dan Peniel Siregar. 2009. “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Situasional dan Pola Komunikasi terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan pada PT. Central Proteinaprima Tbk”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 7, Nomor 1.

Cameron and Quinn. (1999). “Diagnosing and changing organizational culture: Based on the competing values framework, Reading, Mass: Addison Wesley”

Deal , T.E and Kennedy, A.A. 1982. Organizational Culture: The Rites and Rituals ofOrganization life, Addicosn-Wesley.

Eldridge. J. E. T and A. D. Crombie. 1994. Sociology of Organizations (Studies in Sociology). New York: Harper Collins Publishers Ltd.

Ernawan, Erni R. (2011). Organizational Culture Budaya Organisasi dalam. Perspektif Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Griffin, Ricky W., and Moorhead, Gregory., 2014. Organizational Behavior: Managing People and Organizations. Eleventh Edition. USA: South Western

Handy, C. 1998. Understanding Organisations, Penguin: Harmondsworth

Luthans, Fred. 2011. Perilaku organisasi. Yogayakarta : Andi.

Mulyadi, V. R. dan D. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh. Jakarta: penerbit Erlangga.

Schein, E.H. (2004) Organizational Culture and Leadership. 3rd Edition, Jossey-Bass, San Francisco.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.