Abstrak
Dalam dunia bisnis yang kompetitif,
memotivasi dan mempertahankan karyawan yang berkualitas menjadi prioritas utama
bagi perusahaan. Motivasi kerja karyawan memiliki peran krusial dalam
keberhasilan perusahaan, karena karyawan yang termotivasi cenderung bekerja
lebih keras, berkontribusi secara maksimal, dan mempertahankan loyalitas
terhadap perusahaan. Salah satu faktor yang dapat secara signifikan
meningkatkan motivasi kerja karyawan adalah pemberian reward (penghargaan) yang
tepat dan pengakuan atas prestasi yang dicapai. Dalam artikel ini, akan
dianalisis peran reward dan pengakuan dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan
serta dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
Kata Kunci : Motivasi kerja, reward, pengkuan, karyawan.
ABSTRACT
In the competitive world of
motivating business, retaining quality employees is a top priority for
companies. Employee motivation has a crucial role in the success of the
company, because motivated employees tend to work harder, contribute optimally,
and maintain loyalty to the company. One of the factors that can significantly
increase employee motivation is giving appropriate rewards and recognition for
achievements. In this article, we will analyze the role of rewards and
recognition in increasing employee motivation and their impact on company
performance.
Keywords: work motivation, rewards,
recognition, employees.
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang kompetitif,
motivasi kerja merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kesuksesan dan
keberlanjutan sebuah perusahaan. Karyawan yang termotivasi dan setia terhadap
perusahaan cenderung memberikan kinerja yang lebih baik, berkontribusi secara
aktif, dan memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam upaya meningkatkan motivasi kerja karyawan, perusahaan harus memperhatikan peran penting dari reward (penghargaan) dan pengakuan. Reward dan pengakuan adalah dua elemen yang saling terkait dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja dan kepuasan karyawan.
Reward merupakan bentuk penghargaan atau imbalan yang diberikan kepada karyawan sebagai hasil dari pencapaian atau kontribusi yang luar biasa. Reward dapat berupa bonus finansial, promosi jabatan, tunjangan, liburan, atau pengakuan publik atas prestasi kerja yang luar biasa. Dalam konteks ini, reward bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk mendorong karyawan agar mencapai target dan mempertahankan kinerja yang tinggi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan atas kerja keras dan dedikasi mereka.
Pengakuan, di sisi lain, merupakan bentuk pemberian perhatian dan penghargaan non-materiil kepada karyawan. Hal ini mencakup pengakuan verbal, pujian, ucapan terima kasih, penghargaan tertulis, atau peluang pengembangan karir. Pengakuan yang tepat waktu dan sesuai dengan pencapaian karyawan dapat meningkatkan rasa percaya diri, kepuasan kerja, dan motivasi mereka. Selain itu, pengakuan juga dapat memperkuat ikatan emosional antara karyawan dan perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang positif, dan membangun budaya perusahaan yang didasarkan pada penghargaan.
Namun, penting untuk diingat bahwa reward dan pengakuan tidak hanya berfungsi sebagai insentif semata. Mereka harus diberikan secara adil, transparan, dan berkelanjutan agar menciptakan dampak yang positif dalam jangka panjang. Perusahaan perlu merancang sistem reward dan pengakuan yang terstruktur dan terukur, yang mengakui pencapaian individu maupun tim, serta memastikan bahwa kriteria dan proses penilaian objektif dan dapat diakses oleh semua karyawan.
Dalam era digital dan globalisasi
saat ini, di mana persaingan bisnis semakin ketat, peran reward dan pengakuan
menjadi semakin krusial dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan. Artikel ini
akan mengeksplorasi lebih jauh mengenai pentingnya reward dan pengakuan untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawan.
Pembahasan
A. Pengertian
dan Komponen Motivasi Kerja
1. Pengertian
Motifasi Karyawan
Motivasi berasal dari kata Latin
“Movere” yang artinya dorongan atau daya penggerak. Menurut Veithzal Rivai
(2011:839), motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan
dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Selain itu, menurut
Purwanto dalam Pahlevi (2012:45) motivasi adalah “usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu
yang mencapai hasil atau tujuan tertentu”.
Motivasi kerja menurut Hasibuan
(2003:97) memiliki beberapa tujuan diantaranya mendorong gairah dan semangat
kerja karyawan, meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan, meningkatkan
produktivitas kerja karyawan, mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan
perusahaan, meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan, mengefektifkan
pengadaan karyawan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, meningkatkan
kreativitas dan partisipasi karyawan, meningkatkan tingkat kesejahteraan
karyawan, mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya dan
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Jadi dapat disimpulkan, motivasi
kerja adalah suatu kondisi yang menimbulkan dorongan atau membangkitkan
semangat kerja seorang karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Jenis – Jenis Motivasi Kerja
Ada dua jenis motivasi kerja, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif (Hasibuan, 2017).
1) Motivasi positif (insentif positif)
Motivasi positif maksudnya pemimpin memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baikbaik saja.
2) Motivasi negatif (insentif negatif)
Motivasi negatif maksudnya pemimpin
memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi
negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat
karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat
kurang baik.
a. Teori Motivasi menurut Abraham Maslow
Setiap manusia mempunyai needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan extrinsic factor), yang pemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu. Dengan kenyataan ini, kemudian A. Maslow (Kustrianingsih et al. 2016) membuat needs hierarchy theory untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut. Kebutuhan manusia diklasifikasi menjadi lima hierarki kebutuhan yaitu :
- Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang diperlukan seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, seperti makan, minum, bernafas, rumah, pakaian, dan kebutuhan jasmani lainya.
- Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan akan keamanan dari berbagai ancaman, seperti merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja, seorang pegawai membutuhkan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan sosial, dan jaminan hari tua jika tidak lagi bekerja.
- Kebutuhan sosial, setiap orang butuh bersosialisasi, berteman, dan beriteraksi, selain itu setiap orang inggin dicintai dan diterima dalam pergaulan kelompok organisasi dan lingkungannya.
- Kebutuhan akan penghargaan yaitu kebutuhan untuk dihormati,dan dihargai oleh orang lain, kebutuhan pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang, serta kebutuhan penghargaan prestasi dari kelompok organisasi, dan lingkungan masyarakat.
- Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan yang menggunakan kemampuan, keterampilan, kecakapan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
b. Teori Motivasi Mc Clelland
Teori
ini menyatakan bahwa seorang pegawai mempunyai cadangan energi potensial. Yang
dapat dilepaskan atau dikembangkan itu semua tergantung pada motivasi yang
mendorong pegawai serta didukung oleh situasi dan kesempatan yang tersedia.
Motivasi yang mengarahkan pada cadangan energy potensial terpusat pada tiga
bentuk kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (need of achievement) yaitu
kebutuhan yang mendorong pegawai untuk berprestasi bila target yang akan
dicapai nyata dan mempunyai peluang untuk diperoleh dan cenderung akan
menimbulkan kreatifitas pegawai, kebutuhan akan kekuasaan ( need of power)
yaitu keingginan seseorang untuk dapat mempengaruhi dan mengendaliakan orang
lain, dan kebutuhan akan afiliasi (need of affiliation) yaitu kebutuhan untuk
memperoleh hubungan social yang baik.
4. Faktor-Faktor Motivasi Kerja
Adapun menurut Afandi (2018) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu:
1) Kebutuhan hidup Kebutuhan untuk mempengaruhi hidup, yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makan, minum, perumahan, udara, dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berprilaku dan giat bekerja.
2) Kebutuhan masa depan Kebutuhan akan masa depan yang cerah dan baik sehingga tercipta suasana tenang, harmonis dan optimis.
3) Kebutuhan harga diri Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan penghargaan prestasi dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestasi timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa semangkin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam organisasi semangkin tinggi pula prestasinya.
4) Kebutuhan pengakuan prestasi kerja Kebutuhan atas prestasi kerja yang dicapai dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh.
B. Konsep
Reward dalam Manajemen SDM
Reward
dalam manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam
memotivasi karyawan di tempat kerja. Konsep reward mencakup pemberian
penghargaan dalam berbagai bentuk, baik secara finansial maupun non-finansial,
untuk menghargai kontribusi dan pencapaian karyawan. Shields (2016) menyatakan reward
adalah sesuatu yang
berwujud atau tidak berwujud yang
organisasi berikan kepada
karyawan baik sengaja
atau tidak sengaja sebagai imbalan
atas potensi karyawan
atau kontribusi atas
pekerjaan yang baik,
dan untuk karyawan yang
menerapkan nilai positif
sebagai pemuas kebutuhan
tertentu. Menurut Merchant dan
Stede (2016) sistem reward merupakan
hal penting karena mendorong definisi area hasil yang
diinginkan dan memotivasi karyawan untuk mencapai dan melebihi target kinerja.
Menurut
Matteson dalam Koencoro (2013:2) reward dibagi menjadi dua jenis yaitu reward extrinsik
dan reward intrinsik. Penghargaan
ekstrinsik (ekstrinsic rewards) adalah suatu penghargaan yang datang dari luar
diri orang tersebut. Penghargaan ekstrinsik terdiri dari penghargaan finansial
yaitu Gaji, Tunjangan, Bonus/insentif dan penghargaan non finansial yaitu penghargaan
interpersonal serta promosi. Penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) adalah suatu
penghargaan yang diatur oleh diri sendiri yang terdiri dari Penyelesaian
(completion), Pencapaian (achievement), dan Otonomi.
Pentingnya
reward yang adil dalam manajemen sumber daya manusia tidak bisa diabaikan. Meurut
Dewi dan Kurniawan (2017), mereka menekankan bahwa reward yang adil dan
transparan dapat menciptakan iklim kerja yang positif, memperkuat kepercayaan
karyawan terhadap organisasi, dan meningkatkan motivasi kerja mereka. Oleh
karena itu, manajemen sumber daya manusia perlu mengembangkan kebijakan dan
sistem reward yang transparan, objektif, dan berkelanjutan untuk meningkatkan
motivasi kerja karyawan.
Dalam
konteks reward, penting untuk memperhatikan keadilan dalam pembagian reward
kepada karyawan. Reward yang adil mengacu pada pemberian reward yang sesuai
dengan kontribusi dan pencapaian karyawan. Ketika karyawan merasa bahwa reward
yang mereka terima adil dan sebanding dengan upaya yang mereka berikan, mereka
cenderung merasa termotivasi untuk bekerja lebih keras dan berkontribusi secara
positif terhadap organisasi. Sebaliknya, ketidakadilan dalam reward dapat
berdampak negatif pada motivasi dan loyalitas karyawan.
a. Pengaruh
Reward terhadap Motivasi Kerja
Menurut
Musadieq dan Prasetya (2014) menyatakan bahawa reward memberikan pengaruh signifikan
terhadap motivasi kerja karyawan hal itu sesuai pendapat yang dikemukakan
Gitosudarmo (2000:226) yaitu salah satu dasar tujuan reward adalah memotivasi
anggota organisasi. Maksud dari pernyataan tersebut adalah sistem imbalan atau
reward dirancang oleh perusahaan bertujuan untuk memacu gairah kerja para
karyawannya supaya dapat meningkatkan prestasinya dalam bekerja. Motivasi kerja
karyawan akan terbentuk dengan adanya reward baik yang berasal dari gaji,
tunjangan, bonus, Penghargaan interpersonal.
C. Pengakuan
sebagai Faktor Motivasi
Pengakuan merupakan merupakan salah satu faktor pendorong motivasi kerja karyawan meningkat. Menurut Hafidz dan Hidayat (2015), pengakuan didefinisikan sebagai pemberian apresiasi atau penghargaan atas kontribusi atau pencapaian seseorang di tempat kerja. Ketika karyawan merasa diakui atas kinerja dan upaya mereka, mereka cenderung merasa termotivasi untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Dengan pengakuan tersebut, karyawan akan terus mencoba dan berusaha untuk meningkatkan lagi kinerjanya. Pengakuan tidak hanya bersifat materi, namun non materi pun akan memberikan kepuasan bagi kayawan yang berprestasi.
a.
Dalam
konteks motivasi kerja, terdapat beberapa jenis pengakuan yang dapat diberikan
kepada karyawan. Menurut Handayani (2018), jenis-jenis pengakuan antara lain:
- Umpan balik positif: Umpan balik positif adalah bentuk pengakuan yang diberikan melalui pujian dan apresiasi terhadap kinerja atau kontribusi karyawan. Umpan balik positif dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan memperkuat rasa percaya diri mereka.
- Penghargaan verbal: Penghargaan verbal melibatkan pemberian pujian secara lisan kepada karyawan atas prestasi atau kontribusi mereka. Penghargaan verbal yang tulus dan spesifik dapat meningkatkan motivasi intrinsik karyawan.
- Penghargaan tertulis: Penghargaan tertulis berupa catatan terima kasih, surat penghargaan, atau penulisan prestasi karyawan dalam bentuk tulisan. Menurut Wulandari (2017), penghargaan tertulis dapat memberikan dampak positif terhadap motivasi kerja karyawan, karena memberikan bukti konkret atas pengakuan yang diberikan.
- Promosi: Promosi merupakan pengakuan dalam bentuk peningkatan jabatan atau tanggung jawab yang lebih tinggi. Promosi dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan, karena memberikan pengakuan terhadap kemampuan dan kontribusi mereka.
b. Pengaruh
Pengakuan Terhadap Motivasi Kerja
Pengakuan
terhadap kinerja dan pencapaian seseorang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi kerja individu. Ketika seseorang merasa diakui dan dihargai
atas usaha dan prestasi yang telah mereka capai, hal itu dapat mempengaruhi
motivasi mereka untuk bekerja lebih baik dan mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Manurut
Prasetyo dan Wijayanti (2016) menunjukkan bahwa pengakuan dapat memberikan
dorongan emosional yang kuat bagi karyawan untuk mencapai hasil yang lebih baik
dalam pekerjaan mereka. Ketika karyawan merasa diakui atas kontribusi dan
pencapaian mereka, hal itu dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan
kerja mereka.
Selain
itu, menurut Indriantoro dan Supomo (2015) mengungkapkan bahwa pengakuan juga
dapat mempengaruhi motivasi intrinsik karyawan melalui peningkatan kepuasan
kerja. Ketika karyawan merasa diakui dan dihargai, mereka merasa lebih puas
dengan pekerjaan mereka dan cenderung lebih termotivasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
KESIMPULAN
Reward dan pengakuan memiliki peran krusial dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan dan mempertahankan loyalitas terhadap perusahaan. Reward yang tepat dan pengakuan atas prestasi yang dicapai dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras, berkontribusi secara maksimal, dan merasa dihargai. Pengakuan yang tepat waktu dan sesuai dengan pencapaian karyawan juga dapat memperkuat ikatan emosional antara karyawan dan perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang positif, dan membangun budaya perusahaan yang didasarkan pada penghargaan.
Pentingnya
reward dan pengakuan dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan tidak dapat
diabaikan, terutama dalam era digital dan persaingan bisnis yang semakin ketat.
Perusahaan perlu merancang sistem reward dan pengakuan yang adil, transparan,
dan berkelanjutan untuk mencapai dampak positif dalam jangka panjang. Reward
dan pengakuan bukan hanya sebagai insentif semata, tetapi juga sebagai bentuk
apresiasi dan penghargaan atas kerja keras, kontribusi, dan pencapaian
karyawan. Dengan memberikan reward dan pengakuan yang tepat, perusahaan dapat
memotivasi karyawan, meningkatkan kinerja perusahaan, dan mempertahankan
karyawan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, P. (2018).
Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Konsep dan Indikator). Riau: Zanafa
Publishing.
Indriantoro, N., &
Supomo, B. (2015). Pengaruh Pengakuan terhadap Kepuasan Kerja dan Motivasi
Intrinsik Karyawan. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 12(2), 114-123.
Handayani, A. (2018).
Pengaruh Umpan Balik Positif terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT. ABC.
Jurnal Bisnis dan Manajemen, 4(2), 153-162.
Hasibuan, Malayu. S.P.
2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Hasibuan, 2017,
Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan. Bumi Aksara, Jakarta.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2015). Pengaruh Pengakuan terhadap Kepuasan Kerja dan Motivasi Intrinsik Karyawan. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 12(2), 114-123.
Koencoro, Galih Dwi.
2013. Pengaruh Reward Dan Punishment Terhadap Kinerja. Skripsi. Universitas
Brawijaya.
Kustrianingsih MR,
Minarsih MM, Hasiholan
LB. 2016. Pengaruh motivasi
kerja, kepemimpinan, dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan
pada Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Semarang. Journal of Management
2(2):1–15
Indriantoro, N., &
Supomo, B. (2015). Pengaruh Pengakuan terhadap Kepuasan Kerja dan Motivasi
Intrinsik Karyawan. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 12(2), 114-123.
Merchant, K., &
Stede, W. (2016). Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Pahlevi, Resa Nur.
2012. Pengaruh Penerapan Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Pegawai Negeri
Sipil di Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Cilegon. Skripsi Sarjana pada Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang (online).
Prasetyo, B., &
Wijayanti, W. (2016). Pengaruh Pengakuan terhadap Motivasi Kerja Karyawan di
PT. XYZ. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 18(2), 146-156.
Veithzal Rivai. (2011).
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Shields, Jhon. 2016.
Managing Employee Performance and Reward, Second Edition. Cambride : Cambride
University Press.
Veithzal Rivai. (2011).
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.