Tuesday, May 23, 2023

OMPI Kuis 11 - Menggabungkan Komunikasi Formal dan Informal: Menemukan Keseimbangan yang Efektif dalam Organisasi

Oleh : Ika Devi Mayang Sari (@AA10-Ika)

Gambar 1. Mind Mapping Menggabungkan Komunikasi Formal dan Informal: Menemukan Keseimbangan yang Efektif dalam Organisasi

Abstrak

Artikel ini membahas pentingnya menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam organisasi untuk mencapai keseimbangan yang optimal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi di dalam organisasi dan membangun lingkungan kerja yang seimbang, efisien, dan inovatif. Metodologi yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur dan review video. Artikel ini mengemukakan bahwa komunikasi formal dan informal memiliki peran yang penting dalam keberhasilan dan efektivitas organisasi. Namun, memisahkan kedua jenis komunikasi ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan hambatan. Dalam artikel ini, juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan komunikasi formal dan informal, seperti struktur organisasi, budaya organisasi, dampak teknologi, dan peran pemimpin. Artikel ini memiliki implikasi praktis dalam meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi dan menciptakan lingkungan kerja yang positif.

Kata kunci: komunikasi, formal, informal, integrasi, keseimbangan, efektivitas komunikasi, lingkungan kerja.

Abstract

This article discusses the importance of integrating formal and informal communication within organizations to achieve optimal balance. Its aim is to enhance communication effectiveness within the organization and build a balanced, efficient, and innovative work environment. The methodology employed in writing this article includes literature review and video analysis. The article asserts that both formal and informal communication play crucial roles in organizational success and effectiveness. However, separating these two types of communication can lead to imbalances and barriers. The article also addresses factors influencing the balance between formal and informal communication, such as organizational structure, organizational culture, technological impact, and leadership roles. It concludes with practical implications for improving organizational communication effectiveness and fostering a positive work environment.

Keywords: communication, formal, informal, integration, balance, communication effectiveness, work environment.

 

I.          Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Komunikasi dalam organisasi memainkan peran krusial dalam keberhasilan dan efektivitasnya. Dalam lingkungan kerja, terdapat dua jenis komunikasi yang umumnya digunakan: komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal mengacu pada aliran informasi yang diatur secara resmi melalui saluran resmi dalam organisasi, seperti memo, laporan, dan rapat formal (Misztal, 2019). Di sisi lain, komunikasi informal terjadi secara spontan antara individu-individu dalam organisasi, seringkali melalui percakapan sehari-hari atau melalui saluran tidak resmi seperti obrolan di kafe atau koridor kantor. Meskipun kedua jenis komunikasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, memilih satu jenis komunikasi tunggal dalam organisasi dapat menghasilkan hambatan dan ketidakseimbangan. Oleh karena itu, artikel ini akan mengeksplorasi pentingnya menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam organisasi dan mencari cara efektif untuk mencapai keseimbangan yang optimal.

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap pentingnya komunikasi dalam organisasi semakin meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki komunikasi yang efektif cenderung mencapai tujuan mereka dengan lebih baik dan memiliki kinerja yang lebih tinggi secara keseluruhan (Nasr et al., 2021). Namun, pemisahan yang tegas antara komunikasi formal dan informal dalam organisasi dapat menyebabkan ketidakseimbangan. Misalnya, komunikasi formal yang terlalu kaku dan terbatas hanya pada saluran resmi dapat menghambat aliran informasi yang cepat dan inovasi di antara karyawan. Di sisi lain, terlalu banyak mengandalkan komunikasi informal dapat mengarah pada hilangnya keseragaman dan jangkauan pesan organisasi.

Untuk mencapai kesuksesan dalam komunikasi organisasi, penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara komunikasi formal dan informal. Menerapkan pendekatan yang fleksibel dan terbuka dalam komunikasi organisasi dapat memfasilitasi aliran informasi yang baik, meningkatkan kolaborasi, dan mempromosikan iklim kerja yang positif. Artikel ini akan meneliti beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menggabungkan komunikasi formal dan informal secara efektif dalam organisasi, dengan tujuan membangun lingkungan kerja yang seimbang, efisien, dan inovatif.

B.    Rumusan Masalah

Dalam artikel ini akan membahas seputar komunikasi formal dan informal dalam menemukan keseimbangan yang efektif dalam organisasi, maka dari itu rumusan masalah yang akan dibahas dalam artikel ini adalah sebagai berikut:

1.     Bagaimana penggabungan komunikasi formal dan informal dapat meningkatkan efektivitas komunikasi di dalam organisasi?

2.     Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan yang efektif antara komunikasi formal dan informal dalam konteks organisasi?

3.     Bagaimana penggunaan komunikasi formal dan informal dapat mempengaruhi motivasi dan keterlibatan karyawan?

4.     Apa dampak dari penggunaan teknologi dalam memfasilitasi integrasi komunikasi formal dan informal dalam organisasi?

C.    Tujuan

Artikel ini bertujuan menjelaskan pentingnya menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam organisasi serta menemukan keseimbangan yang efektif antara keduanya. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana penggabungan komunikasi formal dan informal dapat meningkatkan efektivitas komunikasi di organisasi, faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan antara keduanya, dampak penggunaan teknologi dalam integrasi komunikasi, serta pengaruh terhadap motivasi dan keterlibatan karyawan.

D.    Metodologi

Penulisan artikel ini menggunakan metodologi studi literatur dan review video sebagai pendekatan penelitian. Untuk mendapatkan data yang relevan, dilakukan pencarian artikel ilmiah dan literatur terkait melalui Google Scholar dan sumber-sumber online lainnya, seperti jurnal ilmiah, buku, dan dokumen terkait. Selain itu, video dari sumber-sumber terpercaya juga dijadikan sebagai referensi dalam penulisan artikel ini. Data yang diperoleh akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskripsi naratif dan sintesis guna menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

II.       Tinjauan Pustaka

Komunikasi formal dan informal merupakan dua aspek penting dalam dinamika komunikasi di dalam organisasi. Komunikasi formal mencakup saluran komunikasi resmi yang diatur melalui prosedur dan hierarki organisasi, seperti memo, laporan, dan rapat formal (Misztal, 2019). Di sisi lain, komunikasi informal terjadi secara spontan antara individu-individu di luar saluran resmi, seringkali melalui percakapan sehari-hari atau melalui saluran tidak resmi seperti obrolan di kafe atau koridor kantor (Nasr et al., 2021).

Penelitian terkini menunjukkan bahwa menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam organisasi dapat membawa manfaat yang signifikan. Misztal (2019) mengemukakan bahwa komunikasi informal dapat mempercepat aliran informasi, memfasilitasi kolaborasi, dan menciptakan iklim kerja yang positif. Selain itu, Nasr et al. (2021) menemukan bahwa penggabungan komunikasi formal dan informal dapat berkontribusi pada kinerja organisasi secara keseluruhan.

Di Indonesia, beberapa penelitian telah dilakukan untuk memahami pentingnya menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam konteks organisasi. Widayanti (2020) menemukan bahwa penggabungan komunikasi formal dan informal dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan efektivitas tim. Prasetyo (2018) juga menyoroti pentingnya komunikasi informal dalam meningkatkan kinerja organisasi dan memperkuat hubungan sosial antara individu-individu di dalam organisasi.

Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi lebih lanjut tentang pentingnya menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam organisasi, serta mencari cara efektif untuk mencapai keseimbangan yang optimal. Melalui tinjauan pustaka ini, kami berharap dapat memberikan wawasan yang berguna bagi praktisi dan akademisi dalam memahami dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang efektif dalam konteks organisasi.

III.     Pembahasan

A.    Meningkatkan Efektivitas Komunikasi melalui Penggabungan Formal dan Informal dalam Organisasi

Dalam konteks organisasi, komunikasi formal mengacu pada saluran komunikasi resmi yang diatur oleh struktur organisasi dan hierarki yang telah ditetapkan. Sementara itu, komunikasi informal terjadi secara spontan antara individu tanpa adanya batasan hierarki atau struktur formal (Permana, 2018). Perbedaan utama antara komunikasi formal dan informal terletak pada tingkat keformalan, aturan yang mengatur, dan saluran yang digunakan dalam proses komunikasi (Susanto, 2020).

Penggabungan komunikasi formal dan informal dalam organisasi dapat memberikan sejumlah keuntungan dan manfaat yang signifikan. Melalui penggabungan ini, organisasi dapat mencapai efektivitas komunikasi yang lebih baik dengan memanfaatkan kekuatan kedua bentuk komunikasi tersebut. Komunikasi formal memberikan kejelasan, struktur, dan tanggung jawab yang diperlukan dalam organisasi, sementara komunikasi informal memungkinkan adanya hubungan interpersonal yang lebih dekat dan penyebaran informasi yang lebih cepat (Widodo, 2021). Dengan mengintegrasikan komunikasi formal dan informal, organisasi dapat menciptakan iklim komunikasi yang seimbang dan efektif.

Untuk mengintegrasikan komunikasi formal dan informal dalam organisasi, terdapat beberapa strategi dan praktik yang dapat diterapkan. Salah satunya adalah menciptakan saluran komunikasi yang terbuka dan inklusif, di mana karyawan diberikan kesempatan untuk berbagi informasi dan pendapat secara formal maupun informal (Rahardjo, 2019). Selain itu, penggunaan teknologi komunikasi yang canggih seperti platform kolaborasi online atau media sosial internal dapat membantu memfasilitasi komunikasi informal dan memperkuat komunikasi formal (Sulistyo, 2022). Dengan adanya strategi dan praktik yang tepat, penggabungan komunikasi formal dan informal dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kooperatif, kreatif, dan efektif.

Terdapat beberapa studi kasus dan penelitian yang mendukung efektivitas penggabungan komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Sebagai contoh, penelitian oleh Susanto (2020) menemukan bahwa organisasi yang mampu mengintegrasikan komunikasi formal dan informal secara baik memiliki tingkat kepuasan karyawan yang lebih tinggi dan kinerja organisasi yang lebih baik. Studi lain oleh Widodo (2021) mengungkapkan bahwa penggunaan komunikasi formal dan informal yang terintegrasi dapat meningkatkan kolaborasi tim, inovasi, dan resolusi masalah dalam organisasi. Studi-studi ini memberikan bukti empiris tentang manfaat dan efektivitas penggabungan komunikasi formal dan informal dalam meningkatkan kinerja dan keberhasilan organisasi.

 

B.    Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Komunikasi Formal dan Informal dalam Organisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan komunikasi formal dan informal dalam organisasi meliputi struktur organisasi dan hierarki, budaya organisasi dan nilai-nilai, dampak teknologi, serta peran pemimpin dan manajemen. Struktur organisasi dan hierarki merupakan faktor penting yang mempengaruhi keseimbangan komunikasi formal dan informal dalam organisasi (Sudrajat, 2020). Struktur yang terlalu kaku dan hierarki yang kuat cenderung mendorong lebih banyak komunikasi formal, sedangkan struktur yang lebih fleksibel dan hierarki yang terbuka mungkin mendorong komunikasi informal yang lebih luas. Keseimbangan yang tepat antara komunikasi formal dan informal perlu dipertimbangkan dalam merancang struktur organisasi agar saluran komunikasi yang efektif dapat terjaga.

Budaya organisasi dan nilai-nilai yang dianut juga berperan dalam menentukan preferensi terhadap komunikasi formal atau informal (Astuti, 2019). Budaya yang lebih formal akan cenderung mendorong lebih banyak komunikasi formal, sedangkan budaya yang lebih santai dan informal dapat mendorong lebih banyak komunikasi informal. Nilai-nilai seperti transparansi, kolaborasi, dan partisipasi juga akan memengaruhi preferensi terhadap jenis komunikasi yang dominan dalam organisasi.

Dampak teknologi dan perkembangan komunikasi digital turut mempengaruhi keseimbangan komunikasi formal dan informal dalam organisasi (Sulistyo, 2021). Teknologi komunikasi yang semakin canggih memungkinkan adanya saluran komunikasi informal yang lebih mudah dan cepat, seperti pesan instan dan media sosial. Namun, penggunaan teknologi juga dapat mempengaruhi komunikasi formal melalui platform kolaborasi online dan alat komunikasi resmi. Perkembangan ini perlu dikelola dengan bijak untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara kedua bentuk komunikasi.

Peran pemimpin dan manajemen dalam menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan komunikasi formal dan informal sangat penting (Handayani, 2022). Pemimpin yang terbuka, komunikatif, dan mampu memfasilitasi komunikasi informal dapat menciptakan budaya yang mendukung integrasi komunikasi formal dan informal. Manajemen juga perlu memberikan panduan dan kebijakan yang jelas terkait penggunaan komunikasi formal dan informal dalam organisasi.

Dalam keseluruhan, faktor-faktor seperti struktur organisasi, budaya organisasi, teknologi, dan peran pemimpin dan manajemen saling berinteraksi dan mempengaruhi keseimbangan komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu organisasi menciptakan lingkungan komunikasi yang seimbang dan mendukung keberhasilan organisasi.

C.    Pengaruh Komunikasi Formal dan Informal terhadap Motivasi dan Keterlibatan Karyawan

Komunikasi formal dalam organisasi dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan keterlibatan karyawan (Pratama, 2020). Komunikasi formal yang jelas, terstruktur, dan terdokumentasi dapat memberikan panduan yang jelas bagi karyawan dalam menjalankan tugas mereka. Hal ini dapat meningkatkan kejelasan peran, memperkuat ekspektasi, dan memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, komunikasi formal yang efektif juga dapat meningkatkan keterlibatan karyawan dengan memberikan mereka informasi yang relevan, memfasilitasi partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

Di sisi lain, komunikasi informal juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap motivasi dan keterlibatan karyawan (Wulandari, 2021). Komunikasi informal yang berlangsung secara tidak resmi melalui hubungan antarpribadi dapat menciptakan iklim kerja yang positif, membangun kepercayaan, dan memperkuat relasi sosial di antara karyawan. Komunikasi informal juga dapat meningkatkan rasa keterhubungan dan kebersamaan di antara karyawan, sehingga memotivasi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam organisasi dan berkontribusi secara lebih signifikan.

Integrasi komunikasi formal dan informal menjadi penting dalam meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan (Handayani, 2022). Dengan mengintegrasikan komunikasi formal dan informal, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi, saling pengertian, dan kerjasama yang baik antara karyawan. Integrasi ini memungkinkan transfer informasi yang lebih cepat, penyelesaian masalah yang lebih efektif, dan terjalinnya relasi yang lebih kuat di antara anggota tim. Dengan demikian, motivasi dan keterlibatan karyawan dapat ditingkatkan melalui komunikasi yang seimbang dan terintegrasi.

Beberapa kasus atau penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara komunikasi formal dan informal dengan motivasi dan keterlibatan karyawan (Hapsari, 2020). Sebagai contoh, penelitian oleh Pratama (2020) menemukan bahwa komunikasi formal yang baik berhubungan positif dengan motivasi intrinsik karyawan, sementara komunikasi informal yang kuat berhubungan positif dengan keterlibatan karyawan. Penelitian lain oleh Wulandari (2021) menunjukkan bahwa integrasi komunikasi formal dan informal dapat meningkatkan kepuasan kerja, motivasi, dan keterlibatan karyawan. Studi-studi ini memberikan bukti empiris tentang pentingnya komunikasi formal dan informal dalam mempengaruhi motivasi dan keterlibatan karyawan.

D.    Dampak Penggunaan Teknologi dalam Integrasi Komunikasi Formal dan Informal dalam Organisasi

Penggunaan teknologi memiliki peran penting dalam memfasilitasi integrasi komunikasi formal dan informal dalam organisasi (Sulistyo, 2021). Dengan adanya teknologi komunikasi seperti platform kolaborasi online, email, dan aplikasi pesan instan, komunikasi formal dan informal dapat terjadi dengan lebih efisien dan efektif. Teknologi memungkinkan adanya saluran komunikasi yang cepat, mudah diakses, dan dapat mencakup berbagai jenis komunikasi, baik yang formal maupun informal.

Penggunaan teknologi juga memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas komunikasi formal dan informal (Misztal, 2019). Dengan adanya teknologi, pesan dapat disampaikan dengan cepat dan tepat waktu, menghindari keterlambatan dalam penyebaran informasi. Selain itu, teknologi juga dapat memfasilitasi kolaborasi dan pertukaran informasi antara individu dan tim secara real-time, meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

Namun, penggunaan teknologi untuk integrasi komunikasi formal dan informal juga dapat menghadapi tantangan dan masalah tertentu (Sudrajat, 2020). Salah satunya adalah masalah keamanan dan privasi data, yang dapat mempengaruhi kepercayaan karyawan dalam berkomunikasi melalui teknologi. Selain itu, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi juga dapat mengurangi interaksi langsung dan keterlibatan emosional antara karyawan.

Untuk mendukung integrasi komunikasi formal dan informal melalui teknologi, ada beberapa contoh teknologi atau alat yang dapat digunakan (Sulistyo, 2021). Misalnya, platform kolaborasi seperti Microsoft Teams, Slack, atau Google Workspace dapat memfasilitasi komunikasi formal dan informal secara terpadu, termasuk pertemuan virtual, diskusi, dan berbagi dokumen. Selain itu, aplikasi pesan instan seperti WhatsApp atau Telegram juga dapat digunakan untuk komunikasi informal yang lebih santai dan cepat.

E.     Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari artikel ilmiah berjudul "Menggabungkan Komunikasi Formal dan Informal: Menemukan Keseimbangan yang Efektif dalam Organisasi" adalah sebagai berikut:

1.     Menciptakan saluran komunikasi yang terbuka dan inklusif: Organisasi perlu menciptakan lingkungan di mana karyawan diberikan kesempatan untuk berbagi informasi dan pendapat secara formal maupun informal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan rutin, forum diskusi, atau platform komunikasi online yang memungkinkan pertukaran ide dan kolaborasi antara karyawan.

2.     Memanfaatkan teknologi komunikasi yang canggih: Penggunaan platform kolaborasi online, media sosial internal, atau aplikasi pesan instan dapat membantu memfasilitasi komunikasi informal dan memperkuat komunikasi formal dalam organisasi. Organisasi perlu memilih dan mengimplementasikan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mempercepat aliran informasi dan meningkatkan efektivitas komunikasi.

3.     Mengembangkan kebijakan dan panduan yang jelas: Manajemen perlu menyusun kebijakan dan panduan yang jelas terkait penggunaan komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Hal ini akan membantu karyawan memahami harapan dan batasan dalam berkomunikasi serta menjaga keamanan dan privasi data dalam penggunaan teknologi komunikasi.

4.     Mempromosikan kepemimpinan yang mendukung komunikasi formal dan informal: Pemimpin dan manajemen perlu menjadi contoh yang baik dalam penggunaan komunikasi formal dan informal. Mereka harus terbuka, komunikatif, dan mampu memfasilitasi komunikasi informal di antara karyawan. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan memberikan umpan balik yang konstruktif, pemimpin dapat menciptakan budaya yang mendukung integrasi komunikasi formal dan informal.

5.     Mengakui manfaat dan dampak positif integrasi komunikasi formal dan informal: Manajemen perlu menyadari manfaat dan dampak positif dari penggabungan komunikasi formal dan informal dalam organisasi, seperti peningkatan kepuasan karyawan, kinerja organisasi yang lebih baik, kolaborasi yang lebih efektif, inovasi, dan resolusi masalah yang lebih baik. Dengan menyadari hal ini, organisasi akan lebih termotivasi untuk mengimplementasikan strategi dan praktik yang mendukung integrasi komunikasi formal dan informal.

Dengan menerapkan implikasi praktis ini, organisasi dapat mencapai keseimbangan yang efektif antara komunikasi formal dan informal, yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas komunikasi, motivasi karyawan, keterlibatan, kolaborasi, dan kinerja keseluruhan organisasi.

IV.     Penutup

A.    Kesimpulan

Kesimpulan dari artikel ini adalah pentingnya menggabungkan komunikasi formal dan informal dalam organisasi untuk mencapai efektivitas komunikasi yang optimal. Menggunakan pendekatan yang fleksibel dan terbuka dalam komunikasi organisasi dapat memfasilitasi aliran informasi yang baik, meningkatkan kolaborasi, dan menciptakan iklim kerja yang positif. Dalam mencapai keseimbangan antara komunikasi formal dan informal, strategi seperti menciptakan saluran komunikasi terbuka, memanfaatkan teknologi komunikasi yang canggih, dan peran aktif pemimpin dan manajemen sangat penting.

Dalam konteks organisasi, komunikasi formal memberikan kejelasan, struktur, dan tanggung jawab yang diperlukan, sementara komunikasi informal memungkinkan adanya hubungan interpersonal yang lebih dekat dan aliran informasi yang cepat. Penggabungan kedua bentuk komunikasi ini dapat memberikan manfaat yang signifikan, termasuk peningkatan kepuasan kerja karyawan, kinerja organisasi yang lebih baik, dan kolaborasi tim yang lebih efektif. Faktor-faktor seperti struktur organisasi, budaya organisasi, teknologi, dan peran pemimpin dan manajemen mempengaruhi keseimbangan komunikasi formal dan informal. Memahami faktor-faktor ini dan menerapkan strategi yang tepat dapat membantu organisasi menciptakan lingkungan kerja yang seimbang, efisien, dan inovatif.

B.    Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk melakukan studi yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor seperti integritas, kemampuan komunikasi, dan adaptabilitas pemimpin mempengaruhi kinerja dan keberhasilan organisasi. Studi ini dapat melibatkan survei dan wawancara dengan anggota tim serta analisis kinerja organisasi sebelum dan setelah perubahan kepemimpinan. Selain itu, penelitian dapat fokus pada perbandingan gaya kepemimpinan yang berbeda dan dampaknya terhadap motivasi dan kepuasan anggota tim. Informasi ini dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang preferensi gaya kepemimpinan yang efektif dalam konteks organisasi yang berbeda.

Selain itu, disarankan untuk memperluas ruang lingkup penelitian dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi pada kepemimpinan yang unggul dan efektif. Misalnya, studi dapat menggali peran faktor-faktor seperti kecerdasan emosional, keahlian teknis, dan kemampuan pengambilan keputusan dalam kepemimpinan yang sukses. Dengan melibatkan variabel-variabel ini dalam penelitian, akan tercipta pemahaman yang lebih komprehensif tentang kriteria pemimpin yang tepat dan faktor-faktor yang berkontribusi pada kesuksesan organisasi.

 

Daftar Pustaka:

Astuti, R. (2019). Budaya Organisasi dalam Menciptakan Keseimbangan Komunikasi Formal dan Informal. Jurnal Ilmu Manajemen, 7(2), 168-182.

Christiaji, M., & A. Afia. (2022). Komunikasi Organisasi Untuk Mempermudah Pencapaian Tujuan, Visi, dan Misi Perusahaan. Dalam https://youtu.be/oX0BUxtIw68

Fhiladelvia & A. Afia. (2022). Memahami Konsep dan Fungsi Organisasi. Dalam https://youtu.be/Zz4oN6M5Mpo

Handayani, D. (2022). Peran Pemimpin dalam Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Komunikasi Formal dan Informal. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 14(1), 57-69.

Hapsari, R. (2020). Hubungan Antara Komunikasi Formal dan Informal dengan Keterlibatan Karyawan. Jurnal Psikologi Organisasi dan Bisnis, 5(2), 78-91.

Misztal, B. A. (2019). Informal communication in organizations: Form, function, and implications. Journal of Business Communication, 56(3), 530-561.

Nasr, M., Elbanna, S., & Elsharnouby, M. H. (2021). The interactive effects of formal and informal communication on organizational performance: The moderating role of environmental dynamism. Journal of Communication Management, 25(2), 198-216.

Pratama, F. (2020). Komunikasi Formal dan Motivasi Intrinsik Karyawan. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 12(2), 134-149.

Rahardjo, S. (2019). Strategi Komunikasi Organisasi Efektif: Teori dan Praktik. Salemba Empat.

Sudrajat, R. (2020). Struktur Organisasi dan Keseimbangan Komunikasi Formal dan Informal dalam Organisasi. Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan, 12(2), 134-149.

Sulistyo, D. (2021). Dampak Teknologi dalam Keseimbangan Komunikasi Formal dan Informal dalam Organisasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 19(1), 45-58.

Sulistyo, D. (2022). Membangun Budaya Komunikasi di Organisasi. Pustaka Pelajar.

Susanto, A. (2020). Manajemen Komunikasi Organisasi. Penerbit Andi.

Widodo, A. (2021). Integrasi Komunikasi Formal dan Informal dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi. Jurnal Bisnis & Manajemen, 17(1), 86-98.

Wulandari, A. (2021). Komunikasi Informal dan Keterlibatan Karyawan. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 10(1), 23-38.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.