Oliver Gideon Parsaoran (gideonparsaoran@gmail.com)
I. Teori Kepemimpinan
Pemimpin adalah individu yang melakukan proses mempengaruhi sebuah kelompok atau organisasi untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah disepakati bersama, sedangkan kepemimpinan adalah sifat yang diterapkan individu yang bertindak sebagai pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompoknya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah disepakati bersama.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :1. Teori Kepemimpinan Sifat
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani
Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal “The Greatma Theory.” Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari
aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Keith Devis merumuskan 4
sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
a)
Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata
lebih dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b)
Kedewasaan
dan keluasan hubungan sosial
Umumnya
di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c)
Motivasi
diri dan dorongan berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan
yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan
efisien.
d)
Sikap
hubungan kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya.
2. Teori Kepemimpinan Perilaku & Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan
kearah 2 hal, yaitu :
a)
Konsiderasi, yaitu kecendrungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam
hal ini seperti; membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
b)
Struktur
Inisiasi, yaitu Kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat
dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
3. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan
faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang
pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok
(organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin
dengan pengikutnya.
II. Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori, "kepemimpinan" telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol (Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu :
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders
are born and not made.” bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang
pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan
bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin
karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi
pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are
born and not made", make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya
yaitu ; “Leaders are made and not born.”
Penganut – penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan
dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori
genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang
hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah
memiliki bakat – bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan
melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori
ini menggabungkan segi – segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial
dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori – teori
kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor – faktor
yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
III. Teori The New Goleman
Pemimpin yang efektif menurut Goleman adalah pemimpin yang tidak hanya menganut satu gaya kepemimpinan saja, tetapi mereka yang memiliki lebih dari satu gaya kepemimpinan dan mampu memakai tiap gaya sesuai situasi, dan kebutuhan. Misalnya dia memiliki gaya pembimbing tapi di situasi lain dia juga memiliki penentu kecepatan. Kriteria seorang pemimpin yang ideal, banyak yang akan menekankan sifat – sifat seperti kecerdasan, ketangguhan, tekad, dan visi. Studi terbaru menunjukkan bahwa personal qualities juga penting, yang sering disebut kecerdasan emosional (emotional intelligence). Pemimpin yang efektif menurut Goleman dibedakan oleh tingkat tinggi kecerdasan emosional, yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Seorang pemimpin yang baik, tentunya harus menyadari akan pentingnya memiliki kesadaran yang tinggi tentang apa yang disebut emotional intelligence. Bukan berarti bahwa IQ dan technical skill tidak penting atau tidak relevan. Keduanya merupakan modal dasar sebagai seorang pemimpin, namun emotional intelligence tidak kalah pentingnya. Berikut keenam gaya kepemimpinan menurut Goleman tersebut :
1. Pemimpin Visioner (Visionary)
Pemimpin jenis ini diyakini merupakan
tipe pemimpin yang lebih efektif dibanding yang lainnya. tipe pemimpin ini
mampu mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan yang sejati
dan selaras dengan nilai bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin
jenis ini dapat menjadi terbuka kepada bawahannya dengan membagikan berbagai
informasi serta pengetahuan, sehingga orang – orang yang berada di semua
tingkat perusahaan merasa dilibatkan dan mampu membuat keputusan yang terbaik.
Pemimpin visioner menyadari dan meyakini bahwa penyebaran informasi adalah
langkah awal menuju sukses sehingga mereka secara terbuka akan berbagi
informasi. Itulah sebabnya menurut penelitian James (1999) tipe pemimpin ini
disebut sebagai pemimpin yang sangat aktif dan exspressive.
2. Gaya Pembimbing (Coaching)
Dari tipenya membimbing kita pasti sudah tahu
bahwa pemimpin seperti ini sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan
membimbing karyawannya. Gaya pemimpin seperti ini senang melakukan percakapan
dan perbincangan mendalam dengan seorang pegawai, yang berisi seputar kehidupan
sehari – hari kehidupan seseorang, termaksud tujuan dan impian hidupnya serta
karirnya. Sungguh suatu hal yang jarang sekali dilakukan oleh seorang pemimpin
seperti biasanya. Walaupun jenis pembimbingan yang diberikan oleh gaya pemimpin
seperti ini hanya berfokus pada perkembangan perorangan dan bukan pencapaian
tujuan, tetapi pada umumnya cukup kuat untuk dapat memprediksi respon positif
dan emosi dari karyawan dan hasil kinerja yang lebih baik. Gaya,
"kepemimpinan" ini sangat membantu dalam membangun komunikasi antara
bawahan dan atasan yang berkelanjutan, dan membuat karyawan menjadi mau terbuka
terhadap feedback yang diberikan oleh pemimpin, karena mereka menggap setiap
masukan yang diberikan oleh atasan adalah penunjang aspirasi bagi mereka
sendiri dan bukan untuk kepentingan atasan.
3. Pemimpin Afiliatif (Affiliative)
Pemimpin jenis ini sangat menghargai
perasaan-perasaan orang – orang yang bekerja untuk dia, karena dia tidak
menekankan pada hasil atau pencapaian tujuan, tetapi lebih pada kebutuhan emosi
para karyawannya. Gaya ini sangat cocok sekali bagi perusahaan yang
memiliki iklim kelompok. Ciri dari pemimpin ini adalah menyenangi kerjasama,
harmonisasi, interaksi yang ramah, membangun relasi yang baik dengan orang yang
dipimpinnya. Oleh karena itu jenis pemimpin ini sangat menghargai waktu – waktu
senggang, karena dengan begitu dia dapat melakukan pendekatan dengan bawahan
untuk membantu mereka melewati masa – masa sibuk nantinya. Empati sangat
dikedepankan olehnya karena ia ingin peduli pada karyawannya secara keseluruhan
bukan hanya berdasarkan tanggung jawab tugas. Karena gaya pemimpin ini
kelihatannya baik sekali terhadap karyawan, maka lebih baik gaya,
"kepemimpinan" ini tidak disarankan digunakan sendiri karena
dikhawatirkan akan membuat bawahan berpikir bahwa setiap kesalahan yang mereka
buat akan selalu ditoleransi oleh jenis pemimpin seperti ini.
4. Pemimpin Demokratis (Democratic)
Mendengarkan adalah
kekuatan kunci dari pemimpin jenis ini. Mereka selalu bertindak dan berperilaku
ingin menjadi pendengar yang baik terhadap bawahannya, karena mereka memang
peduli kepada bawahannya, dia juga adalah jenis pemimpin yang kolaboratif,
artinya dapat bekerja sebagai anggota kelompok, tetapi juga dapat menjadi
pemimpin teratas dalam kelompok. Dan dia juga mampu meredakan konflik dan
membangun harmonisasi dalam kelompok kembali.
5. Penentu Kecepatan (Pacesetting)
Pemimpin memegang teguh dan
melaksanakan standard kerja yang tinggi. Ia bersikap obsesif, bahkan
segala sesuatu bisa dikerjakan dengan baik dan lebih cepat, bahkan ia meminta
dan menuntut hal yang sama dari orang lain, ia sangat cepat menunjuk para
pekerja yang memiliki kinerja yang buruk.pemimpin jenis ini tidak memberikan
garis petunjuk yang jelas mengenai kinerja buruk seseorang, karena
dia berpikiran bahwa setiap pengikutnya sudah dapat menerka bagaimana dan apa
yang diinginkannya. Mereka senang menekan tanpa memberi arah, yang
akhirnya dapat berakibat kinerja yang lebih buruk bahkan bisa membuat
karyawan stress di tempat kerja, karena selalu mendapatkan
tekanan tanpa feedback.
6. Gaya Memerintah (Commanding)
Gaya memimpin seperti ini kadang disebut
sebagai gaya intimidasi, pemimpin seperti ini, sangat menuntut bawahannya patuh
pada perintahnya secara langsung, tanpa menjelaskan apa alasannya ingin
bawahannya mendengarkan perintahanya tersebut. Dia selalu ingin memantau dan
mengontrol setiap situasi sebisanya. Walaupun kadang dia memberikan umpan
balik, tetapi umpan balik hanya berfokus pada kesalahan buka pada hal – hal
baik yang telah dilakukan, maka dari itu tidak heran bila jenis,
"kepemimpinan" yang seperti ini yang dianggap tidak efektif sama
sekali. Karena sikap jarang memujinya tersebut yang membuat karyawan menjadi
patah semangat, sehinga berpengaruh pada kinerjanya nanti.
DAFTAR
PUSTAKA
Danang Sunyoto. 2012. Dasar-dasar manajemen pemasaran. Cetakan Pertama. Yogyakarta : CAPS.
Danang Sunyoto. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Yogyakarta : CAPS.
Danang Sunyoto. 2015. Perilaku Konsumen dan Pemasaran. Yogyakarta : CAPS. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta : 1997.
Malayu Hasibuan. (2005).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mauled Mulyono. (1993).
Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Moekijat. (1989).
Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.
Payaman Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Ravianto. 2003.
Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha
dan Produktivitas.
Rusdiana, D. 2012.
Pengaruh Penerapan Gugus Kendali Mutu dan Budaya Kerja Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan (Studi Kasus: Departemen Produksi, Rumah Potong Ayam PT Sierad
Produce, Tbk - Bogor). Jurnal Penelitian. Vol. 2 No. 5. Hal. 1-25.
Sedarmayanti. (2009).
Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Soeprihanto, John. 2003.
Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakara: Universitas Gadjah Mada
https://www.tegalrejo-gedangsari.desa.id/first/artikel/119-Pemimpin-Dan-Kepemimpinan#:~:text=Pemimpin%20adalah%20individu%20yang%20melakukan,untuk%20mencapai%20sasaran%20dan%20tujuan
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete36_Sahlevi
ReplyDeleteMenurut saya artikel ini dapat memberikan pemahaman informasi yang sangat baik dengan pencarian kata kunci yang dapat ditemukan. Nilai yang saya berikan dari pengamatan saya adalah "82". Terima kasih
41_Muhammad
ReplyDeleteTeknik Penulisan : Batangan artikel masih belum lengkap dan untuk penulisan judul dan penulisan kalimat sudah cukup baik
Review Konten Artikel : poin poin yang diberikan sudah cukup jelas dan lengkap
Nilai : 80
33_rajib
ReplyDeleteartikel ini sudah sangat jelas untuk dipahami mulai dari cara penulisan judul,isi,mindmapp,dll.pembaca pun bisa mudah memahaminya dan sangat tertarik pada artikel ini,untuk kedepannya bisa dikembangkan lagi agar bisa lebih sangat bagus lagi
saya memberikan nilai artikel ini 80
terimakasih