Nama : Yoga
Andhinova / yogaandhinova27@gmail.com
Nim :
41619010030
Tugas Besar 2
Ompi
Pengambilan Keputusan
ABSTRAK
Dalam
organisasi, pengambilan keputusan merupakan bagian dari proses manajemen yang
paling penting. Setiap keputusan yang diambil selalu memberikan implikasi bagi
organisasi, baik implikasi yang telah diperkirakan sebelumnya maupun tidak.
Seperti halnya yang sedang dialami oleh Kelurahan Ciumbuleuit. Sulitnya
pengambilan keputusan untuk menentukan diterapkan/digunakannya sistem informasi
kependudukan. Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan salah satu
metode pengambilan keputusan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Metode
AHP memakai persepsi manusia yang dianggap pakar sebagai input utamanya. Selain
itu, sistem pengambilan keputusan AHP mampu menghasilkan keputusan yang lebih
konsisten. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi
Kelurahan Ciumbuleuit penulis membuat suatu model keputusan dan analisis dengan
menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Dengan menggunakan metode
AHP dapat menghasilkan keputusan dari hasil analisis yaitu sistem informasi
kependudukan sebagai sistem yang terbaik dan dapat membuat keputusan dengan
digunakannya Sistem Informasi kependudukan di Kelurahan Ciumbuleuit.
A. Definisi
Pengambilan Keputusan
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’
dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa
keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa
pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan
itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil
keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan
dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang
harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang
demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human
relations.
Setelah pengertian keputusan
disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan
pengertian tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi
tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama
dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry,
definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua
alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu
diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari kedua pengertian diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak
secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus
diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan
pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
B.
Pengertian Gaya Pengambilan Keputusan
Di antara para peneliti, ada
kekurangan persetujuan umum bagaimana gaya pengambilan keputusan dapat
dikonseptualisasikan. Poin utama dalam perbedaan tersebut menunjukkan apabila
gaya pengambilan keputusan merupakan perbedaan individu yang stabil dalam waktu
dan situasi atau dalam keadaan sifat. Menurut Kahneman (2011) gaya pengambilan
keputusan telah digambarkan sebagai sifatsifat yang berubah-ubah, dimana
individu sering beralternatif dengan mudah. Beliau berlabel dua gaya intuisi
dan penalaran yang disebut sebagai Sistem 1 dan Sistem 2 masing-masing. · Sistem 1 beroperasi secara cepat,
otomatis, dengan sedikit usaha atau tidak, tidak ada rasa kontrol sukarela dan
berbasis emosi (emotionally driven). · Sistem 2 ialah lambat, terkontrol,
penuh usaha dan sering dikaitkan dengan pengalaman subjektif dari pilihan atau
konsentrasi. Epstein et al. (dalam Wood, 2012) menganggap Sistem 1 dan Sistem 2
sebagai perbedaan individu, yang membedakan antara individu-individu
berdasarkan bagaimana mereka memproses informasi dan membuat keputusan dari
waktu ke waktu. Epstein et al. (dalam Wood, 2012) membahas dua sistem sebagai:
a. Gaya pemikiran intuitif-pengalaman
(intuitive-experiential thinking) Ciri gaya berpikir intuitif adalah pengolahan
informasi yang otomatis, cepat, dan berbasis emosi. Gaya berpikir intuitif
dikaitkan dengan penggunaan heuristik.
b. Gaya pemikiran analitis-rasional
(analytical-rational thinking). Ciri gaya berpikir rasional ialah pengolahan
informasi analitik yang membanding dan tanpa emosi.
Epstein et al. (dalam Wood, 2012)
menemukan bahwa gaya berpikir intuitifeksperiensial dan gaya berpikir
analitis-rasional secara independen memprediksi penyesuaian, kemampuan coping,
dan pengolahan heuristik. Menurut Rowe dan Mason (dalam Jacoby, 2006), gaya
keputusan adalah proses kognitif yang merupakan cara individu pendekatan
masalah. Salah satu gaya keputusan mencerminkan cara indvidu visualisasi,
berpikir, dan menafsirkan situasi. Penelitian tersebut telah mengungkapkan dua
faktor kunci dalam bagaimana individu bervariasi dalam membuat keputusan. Dua
faktor utama yang
didefinisikan sebagai penggunaan
informasi dan fokus. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pemahaman gaya
keputusan individu dapat mempengaruhi pendekatan pengolahan informasi seseorang
(Driver dkk dalam Jacoby, 2006). Beberapa peneliti (Scott & Bruce, 1995;
Thunholm, 2004 dalam Wood, 2012) mempertimbangkan gaya pengambilan keputusan
menjadi pola respon kebiasaan, yang dipengaruhi oleh karakteristik individu dan
situasi. Dengan demikian, meskipun orang umumnya menggunakan satu gaya berdasar
pada karakteristik masing-masing, ini mungkin berbeda seperti yang
dipersyaratkan oleh situasi. Menurut Rowe dan Boulgarides (1992), cara orang
mengambil keputusan dapat digambarkan melalui gaya pengambilan keputusannya.
Bagaimana ia menginterpretasi atau memahami, bagaimana merespon, dan apa yang
dipercaya oleh sesorang sebagai sesuatu yang penting mengartikan bahwa gaya
pengambilan keputusan merefleksikan cara seseorang bereaksi terhadap situasi
yang dihadapinya. Selanjutnya, Rowe dan Boulgarides (1992) menemukan bahwa gaya
keputusan dapat membantu dalam memprediksi hasil keputusan. Kedua peneliti
mendukung keyakinan ini dengan menunjukkan bagaimana gaya keputusan yang
berbeda bereaksi terhadap stres, motivasi, pemecahan masalah, dan berpikir.
Gaya pengambilan keputusan telah
didefinisikan sebagai modus khas individu menafsirkan dan menanggapi tugas
pengambilan keputusan (Harren, 1979). Penelitian sebelumnya pada gaya
pengambilan keputusan biasanya dikategorikan individu ke dalam salah satu dari
beberapa jenis, sesuai dengan karakteristik yang paling dominan dari pendekatan
mereka terhadap keputusantugas (Gati et al., 2010). Gaya pengambilan keputusan
karir adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan cara individu
mengumpulkan, memahami, dan informasi proses sepanjang proses pengambilan
keputusan karir mereka, yaitu pendekatan mereka untuk membuat keputusan karir
dan cara mereka terlibat dalam proses (Phillips & Pazienza dalam Gati et
al., 2010). Ini menunjukkan satu set yang berbeda dari sikap dan perilaku yang
digunakan dalam tugas pembuatan keputusan (Harren, 1979), atau individu pola
kebiasaan menerapkan ketika membuat keputusan (Driver, 1983).
C. Tujuan Pengambilan Keputusan
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan
organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancer
dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi
hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus
dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan
keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.
D.
Dasar Pengambilan Keputusan
- Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan
intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti,
pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan
oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif
lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan
keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk
masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan
yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan
keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya
dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya
diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
- Pengambilan
Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan
yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal
masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui
saat itu.
- Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya
pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya
istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan
fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus
diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Keputusan
yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang
cukup itu sangat sulit.
- Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum
mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini
sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui
arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman
masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya,
maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak
dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan
cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang
dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan
pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan
untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
- Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil
karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan
yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas
(otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih
permanent sifatnya.
Keputusan
yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
E. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a)
Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang
emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan.
b)
Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk
mencapai tujuan organisasi.
c)
Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan
pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.
d)
Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu
buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e)
Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari
tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
f)
Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang
cukup lama.
g)
Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
h)
Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui
keputusan itu benar.
i)
Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari
serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.
F. Keputusan Individual dan Kelompok
Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok,
tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individual
dibuat oleh seorang pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok dibuat
sekelompok orang. Keputusan
kelompok dibedakan dalam :
a)
Sekelompok
pimpinan
b)
Sekelompok
orang-orang bersama pimpinannya.
c)
Sekelompok
orang yang mempunyai kedudukan sama dan keputusan kelompok
- Keputusan yang dibuat oleh
seseorang
Kebaikannya antara lain :
1.
Keputusannya
cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari
rekan lainnya.
2.
Tidak
akan terjadi pertentangan pendapat
3.
Kalau
pimpinan ya ng mengambil keputusan itu
mempunyai kemampuan yang tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang
yang akan diputuskan, keputusannya besar kemungkinan tepat.
Kelemahannya antara lain :
1.
Bagaimana
kepandaian dan kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki keterbatasan.
2.
Keputusan
yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang lain seringkali
kurang tepat.
3.
Jika
terjadi kesalahan pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi pimpinan
seorang diri.
- Keputusan yang dibuat oleh
Sekelompok Orang
Kelebihannya antara lain :
1.
Hasil
pemikiran beberapa orang akan saling melengkapi
2.
Pertimbangannya
akan lebih matang
3.
Jika ada kesalahan pada pengambilan keputusan tersebut,
beban ditanggung secara bersama.
Kelemahannya antara lain :
1.
Ada
kemingkinan terjadi perbedaan pendapat
2.
Biasanya
memakan waktu lama dan berlarut-larut karena terjadi perdebatan-perdebatan
3.
Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang, dan ada
kemungkinan saling melemparkan tanggung jawab jika terjadi kesalahan.
Mengenai pembuatan keputusan individual dan kelompok Siagian menyatakan bahwa ada tiga kekuatan yang selalu
mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan itu :
1.
Dinamika
individu di dalam organisasi
Pengaruh individu dalam
organisasi sangat terasa terutama dalam hal ini adalah
pemimpinnya. Seorang
pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang tinggi,
pengalaman ynag banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap
bawahannya
2. Dinamika
kelompok orang-orang di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar, oleh karena itu pemimpin
hendaknya mengusahakan agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
3.
Dinamika
lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga
memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan
lingkungan itu saling mempemgaruhi.
G.
Proses Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan yang
diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena
itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan
analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi :
- Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan
mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
- Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan
dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
- Pembuatan alternatif-alternatif
kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat
dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan
ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta
konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan
harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan
dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik.
Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian:
- Perkiraan
dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah
pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara
kronologis.
- Perkiraan
dalam arti prediksi
Perkiraan yang dilakukan
dengan menggunakan analisis sebab akibat.
- Perkiraan
dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini
sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah
perasaan.
- Pemilihan salah satu alternatif
terbaik
Pemilihan satu alternatif yang
dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar
pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan
satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan
alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
- Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti
seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika
menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang
lain.
- Pemantauan dan pengevaluasian
hasil pelaksanaan
Setelah
keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan
yang telah dibuat.
H. Karakteristik informasi
Untuk
mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, maka manajemen
membutuhkan informasi yg berguna. Untuk tiap2 tingkatan manajemen dengan
kegiatan yg berbeda-beda, dibutuhkan informasi yg berbeda-beda pula,
karakteristik informasi ini antara lain :
- Kepadatan
Informasi : untuk manajemen tingkat bawah, karakteristik informasinya
adalah terperinci(detail) dan kurang padat, krn terutama digunakan untuk
pengendalian operasi. Sedang untuk manajemen yg lebih tinggi
tingkatannya, mempunyai karakteristik informasi yg semakin
tersaring(terfilter), lebih ringkas dan padat.
- Luas
Informasi : manjemen bawah karakteristik inf. Adalah terfokus pada suatu
masalah tertentu, krn digunakan oleh manajer bawah yg mempunyai tugas yg
khusus. Untuk manajer tingkat tinggi, karakteristik inf yg semakin luas,
karena manajemen atas berhubungan dengan masalah yg luas.
- Frekuensi
informasi : Manajemen tingkat bawah frekuensi inf yg diterimanya adalah
rutin, krn digunakan oleh manajer bawah yg mempunyai tugas yg terstruktur
dgn pola yg berulang2 dari waktu ke waktu. Manajem tingkat tinggi,
frekuensi informasinya adalah tidak rutin atau adhoc (mendadak), krn
manajemen atas berhubungan dengan pengambilan keputusan tdk terstruktur
yg pola dan waktunya tdk jelas.
- Waktu
Informasi : Manajemen tingkat bawah, inf yg dibutuhkan adalah if
historis, krn digunakan oleh manajer bawah di dalam pengendalian operasi
yg memeriksa tugas2 rutin yg sudah terjadi. Untuk manajemen tingkat
tinggi, waktu inf lebih ke masa depan berupa inf prediksi krn digunakan
untuk pengambilan keputusan strategik yg menyangkut nilai masa depan.
- Akses
Informasi : Level bawah membutuhkan inf yg periodenya berulang2, sehingga
dapat disediakan oleh bagian sistem inf yg memberikan dalam bentuk
laporan periodik. Dengan demikian akses inf tdk dapat secara on line,
tetapi dapat secara off line. Sebaliknya untuk level lebih tinggi,
periode inf yg dibutuhkan tdk jelas, sehingga manajer2 tingkat atas perlu
disediakan akses on line untuk mengambil inf kapan pun mereka
membutuhkan.
- Sumber
Informasi : Karena manajemen tingkat bawah lebih berfokus pd pengendalian
internal perusahaan, maka manajer2 tingkat bawah lebih membutuhkan inf
dgn data yg bersumber dari internal perusahaan sendiri, tetapi manajer
tingkat atas lebih berorientasi pada masalah perencanaan strategik yg
berhubungan dengan lingkungan luar perusahaan, shg membutuhkan inf dgn
data yg bersumber pd eksternal perusahaan.
I. Kesimpulan
Pengambilan keputusan dalam sebuah
perusahaan merupakan hal yang penting bagi kemajuan perusahaan tersebut. Dalam
mengambil sebuah keputusan diperlukan ketepatan dalam menganalisis masalah,
menetapkan tujuan, mengidentifikasi alternatif yang ada, dan mengevaluasinya.
Di perusahaan manapun masalah selalu menjadi tantangan bagi setiap karyawan dan
pimpinan perusahaan tersebut. Adanya masalah dalam perusahaan bukan berarti
perusahaan tersebut memiliki kualitas yang buruk, bahkan dengan adanya masalah
dalam perusahaan, pimpinan dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
menyelesaikan masalah yang ada. Penulis mengambil judul hubungan kualitas
pengambilan keputusan dalam kelompok dengan kualitas hasil keputusan di Hotel
Sahid Raya Yogyakarta, dapat disimpulkan, hasil analisis korelasi product
moment antara kualitas pengambilan keputusan (X) dengan kualitas hasil
keputusan (Y), diketahui bahwa hubungan yang muncul adalah hubungan yang
positif dan mantap. Hubungan positif yang mantap diperoleh dari nilai koefisien
product moment r=0,674. hubungan yang signifikam diperoleh dari nilai signifikansi
0,000 yang lebih kecil dari nilai koefisien alpha 0.05 (0.000 < 0.05).
Sangat kuatnya tingkat hubungan antara kualitas pengambilan keputusan dalam
kelompok dengan kualitas hasil keputusan, menunjukkan bahwa kualitas
pengambilan keputusan dalam kelompok berhubungan erat dengan kualitas hasil
keputusan, namun untuk menghasilkan hubungan yang lebih erat lagi diperlukan
faktor lain yaitu tingkat evaluasi yang merupakan salah satu tahap dalam
pengambilan keputusan.
Daftar Pustaka
Danang Sunyoto. 2012. Dasar-dasar manajemen pemasaran. Cetakan Pertama. Yogyakarta : CAPS.
Danang Sunyoto. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Yogyakarta : CAPS.
Danang Sunyoto. 2015. Perilaku Konsumen dan Pemasaran. Yogyakarta : CAPS. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta : 1997.
Malayu Hasibuan. (2005).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mauled Mulyono. (1993). Penerapan
Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Moekijat. (1989). Manajemen
Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.
Payaman Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Ravianto. 2003. Produktivitas dan
Manusia Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas.
Rusdiana, D. 2012. Pengaruh
Penerapan Gugus Kendali Mutu dan Budaya Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan (Studi Kasus: Departemen Produksi, Rumah Potong Ayam PT Sierad
Produce, Tbk - Bogor). Jurnal Penelitian. Vol. 2 No. 5. Hal. 1-25.
Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya
Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Soeprihanto, John. 2003.
Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakara: Universitas Gadjah Mada
40_Wildan
ReplyDeleteMenurut saya artikel yang dibuat sudah sangat bagus dan penjelasan yang diberikan cukup lengkap serta dilengkapi dengan mind map yang mudah dipahami. saran dari saya artikel dibuat lebih rapih lagi agar memudahkan dalam membaca artikel ini.
Nilai:83
35_Ardy
ReplyDeleteMenurut saya artikel yang dibuat sudah bagus dan sesuai dengan materi yang dijelaskan. penulisan artikel juga rapi dan tersusun dengan baik. sumber penulisan juga jelas dan mind map dibuat dengan baik.
Nilai : 82
32_Caesar
ReplyDeleteTeknik Penulisan : Secara gamblang tersusun rapih dari judul artikel sampai daftar pustaka , materi yang disampaikan juga sudah kompleks
Riview : Mindmap dapat di perbarui untuk mengundang para pembaca untuk mengetahui konten artikel ini
Nilai :85