Adetha Muhammad Dzulfaqar (adethamuhammad08@gmail.com)
ABSTRAK
Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri dan manusia diciptakan untuk menjadi seorang
pemimpin didunia.Didalam kehidupan nyata, manusia harus selalu berinteraksi dan
beradaptasi dengan sesama maupun dengan lingkungan.Karena manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga manusia harus hidup
berkelompok, baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.Hal itu
ditujukan agar manusia dapat bersosisalisasi dengan sesamanya manupun
lingkungannya.Oleh sebab itu diantara para anggota kelompok tentulah
membutuhkan seseorang yang bisa memimpin kelompok itu, sebab jika tidak ada
pemimpin maka akan terpecah belah lah kelompok tersebut. Untuk mengelolanya,
diperlukan pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik serta dapat
menjadi panutan untuk anggota kelompoknya.Pemimpin adalah figur seseorang yang
bijaksana, berani mengambil keputusan dan yang paling penting berwibawa dan
bisa memimpin untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin adalah orang yang
tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus
dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain,
dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut
akan bertambah dan berkembang.
PEMBAHASAN
A. Teori Kepemimpinan dalam
Organisasi
Menurut Kartono (2002) teori
kepemimpinan dasar, yaitu: teori genetis, teori sosial, dan teori ekologis atau
sintesis. Teori genetis menjelaskan bahwa pemimpin itu tidak dibuat tetapi
seseorang muncul sebagai pemimpin karena bakat-bakatnya yang luar biasa.
Seorang menjadi pemimpin karena memang ditakdirkan menjadi pemimpin
bagaimanapun juga situasinya.
Teori sosial menjelaskan bahwa
pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak terlahirkan dan dibiarkan
berkembang dengan sendirinya. Untuk menjadi pemimpin, setiap orang dapat
melakukannya melalui usaha penyiapan, pendidikan dan latihan secara
intensional. Sedangkan teori ekologis merupakan gabungan dari kedua teori genetis
dan teori sosial, yang menjelaskan bahwa seseorang akan sukses menjadi
pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan
bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman dan usaha
pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.
Seorang pemimpin harus mengerti
tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan
sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
·
Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa
sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat
dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat
fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
a. Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya di dalam
melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang
pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat
pemimpin tidak mudah panic dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang
diyakini kebenarannya.
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin
yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk
berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal,
efektif dan efisien.
d. Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan
terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak
kepadanya.
·
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
a.Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
b.Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
·
Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin
·
Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
·
Teori kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
·
Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori
kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang
Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 [tiga] teori yang menonjol [Sunindhia dan
Ninik Widiyanti, 1988:18], yaitu:
1. Teori
Genetik
Penganut teori
ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk” [Leaders are born and not made]. Pandangan
terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia
telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi”
termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut
dengan faktor “dasar”. Dalam realitas,
teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau
keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang
lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
2. Teori Sosial
Penganut teori
ini berpendapat bahwa, seseorang yang
menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders are made and not
born]. Penganut teori berkeyakinan bahwa
semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang
mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor
lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut
teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor
“ajar” atau “latihan”. Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat
dididik, diajar, dan dlatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi
untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari
keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik,
diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
3. Teori Ekologik
Penganut teori
ini berpendapat bahwa, seseorang akan
menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat
kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang telah dimiliki. Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang
akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara faktor keturunan, bakat dan
lungkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang
memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan
dengan baik.
B. Teori The New Leader
Goleman
Masalah kepemimpinan (leadership)
adalah masalah yang banyak dibahas beberapa dekade ini. Ada beberapa orang yang
memang memiliki bakat kepemimpinan, namun ada beberapa orang yang mengembangkan
kemampuan kepemimpinan yang dimilikinya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
para manager atau para pemimpin, sering kali merupakan fungsi atau bagian dari
kepribadian mereka sendiri. Maka dari itu cenderung para pemimpin mempunyai
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kepribadian mereka. Dan seringkali gaya
kepemimpinan yang digunakan hanya satu atau beberapa saja dan digunakan untuk
semua aspek permasalahan yang dihadapi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
pemimpin yang sukses atau berhasil adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi meliputi menerima, menilai, mengelola serta mengontrol
emosi yang ada dalam dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya. Selain itu
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak hanya memakai satu gaya
kepemimpinan saja, melainkan menggunakan beberapa gaya kepemimpinan dan
memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan kasus atau situasi yang
dihadapi.
Terdapat hubungan positif
antara emosional intelligence dan
performa yang efektif, terutama pada pemimpin. Dan akan dipaparkan bagaimana
emotional intelligence sangat berperan dalam kepemimpinan organisasi. Emotional
intelligence memainkan peran penting dalam level tertinggi sebuah perusahaan,
di mana perbedaan pada technical skills sudah tidak terlalu penting. Semakin
tinggi tingkatan seseorang, semakin perlu emotional intelligence capabilities
ditonjolkan sebagai alasan keefektifan pemimpin. Emotional intelligence tidak
hanya menciptakan seorang pemimpin yang luar biasa, tetapi juga berhubungan
dengan performa yang kuat.
Banyak tipe-tipe kepemimpinan
berdasarkan kecerdasan emosimenurut Daniel Goleman (2007), tipe tersebut
terbagi menjadi 6 tipe yaitu:
- Pemimpin
Visioner (Visionary )
Pemimpin jenis
ini diyakini merupakan tipe pemimpin yang lebih efektif dibanding yang lainnya.
tipe pemimpin ini mampu mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan
tujuan yang sejati dan selaras dengan nilai bersama dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin jenis ini dapat menjadi terbuka kepada bawahannya dengan
membagikan berbagai informasi serta pengetahuan, sehingga orang-orang yang
berada di semua tingkat perusahaan merasa dilibatkan dan mampu membuat
keputusan yang terbaik.
Pemimpin
visioner meyadari dan meyakini bahwa penyebaran informasi adalah langkah awal
menuju sukses sehingga mereka secara terbuka akan berbagi informasi itulah
sebabnya menurut penelitian James (1999) tipe pemimpin ini disebut sebagai
pemimpin yang sangat aktif dan exspressive. Meskipun gaya kepemimpinan ini
cukup memiliki daya kuat, namun tidak selalu cocok digunakan dalam setiap
situasi, karena dikhawatirkan ada beberapa pihak yang memandang sinis gaya
kepemimpinan ini, dan pada akhirnya akan berakibat bagi kinerjanya selain itu
gaya kepemimpinan ini tidak cocok diterapkan untuk jenis pekerjaan yang
sifatnya kelompok.
2. Gaya
Pembimbing (Coaching)
Dari tipenya
membimbing kita pasti sudah tahu bahwa pemimpin seperti ini sangat menyukai
hal-hal yang berhubungan dengan membimbing karyawannya. Gaya pemimpin seperti
ini senang melakukan percakapan dan perbincangan mendalam dengan seorang
pegawai, yang berisi seputar kehidupan sehari-hari kehidupan seseorang,
termaksud tujuan dan impian hidupnya serta karirnya. Sungguh suatu hal yang
jarang sekali dilakukan oleh seorang pemimpin seperti biasanya.
Karena dengan
melakukan perbincangan yang erat dengan karyawannya tanpa disadari pemimpin
jenis ini telah membangun tembok kepercayaan bagi karyawannya. Karena ini adalah
bukti kepeduliaan seorang pemimpin kepada bawahannya, bukan hanya sekedar
memandang bawahan sebagai alat untuk sekedar mencapai tujuannya semata. Gaya
kepemimpinan ini sangat membantu dalam membangun komunikasi antara bawahan dan
atasan yang berkelanjutan, dan membuat karyawan menjadi mau terbuka terhadap
feedback yang diberikan oleh pemimpin, karena mereka menggap setiap masukan
yang diberikan oleh atasan adalah penunjang aspirasi bagi mereka sendiri dan
bukan untuk kepentingan atasan.
3. Pemimpin
Afiliatif (Affiliative)
Pemimpin jenis
ini sangat menghargai perasaan-perasaan orang-orang yang bekerja untuk dia,
karena dia tidak menekankan pada hasil atau pencapaian tujuan , tetapi lebih
pada kebutuhan emosi para karyawannya. Gaya ini sangat cocok sekali bagi
perusahaan yang memiliki iklim kelompok. Ciri dari pemimpin ini adalah
menyenangi kerjasama, harmonisasi, interaksi yang ramah, membangun relasi yang
baik dengan orang yang dipimpinnya. Karena gaya pemimpin ini kelihatannya baik
sekali terhadap karyawan, maka lebih baik gaya kepemimpinan ini tidak
disarankan digunakan sendiri karena dikhawatirkan akan membuat bawahan berpikir
bahwa setiap kesalahan yang mereka buat akan selalu ditoleransi oleh jenis
pemimpin seperti ini.
4. Pemimpin Demokratis (Democratic)
Mendengarkan
adalah kekuatan kunci dari pemimpin jenis ini. Mereka selalu bertindak dan berperilaku
ingin menjadi pendengar yang baik terhadap bawahannya, karena mereka memang
peduli kepada bawahannya, dia juga adalah jenis pemimpin yang kolaboratif,
artinya dapat bekerja sebagai anggota kelompok, tetapi juga dapat menjadi
pemimpin teratas dalam kelompok. Dan dia juga mampu meredakan konflik dan
membangun harmonisasi dalam kelompok kembali.
5. Penentu Kecepatan (Pacesetting)
Pemimpin
memegang teguh dan melaksanakan standard kerja yang tinggi. Ia bersikap
obsesif, bahkan segala sesuatu bisa dikerjakan dengan baik dan lebih cepat,
bahkan ia meminta dan menuntut hal yang sama dari orang lain, ia sangat cepat
menunjuk para pekerja yang memiliki kinerja yang buruk.pemimpin jenis ini tidak
memberikan garis petunjuk yang jelas
mengenai kinerja buruk seseorang, karena dia berpikiran bahwa setiap
pengikutnya sudah dapat menerka bagaimana dan apa yang diinginkannya.
Mereka senang
menekan tanpa memberi arah, yang akhirnya dapat berakibat kinerja yang lebih
buruk bahkan bisa membuat karyawan stress di tempat kerja, karena selalu
mendapatkan tekanan tanpa feedback.
6. Gaya
Memerintah (Commanding)
Gaya memimpin
seperti ini kadang disebut sebagai gaya intimidasi, pemimpin seperti ini,
sangat menuntut bawahannya patuh pada perintahnya secara langsung, tanpa
menjelaskan apa alasannya ingin bawahannya mendengarkan perintahanya tersebut.
Dia selalu ingin memantau dan mengontrol setiap situasi sebisanya. Walaupun
kadang dia memberikan umpan bali, umpan balik hanya berfokus pada kesalahan
buka pada hal-hal baik yang telah dilakukan, maka dari itu tidak heran bila
jenis kepemimpinan yang seperti ini yang dianggap tidak efektif sama sekali.
Karena sikap jarang memujinya tersebut yang membuat karyawan menjadi patah
semangat, sehinga berpengaruh pada kinerjanya nanti.
C. Perbedaan pemimpin dengan
manajemen
Peran kepemimpinan sangat
berhubungan dengan adanya perubahan. Pemimpin menentukan tujuan perubahan
melalui pengembangan suatu visi dimasa yang akan datang; selanjutnya mereka
menyatukan orang-orang dengan mengkomunikasikan visi tersebut serta
menginspirasinya guna mengatasi berbagai rintangan. Kepemimpinan menjadi faktor
penentu bagi keberhasilan organisasi, bahkan Greenberg dan Baron (2003:472)
menganggap kepemimpinan adalah bahan baku utama bagi efektivitas perusahaan.
Pandangan ini tidak hanya berlaku bagi organisasi bisnis; kepemimpinan juga
memainkan peran sentral dalam politik, olahraga, kesenian dan banyak aktivitas
manusia lainnya. 14 Pamudji dalam bukunya mengenai “Kepemimpinan Pemerintahan
di Indonesia” (2009:45), membedakan pemimpin dengan manajemen dimana perbedaan
di antara keduanya adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan tertuju pada
kemampuan individu, artinya kemampuan dari pemimpin sedangkan manajemen tertuju
pada sistem dan mekanisme kerja.
2. Kepemimpinan adalah kualitas
interaksi si pemimpin dan pengikut dalam kondisi tertentu, sementara itu,
manajemen ialah fungsi status atau wewenang; oleh karena itu, kepemimpinan
memfokuskan pada dampak pada pengikut sementara itu, manajemen memfokuskan pada
wewenang yang ada.
3. Kepemimpinan bergantung pada sumber yang
ada pada dirinya untuk memperoleh tujuan, sementara itu, manajemen memiliki
peluang untuk mendayagunakan dana dan daya yang ada pada organisasi untuk
memperoleh tujuan kepemimpinan dengan efektif dan efisien.
4. Kepemimpinan ditujukan untuk mewujudkan
kemauan si pemimpin, meskipun akhirnya juga tertuju pada pencapaian tujuan
organisasi, sementara itu, manajemen mengarah kepada tujuan organisasi secara
langsung.
5. Kepemimpinan bersifat personal
yang berfokus pada diri si pemimpin, pengikut dan kondisi sementara itu,
manajemen bersifat impersonal dengan logika, rasio, analitis dan kuantitatif.
D. Prinsip-Prinsip
Kepemimpinan
Sebuah organisasi tidak cukup
hanya membangun karakter-karakter kepemimpinan (leadership characters), akan
tetapi juga harus menumbuhkan prinsip-prinsip kepemimpinan (leadership
principles). Hal ini dikarenakan karakter kepemimpinan lebih mengacu pada
pembentukan nilai-nilai moral dan etika (moral / ethical values) yang bersifat
universal, sementara kalau prinsip kepemimpinan lebih mengacu pada pembentukan
nilai-nilai kinerja (performance values) yang bersifat kontekstual sesuai
dengan situasi dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi. Atmadja (2012 : 56)
menyatakan bahwa prinsip kepemimpinan adalah kualitas personal yang dimiliki
oleh seorang pemimpin yang mengacu kepada nilai-nilai yang mampu membawanya
mencapai kinerja terbaik dalam rangka mewujudkan misi dan tujuan perusahaan.
Prinsip-prinsip kepemimpinan itu diantaranya adalah :
- . Master Chef (peramu talenta)
Disebut “master
chef” karena pemimpin harus dapat meramu
orang-orang yang dipimpinnya sehingga mereka mampu menjalankan misi dan
tugas-tugas organisasi dengan baik. Meramu berarti pemimpin harus dapat memilih
orang-orang terbaik yang dimilikinya kemudian menempatkannya pada posisi, tanggungjawab,
dan kewenangan yang sesuai, sehingga akan menghasilkan kerjasama dan kinerja
sinergis yang luar biasa.
- . Inspiring by modeling (inspirasi melalui peran panutan)
Cara paling
efektif untuk menjalankan kepemimpinan dan mempengaruhi anak buah adalah dengan
menjadikan diri pemimpin sebagai model. Caranya adalah dengan mempraktikkan
apa-apa yang diperintahkan tersebut kepada bawahan. Kekuatan mempengaruhi
(power of influence) ini ditentukan oleh kemampuan dalam menginspirasi bawahan
melalui peran panutan (role modeling). Role modeling ini diwujudkan dalam dua
bentuk yaitu melalui passion dan vision. Passion yaitu peran pemimpin dalam
menghidupkan nilai-nilai dan perilaku yang diyakini dan dikembangkan
organisasi.
- . Empowerment and Motivation (pemberdayaan dan motivasi)
Kompetensi utama yang harus dimiliki pemimpin
adalah kemampuan dalam memberdayakan orang lain (empowerment others). Ia harus
dapat menemukan potensi-potensi tersembunyi anak buahnya dan kemudian
memberdayakannya sehingga menghasilkan kinerja yang luar biasa. Pemberdayaan
berarti memberikan kewenangan kepada anak buah agar mereka bisa memberikan
keputusan dalam memecahkan persoaalan-persoalan yang mereka hadapi dalam
mengambil keputusan. Pemberdayaan saja tidaklah cukup, pemimpin juga harus
dapat memotivasi, misalnya dengan memberikan target-target yang tinggi dan
menantang.
- . Productive harmony (harmoni yang produktif)
Productive
harmony adalah iklim organisasi dimana keharmonisan antar karyawan terbangun
baik, tetapi vitalitas untuk mencapai kinerja unggul tetap dapat diwujudkan dan
didorong. Disini berarti keteduhan, kekeluargaan, saling pengertian, dan
harmoni terpelihara subur, tetapi dibalik itu dinamika persaingan untuk
mencapai kinerja terbaik antar karyawan juga tetap bisa dipelihara.
- . Everyone is importance (semua orang adalah penting)
Everyone is importance berarti menganggap bahwa semua orang, semua posisi/jabatan yang ada dalam organisasi/perusahaan adalah penting bagi keberhasilan perusahaan. Semua orang bekerja bahu membahu menurut porsi dan fungsinya masing-masing. Fungsi dan peran masing-masing orang ini dikolaborasikan dan disinergikan sehingga tercipta kerjasama dan kekuatan tim yang luar biasa. Ketika setiap karyawan dianggap penting, dihargai, dan memiliki peran yang bernilai bagi organisasi, ia akan menemukan makna (meaning) dari apa yang mereka kerjakan. Makna bekerja (meaning of work) ini adalah faktor penting penentu kepuasan kerja dan akhirnya kinerja yang dicapai oleh karyawan. Meaning of work tadi akan melahirkan sense of calling yaitu menganggap bahwa bekerja tidak hanya sekedar kewajiban, tetapi merupakan sebuah penggilan jiwa. Juga akan melahirkan sense of mission, yaitu menyikapi pekerjaan sebagai misi besar untuk mewujudkan tujuan bersama organisasi. Dengan demikian akan muncullah yang namanya personal commitment yaitu rasa tanggungjawab untuk bekerja yang muncul dari diri karyawan sendiri dan bukannya dari pemimpin
- Guardian (pelindung)
The guardian
berarti bahwa pemimpin adalah pelindung. Ia harus bersedia pasang badan bagi
anak buahnya ketika mereka menghadapi persoalan-persoalan pelik yang tak dapat
mereka selesaikan sehingga membutuhkan campurtangannya. Untuk itu pemimpin
harus punya compassion, yaitu suatu sikap pemimpin yang tidak hanya memikirkan
kepentingan dirinya, tetapi secara tulus memberikan pengabdian kepada anak
buahnya. Disamping compassion, pemimpin juga harus mempunyai unsur-unsur yang
lain yaitu kerelaan berkorban (sacrifice), mengambil tanggung jawab
(responsible), dan berani menanggung risiko (take risk)
E. Mutu seorang pemimpin dalam
organisasi
Dalam suatu organisasi diperlukan
suatu cara kepemimpinan, untuk mencapai tujuan organisasi, seorang pemimpin
pada saat dia mampu mempengaruhi, akan tetapi seorang pemimpin adalah seorang
leader. Kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama dari seluruh kegiatan
organisasi. Kepemimpinan merupakan fenomena kompleks sehingga efektifitas
kepemimpinan merupakan proses yang terencana, teratur, berkelanjutan dan
berkesinambungan harus di tanamkan dan di bina sepanjang masa. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah titik sentral dari sebuah organisasi.
Siagian (1991: 3) menjelaskan bahwa mutu kepemimpinan dalam setiap organisasi
dapat di lihat dari kemampuan pejabat, antara lain:
1. Memahami sepenuhnya berbagai
faktor yang merupakan kekuatan (streght) bagi organisasi.
2. Mengenali secara baik dan
tetap berbagai bentuk kelemahan (weakness) yang terdapat dalam organisasi.
3. Memanfaatkan peluang
(oppoturnity) yang ada.
4. Menghilangkan berbagai ancaman
(treat) yang menjadi penghalang bagi keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasaran.
5. Memiliki sikap proaktif dan antisipatif
terhadap perubahan yang pasti selalu terjadi, baik karena faktor-faktor
internal organisasi baik faktor-faktor eksternal organisasi termasuk didalamnya
adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Mendorong para bawahan
sehingga bekerja dalam tingkat efisiensi, evektivitas, dan produktivitas yang
tinggi yang dapat mendorong keberhasilan usaha.
7. Menciptakan cara dan iklim
yang mendukung wawasan kebersamaan dalam usaha pencapaian tujuan/sasaran
organisasi.
KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan tulang
punggung pengembangan organisasi, kepemimpinan yang baik akan baik pula dalam
mencapai tujuan organisasi. sehingga seorang pemimpin harus mampu menciptakan
visi, misi dan mengembangkan strategi dengan kekuasaannya untuk mempengaruhi
bawahan sesuai dengan tujuan organisasi. Pemimpin juga harus dapat menciptakan
iklim organisasi di mana seseorang merasa bebas namun bertanggung jawab.
Sementara itu di dalam pemilihan model kepemimpinan yang tepat juga akan
menentukan tingkat keberhasilan suatu organisasi yaitu dalam menggerakkan
bawahan untuk dapat bekerja dengan baik. Keberhasilan seorang pemimpin dengan
fungsi kepemimpinannya yang ditetapkan dapat dilihat atau ditandai dengan
keberhasilan anggotanya (bawahannya) dalam melaksakan tugas dan tanggung jawab
yang diberikan. Hal ini juga berkaitan erat dengan motivasi yang menggerakkan
bawahan tersebut. Tentu sebagian besar motivasi untuk bekerja lebih produktif
itu terletak pada bawahan itu sendiri, namun tidak terlepas pula dari pengaruh
fungsi kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Chairi, A., Darwis, M., & Jamaluddin. (2016).
Pengaruh fungsi kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada kantor dinas
pendidikan kabupaten sinjai. Jurnal Office, 2(1), 1–8.
Hafulyon. (2012). Keragaman Konsep Kepemimpinan Dalam Organisasi. JURIS,
11(2), 114–131.
Pramudyo, A. (2013). Implementasi Manajemen Kepemimpinan Dalam Pencapaian
Tujuan Organisasi. Jbma, I(2), 49–61.
Suherman, U. D. (2019). Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jurnal
Ilmu Akutansi Dan Bisnis Syariah, 1(2).
30_Yoga
ReplyDelete1. teknik penulisan : sudah sangat lengkap penulisan artikel ini dilengkapi dengan kesimpulan yang memudahkan memahami isi dari artikel dan dilengkapi dengan mindmap yang dapat lebih memudahkan dalam memahami isi artikel
2. isi konten : sudah sangat lengkap dan mudah dimengerti
3. nilai : 84
40_Wildan
ReplyDeleteMenurut saya artikel yang dibuat sudah sangat bagus, penulisan artikelnya rapih dan penjelasan yang diberikan cukup lengkap serta dilengkapi dengan mind map yang menarik dan mudah dipahami
Nilai:84
47_Satria
ReplyDeleteArtikel yang dibuat oleh saudara adetha sudah cukup baik dan lengkap, mindmap juga menarik dan mudah dipahami.
Nilai : 86
32_Caesar
ReplyDeleteTeknik Penulisan : Secara gamblang untuk penulisan rapih dan mudah dipahami point-point yang terdapat sudah sangat klimaks
Riview : dari mindmapnya dapat disimpulkan bahwa penulisannya menarik dan cukup baik ditambah dengan adanya penekanan di beberapa kata .
Nilai :81
45_Shabilla
ReplyDeleteTeknik penulisan: penulisan artikel yang ditulis oleh penulis secara keseluruhan sudah bagus dan rapih senigga mudah dipahami.
Review: artikel dibuat dengan rapih, poin-poin yang ditulis oleh penulis disampaikan dengan baik. Untuk mindmap sudah menarik dan dibuat dengan baik, namun kurang fokus menampilkan poin-poin yang ada pada artikel.
Nilai: 85
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete26_Firsta
ReplyDeleteTeknik penulisan: artikel yang ditulis secara keseluruhan sudah bagus dan mudah dipahami.
Review: artikel dibuat dengan rapih menampilkan poin-poin dari maksud penulis dengan baik, serta mindmap juga dibuat dengan sangat ringkas dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Nilai: 86