Rajib fahmi
(rajibfahmi2001@gmail.com)
Pengertian Komunikasi Organisasi.
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur
formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa
yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan,
media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi
penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi
komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat
organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada
saat komunikasi dilancarkan.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga
komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah; fungsi relasional;
fungsi manajemen ambigu.
1.Fungsi perintah berkenaan dengan angota-anggota organisasi
mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak
atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara
sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.
2.Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan
anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan
personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi
kenirja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Misal: kepuasan kerja;
aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan
tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersona yang baik
lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang
perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi,
sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati,
dsb.
3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi
organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi
berganda muncul karena pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan
organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan
konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut
mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi
ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara
satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan informasi bersama
Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi.
Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi, manajer, atau
administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi
yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. Sebagai
komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan penyampaian pesannya kepada
peranannya yang sedang dilakukannya. Dalam hubungan ini, Henry Mintzberg seorang
profesor manajemen pada McGill University di Montreal-Kanada, menyatakan
wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peranan: peranan
antarpersona; peranan informasi; dan peranan memutuskan.
1.Peranan antarpersona seorang manajer meliputi tiga hal:
a.Peranan tokoh. Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi,
membuat seorang manajer melakuan tugas yang bersifat keupacaraan. Karena ia
merupakan seorang tokoh, maka selain memimpim berbagai upacara di kantornya, ia
juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara. Dalam peranan
ini seorang manajer berkesempatan untuk memberikan penerangan, penjelasan,
imbauan, ajakan, dll.
b.Peranan pemimpin. Sebagai pemimpin, seorang manajer bertanggung
jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa
kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua tahap
manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengawasan, dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak langsung
berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi para karyawan agar
giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus
mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan,
seorang manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan
melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan.
Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.
c.Peranan penghubung. Dalam peranan sebaga penghubung, seorang
manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal,
baik secara formal maupun secara tidak formal.
2.Peranan informasi. Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi
sebagai pusat informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan
organisasinya. Peranan informasional meliputi peranan-peranan sebagai berikut:
a.Peranan monitor. Dalam melakukan peranannya sebagai monitor,
manajer memandang lingkungan sebagai sumber informasi. Ia mengajukan berbagai
ertanyaan kepada rekan-rekannya atau kepada bawahannya, dan ia menerima
informasi pula dari mereka tanpa diminta berkat kontak pribadinya yang selalu
dibinanya.
b.Peranan penyebar. Dalam peranannya sebagai penyebar ia menerima
dan menghimpun informasi dari luar yang penting artinya dan bermanfaat bagi
organisasi, untuk kemuian disebarkan kepada bawahannya
c.Peranan juru bicara. Peranan ini memiliki kesamaan dengan peranan
penghubung, yakni dalam hal mengkomunikasikan informasi kepada khalayak luar.
Perbedaannya ialah dalam hal caranya: jika dalam peranannya sebagai penghubung
ia menyampaikan informasi secara antarpribadi dan tidak selalu resmi, namun
dalam perananya sebagai juru bicara tidak selamanya secara kontak pribadi,
tetapi selalu resmi. Dalam peranannya sebagai juru bicara itu ia juga harus
mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan
pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya ia
memberikan informasi dalam rangka pengembangan organisasinya. Ia meyakinkan
khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggung jawab
sosial sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah bahwa
organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran sebagaimana harusnya.
3.Peranan memutuskan. Seorang manajer memegang peranan yang sangat
penting dalam sistem pengambilan keputusan dalam organisasinya. Ada empat
peranan yang dicakup pada peranan ini:
a.Peranan wiraswasta. Seorang manajer berusaha memajukan
organisasinya dan mengadakan penyesuaian terhadap perubahan kondisi
lingkungannya. Ia senantiasa memandang ke depan untuk mendapatkan gagasan baru.
Jika sebuah gagasan muncul, maka ia mengambil prakarsa untuk mengembangkan
sebuah proyek yang iawasinya sendiri atau didelegasikannya kepad bawahannya.
b.Peranan pengendali gangguan. Seorang manajer berusaha sebaik
mungkin menanggapi setiap tekanan yang menimpa organisasi, seperti buruh mogok,
para pelanggan menghilang, dsb.
c.Peranan penentu sumber. Seorang manajer bertanggung jawab untuk
memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan,
dan bagaimana pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai
kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi
dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat memastikan bahwa
keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya berjalan melalui pemikran tunggal.
d.Peranan perunding. Manajer melakukan peranan perunding bukan saja
mengenai hal-hal yang resmi dan langsung berhubungan dengan organisasi,
melainkan juga tentang hal-hal yang tidak resmi dan tidak langsung berkaitan
dengan kekaryaan. Bagi manajer, perundingan merupakan gaya hidup karena hanya
ialah yang mempunyai wewenang untuk menanggapi sumber-sumber organisasional
pada waktu yang tepat, dan hanya ialah yang merupakan pusat jaringan informasi
yang sangat diperlukan bagi perundingan yang penting.
Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
1.Komunikasi internal.
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan
antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi,
seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb.
Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer
maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi,
petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan
bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada
pimpinan.
b.Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara
sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan
dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau
mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran
pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk
menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun
semangat kerja dan kepuasan kerja.
2.Komunikasi eksternal.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan
organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar,
komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada
pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada
hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari
jalur secara timbal balik:
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini
dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin.
Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi;
press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter;
brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari
khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan
komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling
berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan
masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok
yang terdiri dari atasan dan bawahannya.
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting
untuk sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor atau
mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba
mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan
oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang
dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen adalah kinerja
dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.
Merchant (1998) mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan
dalam lingkungan pengendalian manajemen. Perilaku berpengaruh dalam desain
sistem pengendalian manajemen untuk membantu mengendalikan, memotivasi
manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat
mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem
pengendalian manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling
berhubungan yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu
manajer dalam mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian
tujuan organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan
(Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik
jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam
organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian
dan kenyamanan dalam bekerja.
Kepemimpinan dalam Organisasi adalah sebuah proses dimana seorang
pemimpin mempengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting bagi
keberhasilan sebuah organisasi.
Teori-Teori Kepemimpinan dalam organisasi
-Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan
perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani
Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam
perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
a.Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan
yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b.Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan
internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panic dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c.Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d.Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
-Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan
teori ini memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
a.Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan
seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b.Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang
pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan
dan terhadap hasil yang tinggi pula.
-Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang
lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia
untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
-Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada
pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Danang
Sunyoto. 2012. Dasar-dasar manajemen pemasaran. Cetakan Pertama.
Yogyakarta : CAPS.
Danang
Sunyoto. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen.
Yogyakarta : CAPS.
Danang
Sunyoto. 2015. Perilaku Konsumen dan Pemasaran. Yogyakarta : CAPS. Fandy
Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Andi,
Yogyakarta : 1997.
Malayu
Hasibuan. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Mauled
Mulyono. (1993). Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moekijat.
(1989). Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.
Payaman
Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Ravianto.
2003. Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi
Usaha dan Produktivitas.
Rusdiana,
D. 2012. Pengaruh Penerapan Gugus Kendali Mutu dan Budaya Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus: Departemen Produksi, Rumah
Potong Ayam PT Sierad Produce, Tbk - Bogor). Jurnal Penelitian. Vol. 2 No. 5.
Hal. 1-25.
Sedarmayanti.
(2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju.
Soeprihanto,
John. 2003. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakara:
Universitas Gadjah Mada
19_Gimawati
ReplyDeletePenulisan : mindmap dan isi sangat lengkap, daftar pustaka ok
Review : Rajib menuliskan tentang komunikasi dalam organisasi artinya Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu.
Nilai : 83