Oleh : Melia Contesa
ABSTRAK
Sumber Daya Manusia(SDM) merupakan elemen utama organisasi.Pelatihan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi suatu keniscayaan bagi organisasi.
Secara pragmatis program pelatihan dan pengembangan memiliki dampak positif baik bagi individu maupun organisasi. Analisis Kebutuhan Pelatihan Training Need Analysis (TNA). performance problem, new system and technology serta automatic and habitual training. Merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace secara spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll). Secara efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.
Secara pragmatis program pelatihan dan pengembangan memiliki dampak positif baik bagi individu maupun organisasi. Analisis Kebutuhan Pelatihan Training Need Analysis (TNA). performance problem, new system and technology serta automatic and habitual training. Merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace secara spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll). Secara efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.
Kata
kunci
: TNA, Training Need Analysis ,SDM.
Pendahuluan
Sumber daya manusia (SDM)
merupakan elemen utama
organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang
sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain.Membicarakan sumberdaya manusia
tidak terlepas dari kegiatan- kegiatan atau proses manajemen lainnya seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan pengembangan organisasi.
Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat erat sekali sehingga sulit bagi kita
untuk menghindari
dari
pembicaraan secara terpisah
satu dengan lainnya.
Pelatihan dan pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) menjadi suatu keniscayaan
bagi organisasi, karena penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin
mereka akan berhasil. Karyawan baru sering sering merasa tidak pasti tentang peranan dan tanggung jawab
mereka. Permintaan
pekerjaan dan
kapasitas
karyawan
haruslah
seimbang
melalui program orietasi dan
pelatihan. Keduanya sangat dibutuhkan.
Sekali para karyawan telah
dilatih dan
telah menguasai pekerjaannya, mereka membutuhkan
pengembangan
lebih
jauh
untuk menyiapkan
tanggung jawab mereka di masa depan. Ada
kecenderungan
yang terus terjadi, yaitu semakin beragamnya karyawan dengan organisasi yang
lebih
datar, dan persaingan global yang
meningkat, upaya pelatihan dan pengembangan dapat menyebabkan karyawan mampu mengembangankan
tugas kewajiban dan tanggung jawabnya yang lebih besar.
Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Wexley dan Yukl
(1976 : 282) mengemukakan : “training and
development are terms
reffering to planned efforts
designed facilitate the
acquisiton of relevan
skills, knowledge, and attitudes by organizational members”.Selanjutnya Wexley dan Yukl menjelaskan pula : “development
focusses more on improving the decision
making and human relation skills of middle and upper
level
management, while training involves
lower level employees and the presentation of more factual
and
narrow subject
matter”
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas penggunaan istilah pelatihan dan
pengembangan. Mereka berpendapat bahwa
pelatihan dan pengembangan merupakan istilah- istilah yang
berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai
penguasaan skill,
pengetahuan, dan sikap-sikap
pegawai atau
anggota
organisasi. Pengembangan lebih difokuskan pada
peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan
memperluas hubungan
manusia
(human
relation) bagi manajemen
tingkat
atas dan
manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).
Pengertian pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan oleh
Adrew E. Sikula
(1981 : 227) “training
is short-terms educational procces utilizing
a systematic and organized
procedure by which nonmanagerial personnel learn technical knowlegde and skills for a definite
purpose. Development,
in reference to
staffing
and
personnel matters, is a long-terms
educational process utilizing a systematic and organized procedure by which managerial personnel learn
conceptual and
theoritical knowledge for general
purpose”.
Istilah pelatihan ditujukan pada
pegawai pelaksana untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan pada
pegawai tingkat manajerial untuk meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan
dalam pengambilan keputusan, dan
memperluas human relation.
Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai
usaha yang terencana dari organisasi untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan
pegawai. Selanjutnya mariot Tua menambahkan pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep
yang sama, yaitu
untuk
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan. Tetapi,
dilihat dari tujuannya, umumnya
kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini,
dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan untuk
melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang
dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi
dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
Sjafri Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan
mampu melaksanakan tanggung
jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
Sedangkan pengembangan memiliki ruang lingkup lebih luas. Dapat berupa upaya meningkatkan
pengetahuan yang
mungkin digunakan segera atau sering untuk kepentingan di masa depan.
Pengembangan sering
dikategorikan secara
eksplisit dalam pengembangan manajemen,
organisasi, dan
pengembangan
individu karyawan.
Penekanan
lebih pokok adalah
pada
pengembangan
manajemen.
Dengan
kata lain, fokusnya tidak pada pekerjaan
kini
dan mendatang,
tetapi pada pemenuhan kebutuhan
organisasi
jangka panjang.
Rasionalisasi Pelatihan dan Pengembangan.
Secara pragmatis
program pelatihan
dan
pengembangan memiliki dampak
positif baik bagi
individu maupun organisasi.
Smith
(1997) menguraikan profil kapabilitas individu
berkaitan dengan skill
yang diperoleh dari
pelatihan dan pengembangan. Seiring dengan
pengusaan
keahlian atau keterampilan
penghasilan yang diterima individu akan
meningkat. Pada akhirnya hasil pelatihan
dan pengembangan
akan
membuka peluang bagi
pengembangan karier
individu dalam organisasi.
Dalam konteks
tersebut peningkatan karier atau
promosi ditentukan oleh pemilikan
kualifikasi skill.
Sementara dalam situasi sulit dimana organisasi cenderung
mengurangi
jumlah karyawannya, pelatihan dan pengembangan memberi
penguatan bagi
individu dengan memberi
jaminan job
security berdasarkan penguasaan
kompetensi yang dipersyaratkan
organisasi.
1. Training and
devolopment has the potensial
to improve labour productivity;
2. Training and devolopment can improve quality of that output, a more highly trained
employee is not only more competent at the job but also more aware of the significance of his or her action;
3. Training and development improve the ability of the organisation to cope with change; the
succesful implementation of
change wheter technical
(in
the
form of
new technologies) or strategic (new product, new markets, etc) relies on the skill
of the organisation’s member.(smith dalam prinsip-prinsip manajemen pelatihan, Irianto jusuf,
2001).
Disaat kompetisi antar organisasi
berlangsung sangat
ketat, persoalan
produktivitas
menjadi salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan karyawan. Program
pelatihan dan
pengembangan
SDM dapat memberi jaminan
pencapaian ketiga persoalan tersebut pada peringkat organisasional.
Gejala Pemicu Pelatihan dan Pengembangan
Terdapat
beberapa fenomena
organisasional yang dapat dikategorikan
sebagai gejala pemicu
munculnya kebutuhan pelatihan
dan pengembangan.
Tidak tercapainya standar pencapaian kerja,
karyawan
tidak
mampu melaksanakan tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat
penjualan menurun,
tingkat
keuntungan menurun adalah
beberapa contoh
gelaja-gejala
yang umum terjadi
dalam organisasi.
Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut Blanchard and Huszczo (1986) mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam organisasi
yang membutuhkan penanganan
yaitu :
1. Low
productivity;
2. High
absenteeism;
3. High
turnover;
4. Low employee morale;
5. High grievances;
6. Strike;
7. Low
profitability.
Hubungan Faktor-Faktor penyebab dan Gejala Organisasional
Ketujuh gejala tersebut sangat
umum dijumpai dalam organisasi
yang dapat
disebabkan
oleh setidaknya tiga faktor yang meliputi : kegagalan
dalam memotivasi karyawan, kegagalan organisasi dalam memberi
sarana dan kesempatan yang tepat bagi karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya, kegagalan
organisasi
memberi pelatihan
dan
pengembangan
secara efektif
kepada karyawan.
Dalam situasi itulah program pelatihan
sangat
mengandalkan training
need analysis ( TNA)
atau analisis kebutuhan
pelatihan. Dan berorientasi
kepada pengembangan karyawan meliputi
:
1. Adanya
pegawai baru,
Memberikan
orintasi pekerjaan
atau tugas pokok organisasi kepada pegawai yang baru direkrut sebelum yang
bersangkutan ditempatkan pada salah satu
unit organisasi;
2. Adanya peralatan kerja baru, Mempersiapkan pegawai dalam penggunaan peralatan baru
dengan teknologi yang
lebih baru, sehingga tidak terjadi adanya kecelakaan kerja dan
meningkatkan efesiensi
kerja;
3. Adanya perubahan sistem manajemen/administrasi birokrasi, Mempersipakan pegawai dalam
melakukan pekerjaan
dengan menggunakan
sistem yang baru
dibangun;
4. Adanya standar kualitas kerja yang baru, Mempersiapkan pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan
sistem yang baru dibangun;
5. Adanya kebutuhan
untuk menyegarkan ingatan , Memberikan nuansa baru/penyegaran ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki;
6. Adanya penurunan dalam hal kinerja pegawai, Meningkatkan kualitas kinerja pegawai
sesuai dengan
tuntutan perkembangan lingkungan strategis;
7. Adanya rotasi/relokasi pegawai, Meningkatkan pegawai dalam menghadapi pekerjaan
dan situasi kerja yang baru
Tahapan Perencanaan Pelatihan
1. Analisis Kebutuhan Pelatihan (training
need analysis) TNA pada tahap
pertama
organisasi
memerlukan fase penilaian yang ditandai dengan
satu kegatan utama yaitu analsis
kebutuhan pelatihan. Terdapat tiga
situasi dimana organisasi diharuskan
melakukan analisis tersebut
: yaitu
: performance problem,
new system and technology
serta automatic and habitual training.
Situasi pertama, berkaitan
dengan kinerja dimana karyawan
organisasi mengalami degradasi
kualitas atau
kesenjangan antara unjuk
kerja dengan standar kerja yang telah
ditetapkan.
Situasi kedua, berkaitan dengan penggunaan
komputer, prosedur atau
teknologi baru
yang diadopsi
untuk memperbaiki efesiensi operasional perusahaan.
Situasi ketiga,
berkaitan dengan
pelatihan yang secara tradisional
dilakukan berdasarkan
persyaratan-persyaratan
tertentu misalnya kewajiban legal
seperti masalah kesehatan
dan
keselamatan kerja.
Training
Need Analysis (TNA) merupakan sebuah analisis kebutuhan
workplace secara
spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan
pelatihan yang menjadi
prioritas. Informasi
kebutuhan tersebut
akan
dapat membantu organisasi dalam menggunakan
sumber daya (dana, waktu dll)
secara efektif
sekaligus
menghindari kegatan pelatihan yang tidak perlu.
TNA dapat pula dipahami
sebagai sebuah investigasi
sistematis dan
komprehensif tentang berbagai
masalah dengan
tujuan
mengidentifikasi secara tepat
beberapa dimensi persoalan, sehingga akhirnya organisasi dapat mengetahui apakah
masalah tersebut memang perlu dipecahkan melalui program
pelatihan atau tidak.
Analisis kebutuhan
pelatihan dilakukan melalui sebuah proses tanya jawab (asking question getting answers). Pertanyaan
diajukan kepada setiap karyawan dan
kemudian membuat verifikasi
dan dokumentasi tentang berbagai
masalah dimana akhirnya
kebutuhan pelatihan dapat
diketahui
untuk memecahkan masalah
tersebut.
Masalah yang membutuhkan
pelatihan selalu berkaitan dengan lack of skill or knowledge sehingga kinerja
standar tidak dapat dicapai. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
kinerja aktual dengan kinerja situasional.
Fungsi Training Need Analysis (TNA) yaitu :
1. mengumpulkan
informasi tentang skill,
knowledge dan feeling pekerja;
2. mengumpulkan
informasi tentang job
content
dan job context;
3. medefinisikan
kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional;
4. melibatkan stakeholders dan membentuk
dukungan;
5. memberi data untuk keperluan
perencanaan
Hasil Training Need Analysis
(TNA) adalah
identifikasi performance gap. Kesenjangan kinerja
tersebut dapat
diidentifikasi sebagai
perbedaan
antara
kinerja yang
diharapkan dan kinerja aktual
individu. Kesenjangan
kinerja dapat
ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan
dengan kinerja aktual
individu tempat kerja.
Tahapan Training
Need Analysis (TNA) mempunyai elemen
penting yaitu :
·
identifikasi masalah
·
identifikasi kebutuhan
·
pengembangan standar
kinerja
·
identifikasi peserta
·
pengembangan kriteria pelatihan
·
perkiraan
biaya
·
keuntungan
2. Pembuatan
Desain
Pelatihan
Desain pelatihan adalah esensi dari
pelatihan, karena pada tahap ini bagaimana kita dapat menyakinkan
bahwa pelatihan akan
dilaksanakan.
Keseluruhan tugas yang harus
dilaksanakan pada tahap
ini adalah :
1. mengidentifikasi sasaran pembelajaran dari
program
pelatihan;
2. menetapkan metode yang
paling tepat;
3. menetapkan penyelenggara dan
dukungan lainnya;
4. memilih
dari beraneka ragam media;
5. menetapkan isi;
6. mengidentifikasi alat-alat evaluasi;
7. menyusun urut-urut
pelatihan.
Selanjutnya yang
tidak
kalah pentingnya
adalah
membuat materi
pelatihan yang
diperlukan dan dikembangkan seperti
:
1. jadwal
pelatihan secara menyeluruh
(estimasi waktu);
2. rencana setiap
sesi;
3. materi-materi
pembelajaran seperti
buku tulis, buku bacaan, hand
out dll;
4. alat-alat bantu
pembelajaran;
5. formulir evaluasi.
Implementasi Pelatihan
Tahap berikutnya untuk
membentuk
sebuah kegiatan
pelatihan yang
efektif adalah
implementasi dari program pelatihan.
Keberhasilan
implementasi program pelatihan
dan pengembangan SDM
tergantung pada pemilihan
(selecting)
program untuk
memperoleh the right people
under the right conditions.
Training Need Analysis (TNA) dapat
membantu
mengidentifikasi the right people
dan the right program sedangkan
beberapa pertimbangan
(training development) and concideration
program dapat
membantu
dalam
menciptakan
the right condition.
Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan
melalui evaluasi.
Secara sistimatik manajemen pelatihan meliputi tahap perencanaan yaitu training need analysis, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Tahap terakhir merupakan titik kritis dalam setiap kegiatan
karena acap kali diabaikan sementara
fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa pelatihan
yang telah
dilakukan berhasil mencapai tujuan
ataukah
justru sebaliknya.
1. Persepsi terhadap Evaluasi Pelatihan konsep pelatihan sudah
sejak lama mengalam problem
perseptual. Sebagai kegiatan banyak organisasi mempersepsikan evaluasi secara
keliru
disamping mengabaikan atau sama sekali tidak melakukannya setelah pelatihan diadakan. Menurut
Smith (1997)
evaluasi program pelatihan dan pengembangan merupakan a
necessary
and
usefull activity, namun demikian secara praktis sering dilupakan atau tidak dilakukan sama
sekali.
2. Makna Evaluasi Pelatihan Newby (Tovey,
1996 dalam
Irianto
Yusuf)
menulis
bahwa perhatian utama
evaluasi dipusatkan pada
efektivitas pelatihan.
Efektifitas berkaitan dengan
sampai sejauh manakah program pelatihan Sumber
Daya Manusia (SDM) diputuskan sebagai
tujuan yang
harus dicapai, karena efektifitas menjadi masalah serius dalam kegiatan evaluasi
pelatihan.
3. Merancang Evaluasi Pelatihan Evaluasi
yang dilakukan oleh penyelenggara diklat
sebagai
berikut :
Evaluasi Pra Diklat, bertujuan mengetahui sejauhmana
pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang telah dimiliki para peserta sebelum diklat dilaksanakan dibandingkan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang disusun dalam program. Pengetahuan, keterampilan
Tahapan evaluasi
terhadap
pelatihan :
·
Evaluasi Peserta
·
Evaluasi Widyaiswara
·
Evaluasi Kinerja Penyelenggara
Evaluasi Pasca Diklat, bertujuan mengetahui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sebelum diklat tidak dimiliki oleh peserta setelah proses diklat selesai dapat dimiliki dengan baik
oleh peserta.
Kesimpulan
Sumber daya manusia merupakan elemen utama
organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan
yanglain.Latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang
terencana dari organisasi
untuk
meningkatkan pengetahuan,
keterampilan,
dan kemampuan pegawai.
Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan. Tetapi,
dilihat dari tujuannya, umumnya kedua konsep
tersebut
dapat
dibedakan. Pelatihan
lebih ditekankan pada
peningkatan
kemampuan untuk
malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan
pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang
dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja. Training
Need Analysis (TNA) merupakan
sebuah analisis kebutuhan
workplace secara
spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan
pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan
tersebut akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll)
secara
efektif sekaligus
menghindari kegiatan
pelatihan yang tidak perlu.
Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya
(dana, waktu
dll) secara efektif sekaligus
menghindari kegiatan
pelatihan yang tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Hariandja, Marihot Tua Efendi (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian
dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai, Grasindo Widiasarana Indonesia,
Jakarta
Irianto Jusuf (2001), Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis
Kebutuhan
Sampai Evaluasi
Program Pelatihan), Insani Cendekia,
Jakarta
Handoko Hani. 1987, Manajemen Personalia dan Sumber
Daya manusia Edisi 2 BPEE Fak
Ekonomi UGM, Jogjakarta
Schuler, R.S dan
Jackson, S.E, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke
21, Edisis Keenam,
Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Mangkuprawira, Sjafri (2004), Manajemen Sumber Daya
Manusia Strategik, Ghalia Indonesia, Jakarta Selatan.
Mangkunegara, Anwar Prabu, (2006), Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
PT Refika Aditama, Bandung.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.