Oleh Melinda Cahya
41616110013
I.
Pengertian
Kepuasan Kerja
Setiap
orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena
setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan.
Menurut
Kreitner dan Kinicki (2001;271) kepuasan kerja adalah “suatu efektifitas atau
respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan”. Davis dan Newstrom
(1985;105) mendeskripsikan “kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai
tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka”.
Menurut
Robbins(2003;78)kepuasan kerja adalah “sikap umum terhadap pekerjaan seseorang
yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan
jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima”.
Kepuasan
kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap berbagai segi atau aspek
pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep tunggal.
Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas
dengan satu atau lebih aspek lainnya.
Kepuasan
Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul
berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat
dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan.
Karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Perasaan-perasaan
yang berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja cenderung mencerminkan
penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalaman-pengalaman kerja pada waktu
sekarang dan lampau daripada harapan-harapan untuk masa depan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu
nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-Kebutuhan dasar.
Nilai-nilai
pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting
oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai- nilai pekerjaan harus sesuai
atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang
berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan
kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan
kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat pentingnya aspek
pekerjaan bagi individu.
Seorang
individu akan merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan
sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan
adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dengan hasil
keluarannya (yang didapatnya).Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan
kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan tingkah
laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting pekerjaan.
II.
Teori
Kepuasan Kerja
Teori
kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian orang lebih puas
terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga mencari
landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa
teori tentang kepuasan kerja yaitu:
1) Two
Factor Theory
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators
dan hygiene factors. Ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar
pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas pengawasan dan
hubungan dengan orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena
faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance
factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait
dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat
pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk
pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan tingkat
kepuasan kerja tinggi dinamakan motivators.
2) Value
Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada
tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin
banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju
kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki
dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah
kepuasan orang.
III.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Ada
lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinicki
(2001;225) yaitu sebagai berikut :
1. Pemenuhan
kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik
pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Perbedaan
(Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa
yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa
yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila
menerima manfaat diatas harapan.
3. Pencapaian
nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4. Keadilan
(Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil
individu diperlakukan di tempat kerja.
5. Komponen
genetik (Genetic components)
Kepuasan kerja merupakanfungsi sifat pribadi dan
faktor genetik.Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti
penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disampng karakteristik lingkungan
pekerjaan.
Selain
penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya
adalah sebagi berikut :
1) Pekerjaan
itu sendiri (work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan
serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan
tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
2) Hubungan
dengan atasan(supervision)
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan
kepuasan kerja adalah tenggang rasa (consideration). Hubungan fungsional
mencerminkan sejauhmana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan
nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan
didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan
nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan
atasan adalah jika kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki
ciri pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat
motivasinya dan sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya.
3) Teman
sekerja (workers)
Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang
sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4) Promosi
(promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada
tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5) Gaji
atau upah (pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai
yang dianggap layak atau tidak.
IV.
Pengaruh
Kepuasan Kerja
1. Terhadap
Produktivitas
Orang berpendapat bahwa produktivitas dapat
dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja mungkin merupakan
akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang
mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan
performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja
menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat
mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.
2. Ketidakhadiran
(Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran sifatnya
lebih spontan dan kurang mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya
hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor
dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
Sementara itu menurut Wibowo (2007:312) “antara kepuasan dan
ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif”. Sebagai contoh
perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau
denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
3. Keluarnya
Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau keluar dari
pekerjaanmempunyai akibat ekonomis yang besar, maka besar kemungkinannya
berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan
kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan
meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik
perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan
lainnya.
4. Respon
terhadap Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbins (2003) ada empat cara tenaga kerja
mengungkapkan ketidakpuasan yaitu
a. Keluar
(Exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
b. Menyuarakan
(Voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan
atasan untuk memperbaiki kondisi.
c. Mengabaikan
(Neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti
sering absen atau semakin sering membuat kesalahan.
d. Kesetiaan
(loyality) yaitu menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk
membela perusahaan terhadap kritik dari luar.
V.
Kesimpulan
Keberhasilan
manajemen kepuasan kerja bersifat jangka panjang dengan harapan-harapan positif
organisasi/perusahaan sebagai berikut:
1. Mendukung pencapaian tujuan-tujuan
organisasi
2. Sesuai dengan dan mendukung strategi
dan struktur organisasi.
3. Menarik dan dapat mempertahankan
individu yang berkompeten sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan
(menurunkan turn over).
4. Menetapkan spektrum yang lebih luas
atas perilaku tugas (task behavior) yang diinginkan dari seluruh anggota
organisasi (implementasi budaya perusahaan).
5. Merefleksikan ekuitas
(persamaan-keadilan) dalam penilaian kinerja dan pemberian penghargaan bagi
seluruh anggota organisasi.
6. Wujud ketaatan dan pelaksanaan hukum
atau perundang-undangan yang berlaku dalam suatu wilayah yuridisdiksi tertentu
dimana organisasi/perusahaan berada.
7. Mencapai hal tersebut di atas dengan
biaya yang proposional sesuai dengan kondisi keuangan internal penggunaan biaya
yang paling efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bianca, Audra, Wahyu
Susihono. 2012. Pengaruh Iklim Organisasi Dan Pengembangan Karir Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Spektrum Industri. Volume 10. Nomer 2. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=123773&val=5548&title=PENGARUH%20IKLIM%20ORGANISASI%20DAN%20PENGEMBANGAN%20KARIR%20TERHADAP%20KEPUASAN%20KERJA%20KARYAWAN
Sudharto. 2012. Pengaruh
Budaya Organisasi Sekolah, Pengalaman Kerja, Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan,
Motivasi Kerja, Dan Kinerja Kepala Sma Se Eks Karesidenan Semarang. Jurnal
Manajemen Pendidikan. Volume 1. Nomer 1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=7076&val=534&title=PENGARUH%20BUDAYA%20ORGANISASI%20SEKOLAH,%20PENGALAMAN%20KERJA,%20DAN%20KOMPENSASI%20TERHADAP%20KEPUASAN,%20MOTIVASI%20KERJA,%20DAN%20KINERJA%20KEPALA%20SMA%20SE%20EKS%20KARESIDENAN%20SEMARANG
Fuad, Alex. 2016. Peningkatan
Kepuasan Kerja. http://sdmberkualitas.blogspot.co.id/2016/06/peningkatan-kepuasan-kerja.html
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
ReplyDeleteBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^