I.
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan
aktivitas manajemen, selalu memerlukan orang
lain sebagai tenaga operasional
yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, manajemen
harus dapat menggerakan sekelompok manusia untuk bekerja
dengan penuh kemauan
untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Akan tetapi, mengingat setiap manusia
memiliki
motif,
emosi, aspirasi, serta kepentingan yang berbeda-beda seringkali upaya manajemen dalam
menggerakan orang lain mendapatkan berbagai hambatan dan kesulitan. Untuk mengantisipasi berbagai
hambatan dan kesulitan yang dialami oleh pihak manajemen tersebut,
diperlukan adanya pemberian
motivasi. Winardi (2002:1) mengemukakan bahwa
“istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan latin yakni movere
yang berarti menggerakkan (to move)” . Motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan, Hasibuan (2007: 95). Ishak dan
Hendri (2003:12) mengemukakan bahwa “motivasi sebagai suatu hal pokok yang
menjadi dorongan setiap motif untuk bekerja”. Motivasi sering kali diartikan
pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Menurut Robbins (2008:222)
motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan
seseorang individu untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa; (1) Motivasi kerja merupakan bagian yang urgen dalam
suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat untuk pencapaian tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai, (2) Motivasi kerja mengandung dua tujuan utama dalam
diri individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan
organisasi, dan (3) Motivasi kerja yang diberikan kepada seseorang hanya
efektif manakala di dalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau
keyakinan untuk maju dan berhasil dalam organisasi.
Berikut ini
beberapa pendapat para ahli mengenai definisi motivasi kerja, antara lain:
Menurut Malayu S. P
Hasibuan (2007:219), mengemukakan bahwa:
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi
dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasaan”.
Menurut Liang
Gie yang dikutip
oleh Sadili Samsudin (2006:281), menjelaskan
bahwa:
“Motivasi kerja adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam
memeberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada para karyawannya untuk mengambil
tindakan-tindakan tertentu”.
Menurut Berelson dan
Steiner yang dikutip oleh Siswanto (2005:119) definisi motivasi
adalah sebagai berikut :
“Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku
ke arah mencapai kebutuhan
yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.”
Motivasi
Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari perasaan puas dalam
melaksanakan pekerjaan itu sendiri. Ia merupakan bagian langsung dari kandungan
kerja. Oleh sebab itu, menurut Siagian (2004:139) motivasi intrinsik bersumber
dari dalam individu. Motivasi intrinsik jika dihubungkan dengan hirarki
kebutuhan manusia, maka menyangkut kebutuhan tingkat lebih tinggi (higher
level needs) yaitu esteem needs dan self actualization needs. Nilai
kerja intrinsik adalah nilai kerja yang berhubungan dengan pekerjaan itu
sendiri. Nilai kerja intrinsik meliputi ketertarikan terhadap pekerjaan,
tertantang pada pekerjaan, belajar hal baru, membuat kontribusi penting,
memanfaatkan potensi kerja sepenuhnya, tanggung jawab, otonomi dan kreatif. Motivasi
intrinsik ada untuk posisi ketertarikan dan ketertantangan dalam pekerjaan.
Motivasi
Ekstrinsik adalah motivasi yang ada kaitannya dengan imbalan
yang diterima seseorang sesudah melakukan pekerjaan. Imbalan ini dapat berupa promosi,
hubungan pribadi, gaji, upah, serta tunjangan, sehingga motivasi ekstinsik ini
berasal dari luar pribadi atau individu. Manullang (2001: 119) menyatakan bahwa
jika perusahaan menyediakan kondisi-kondisi kerja, upah, tunjangan, atau
keselamatan kerja yang tidak mencukupi, maka ia akan mendapat kesulitan dalam
menarik karyawan-karyawan yang baik, dan perputaran, kemangkiran serta
keluhan-keluhan akan meningkat.
II. PEMBAHASAN
A. Aspek dan Tujuan Motivasi
Keiniginan dan kegairahan
kerja dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek
motivasi yang bersifat statis, menurut Malayu S.P. Hasibuan (2008:145) dua
aspek motivasi yang bersifat statis yaitu :
1.
Aspek motivasi statis yang pertama, tampak sebagai kebutuhan
pokok manusia yang menjadi dasar bagi harapan yang akan diperoleh lewat tercapainya tujuan organisasi.
2.
Aspek motivasi
statis yang kedua, adalah berupa alat perangsang atau insentif yang diharapkan
dapat memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan pokok yang diharapkan.
Motivasi akan
tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat
mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu ke arah tujuan yang
diinginkan. Menurut Malayu S. P.
Hasibuan (2008:146), adapun tujuan pemberian motivasi kerja adalah sebagai
berikut:
-
Meningkatkan moral
dan kepuasan kerja
karyawan.
-
Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
-
Mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan.
-
Meningkatkan kedisiplinan
karyawan.
-
Mengefektifkan pengadaan karyawan.
-
Menciptakan suasana
dan hubungan kerja
yang baik.
-
Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan
-
Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
-
Mempertinggi rasa
tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
-
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan
bahan baku
B. Metode dan Proses
Motivasi
Menurut Malayu S. P. Hasibuan
(2008:149), metode- metode motivasi
adalah sebagai berikut:
1.
Motivasi Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi
(materil dan non materil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu
karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti
memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan
lain sebagainya.
2.
Motivasi Tidak
Langsung (Indirect Motivation),
adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang
mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan
betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang
semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas kerja meningkat.
Metode motivasi merupakan langkah
awal dalam melakukan proses pemotivasian karyawan. Metode motivasi digunakan
para manajer agar pemotivasian tepat pada sasarannya setelah itu kemudian
dilakukan proses motivasi. Memotivasi seseorang itu sangat sulit, karena
pimpinan sulit untuk mengetahui kebutuhan (needs)
dan keinginan (wants) yang diperlukan
bawahan dari hasil pekerjaannya itu. Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2008:150), ada enam tahapan dalam proses
motivasi yaitu :
1. Tujuan
2. Mengetahui
Kepentingan
3. Komunikasi
Efektif
4. Integrasi
Tujuan
5. Fasilitas
6. Team Work
C. Teori-Teori Motivasi
Pada dasarnya
proses motivasi dapat digambarkan jika seseorang tidak puas akan
mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan mencari kepuasan yang menurut
ukurannya sendiri sudah sesuai dan harus terpenuhi. Beberapa teori
motivasi menurut Malayu S. P. Hasibuan
(2008:153-165) yaitu:
1.
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori ini
mengatakan bahwa manusia termotivasi untuk memuaskan lima jenis kebutuhan, yang
dapat disusun dalam suatu hierarki. Kebutuhan yang lebih tinggi baru akan muncul
apabila kebutuhan yang dibawahnya telah terpenuhi. Adapun hierarki kebutuhan
menurut Maslow adalah sebagai berikut:
-
Psychological Needs (Kebutuhan Fisik dan Biologis)
-
Safety and Security Needs (Kebutuhan Keselamatan & Keamanan)
-
Affiliation Acceptance Needs (Kebutuhan Sosial)
-
Esteem or Status Needs (Kebutuhan akan Penghargaan)
-
Self Actualization (Aktualisasi Diri)
2.
Teori Herxberg
Herzberg’s Two Factors Theory (Teori Motivasi Dua Faktor), menurut teori ini motivasi
yang ideal dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang
lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Herzberg
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:
-
Maintenance Factors (Faktor Pemeliharaan atau Faktor Higienis)
Adalah faktor-faktor
pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh
ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini
menurut Herzberg
merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada
titik nol setelah dipenuhi. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi balas jasa,
kondisi kerja fisik, kepastian
pekerjaan, mobil dinas, rumah dinas, kestabilan kerja, hubungan antar pribadi
(atasan dan bawahan), dan macam-macam
tunjangan lainnya. Faktor-faktor pemeliharaan
ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.
-
Motivation Factor
Adalah faktor
motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang
yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan
pekerjaan. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik,
kepuasan kerja yang diperoleh dalam pekerjaan akan mendorong motivasi yang
kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang
baik. Faktor-faktor tersebut meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition),
pekerjaan itu sendiri (the work it self),
tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan
pengembangan potensi individu
(possibility of growth).
D. Jenis-Jenis dan Alat
Motivasi
Dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2008:150), Malayu S. P. Hasibuan,
mengatakan bahwa terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan
motivasi negatif.
1.
Motivasi Positif
Manajer
memotivasi bawahannya dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi
positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang
menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi Negatif
Motivasi negatif
maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman.
Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek
akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk
jangka waktu panjang
dapat berakibat kurang
baik.
Dalam praktek
kedua jenis motivasi
di atas sering digunakan oleh manajer suatu
perusahaan. Pengunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah ialah: kapan motivasi positif
atau motivasi negatif itu, efektif merangsang gairah kerja karyawan? Motivasi
positif efektif untuk jangka panjang,
sedang motivasi negatif efektif untuk jangka pendek saja.
Tetapi manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
Alat-Alat Motivasi menurut Malayu S. P. Hasibuan (2008:149), yaitu:
1.
Materiil Insentif: alat motivasi yang diberikan itu berupa uang dan atau barang
yang mempunyai nilai pasar; jadi memberikan kebutuhan ekonomis. Misalnya: kendaraan, rumah dan lain-lainnya.
2.
Nonmateriil Insentif:alat motivasi yang diberikan itu berupa barang/benda yang tidak
ternilai; jadi hanya memberikan kepuasan/kebanggaan rohani saja.
Misalnya: medali, piagam,
bintang jasa dan lain-lainnya.
3.
Kombinasi Materiil dan Non materiil
Insentif: alat motivasi yang diberikan itu berupa materiil (uang dan barang) dan non materiil
(medali dan piagam),
jadi memenuhi kebutuhan ekonomis
dan kepuasan/kebanggan rohani
DAFTAR
PUSTAKA
Hasibuan. Malayu. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Cetakan keenam. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hasibuan. Malayu. 2008.
Manajemen
Sumber Daya Manusia. Cetakan kesebelas. Jakarta : PT
Bumi Aksara
@17-Sri
ReplyDeletePoint 3
Siang Talitha, mind map Anda sudah cukup bagus tp mengapa pengetikan artikelnya msh sedkt kurang rapi n pustaka yg msh sdkit