Oleh: Nadia Amira Hapsari
ABSTRAK
Kemajuan ilmu pegetahuan yang
semakin pesat pada dewasa ini terutama dalam bidang teknologi menjadi
menurunnya penggunaan tenaga kerja manusia dalam pekerjaan. Sekalipun demikian
tenaga manusia tetap memegang peranan yang cukup penting walupun betapa sempurnanya
peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam dunia kerja sebagai alat untuk
mempermudah pekerjaan namun tetap dibutuhkan tenaga manusia sebagai penggerak
dari alat-alat tersebut.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kepuasan kerja
merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu akan memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan kerja adalah sikap umum
terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah
penghargaan yag diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima (Robbin, 2003:78).
Greenberg dan Baron (2003:148)
mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang
dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Selain itu Gibson (2000:106)
menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para pekerja tentang
pekerjaan mereka. Hal itu merupakan hasil dari persepsi mereka tentang
pekerjaan.
Kepuasan kerja merupakan respon
afektif atau emosional terhadap berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang
sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif
puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih
aspek lainnya.
Kepuasan Kerja merupakan sikap
(positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian
terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu
pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah
satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai
situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
FUNGSI KEPUASAN KERJA
• Untuk meningkatkan disiplin
karyawan dalam menjalankan tugasnya. Karyawan akan datang tepat waktu dan akan
menyeleseikan tugasnya sesuai dengan waktu yng telah ditentukan.
• Untuk meningkatkan semangat
kerja karyawan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan (Luthans, 1998:126).
Lima aspek yang terdapat dalam
kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It
self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik berarti mau
menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai
figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan
dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik
yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan
dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama
bekerja.
5. Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan
kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan
Kerja
Menurut Baron & Byrne (1994)
ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor pertama yaitu
faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan perusahaan dan iklim kerja. Faktor
kedua yaitu faktor individual atau karakteristik karyawan. Pada faktor
individual ada dua predictor penting terhadap kepuasan kerja yaitu status dan
senioritas. Status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan banyak kemungkinan
mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor
tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki
ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya
apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal. (p.45). Pendekatan Wexley
dan Yukl (1977) berpendapat bahwa pekerjaan yang terbaik bagi
penelitian-penelitian tentang kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan baik
faktor pekerjaan maupun faktor individunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu gaji, kondisi kerja, mutu pengawasan, teman sekerja, jenis
pekerjaan, keamanan kerja dan kesempatan untuk maju serta faktor individu yang
berpengaruh adalah kebutuhan-kebutuhan yang dimilikinya, nilai-nilai yang dianut dan
sifat-sifat kepribadian. (p.35). Pendapat yang lain dikemukan oleh Ghiselli dan
Brown, mengemukakan adanya lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
a. Kedudukan (posisi)
Umumnya manusia beranggapan bahwa
seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas
daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru
perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Pangkat (golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan
perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan
tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit
banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap
kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku dan perasaannya.
c. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan
antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur di antara 25 tahun sampai 34
tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa
menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
d. Jaminan finansial dan jaminan
sosial
Masalah finansial dan jaminan
sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
e. Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan
pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja.
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik
dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
As’ad (2004, p. 112).
PENGARUH KEPUASAN KERJA
1. Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa
produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan
kerja mungkin merpakan akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas
yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang
mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan
performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja
menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat
mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.
2. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers,
ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan ketidakpuasan
kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran.
Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan
kemampuan untuk hadir.
Sementara itu menurut Wibowo
(2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi
negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan
bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
3. Keluarnya Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau keluar
dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka besar kemungkinannya
berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan
kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan
meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik
perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan
lainnya.
4. Respon terhadap Ketidakpuasan
Kerja
Ada empat cara tenaga kerja
mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):
a. Keluar (Exit) yaitu
meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
b. Menyuarakan (Voice) yaitu
memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk
memperbaiki kondisi.
c. Mengabaikan (Neglect) yaitu
sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau
semakin sering membuat kesalahan.
d. Kesetiaan (loyality) yaitu
menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela
perusahaan terhadap kritik dari luar.
KESIMPULAN
Kepuasan kerja
(job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Hal ini
dapat dipahami bahwa karyawan harus
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
ketrampilannya.
Dari batasan -
batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana
bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini
berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya sebagai hasil interaksi
manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di samping itu, perasaan seseorang
terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap
pekerjaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda – beda sesuai
dengan sistem nilai – nilai yang berlaku dalam dirinya. Ini disebabkan karena
adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin banyak aspek-aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.