Abstrak
Dalam setiap
perusahaan, manusia merupakan sumber daya yang paling penting, begitu pula di
dalam perusahaan. Perusahaan harus selalu mampu mempertahankan SDM terbaik dan
tercerdas yang mereka miliki, yang memiliki kemampuan untuk selalu bekerja
keras, mengembangkan keahliannya, dan mampu bersaing dalam kemajuan teknologi
yang semakin pesat.
Adaptasi
perusahaan melalui talent management diperlukan di era global mengingat arus informasi
dan perubahan yang cepat dan terus menerus. SDM dengan talenta baru bagi organisasi
diperlukan untuk mencapai keberhasilan/kinerja organisasi. Organisasi harus menambah
waktu dan tenaga untuk memperbaiki kinerja dari talenta baru tersebut. Para
talent akan berlomba-lomba untuk melakukan yang terbaik bagi organisasi apabila
organisasi menghargai pekerjaannya
Pendahuluan
Dasar Manajemen
Talenta
Penting untuk
memahami manajemen talenta sebelum membahas mengenai manajemen kompetensi
secara spesifik. Hal ini disebabkan oleh letak manajemen kompetensi itu sendiri
yang sesungguhnya merupakan bagian awal dari praktik manajemen talenta. Dimana
secara spesifik, dapat dijelaskan bahwa ada alat-alat yang bisa dipergunakan
untuk menciptakan sistem manajemen talenta. Manajemen kompetensi berada pada
langkah pertama dari empat langkah yang ada untuk menghasilkan alat-alat tersebut.
Langkah yang pertama tersebut ialah mengembangkan alat dan skala asesmen.
Langkah pertama ini diawali dengan menyusun definisi kompetensi dan skala
pengukurannya dan diakhiri dengan mengaplikasikannya pada setiap pekerjaan
(Berger dan Berger, 2007)
Dalam suatu
organisasi, keberadaan karyawan mutlak dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan
tujuan yang ingin dicapai.Organisasi yang mempunyai karyawan dengan talent yang
sesuai dengan kebutuhan
organisasi/perusahaan
akan membuat perusahaan lebih kompetitif. Dengan dan mempertahankan orang-orang
yang memiliki talent menjadi penting. Hal ini dikenal sebagai talent management
(manajemen bakat). Capelli (2009; dalam Andry 2011) berpendapat bahwa: “Talent management
berkaitan dengan mencari orang yang tepat dengan keterampilan yang tepat untuk
posisi yang tepat.”
Semakin besarnya
kesadaran perusahaan perusahaan akan talent tersebut, maka dewasa ini mereka
bersaing untuk mendapatkan karyawan yang bertalenta tinggi, baik dengan cara
mencari dari luar maupun dari pelatihan dan kaderisasi. Kekurangan talent
merupakan hal serius bagi pertumbuhan organisasi di masa depan. Dengan demikian
merekrut Setiap individu memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Tugas yang
cukup sulit bagi organisasi adalah mengidentifikasi individu yang cocok dengan
budaya organisasi yang ada. Hal ini dilakukan dengan mempelajari dan mengevaluasi
setiap individu pada kemampuan, bakat, kepribadian, dan karakter mereka, dalam
kaitannya dengan mengisi kekosongan jabatan tertentu dalam organisasi. Prosedur
pemilihan sumber daya manusia yang efektif akan mampu untuk mengidentifikasi
keahlian pegawai/karyawan dengan tepat. Bila berhasil mendapatkan
individu-inidividu yang lebih baik dari pesiang, maka akan didapatkan
organisasi yang akan lebih baik dari pesaing lainnya. Talent management tidak
akan berhasil jika tidak ada sistem seleksi,
yang salah
satunya adalah sistem untuk mengidentifikasikan hasil kinerja. Jika seorang
pegawai memiliki kinerja yang dianggap rata-rata maka mereka harus dihargai
atas kinerjanya, sedangkan yang berprestasi di perusahaan harus menerima imbalan
yang lebih tinggi untuk menjaga motivasinya.
Definisi Manajemen
Talenta
Salah satu tantangan
terbesar yang dihadapi para ahli di bidang HR sejak sepuluh tahun terakhir ini
adalah tidak terjawabnya pertanyaan mengeni definisi dan tujuan dari manajemen
talenta. Seperti yang dikatakan oleh Lewis dan Heckman (2006), bahwa “definisi
dan tujuan dari manajemen talenta masih belum jelas.” Mungkin inilah alasan
mengapa para praktisi HR masih merasa kesulitan dalam realisasi pelaksanaan
manajemen talenta di dalam organisasi, walaupun mereka sudah menyadari bahwa
manajemen talenta sangatlah penting untuk masa depan perusahaan.
Terdapat tiga
pandangan mengenai manajemen talenta (Collongs dan Mellahi, 2009; Lewis dan
Heckman, 2006; dan Silzer dan Dowell, 2010). Pandangan pertama menekankan pada
human capital. Pandangan kedua melihat manajemen talenta sebagai “ sebuah
proses dimana karyawan melakukan antisipasi dan memenuhi kebutuhan mereka akan
human capital. Pandangan ketiga melihat manajemen talent sebagai instrument
untuk mencapai outcome ekonomi.
Istilah talent
management pertama kali diperkenalkan oleh McKinsey & Company following
melalui salah satu studi yang dilakukannya tahun 1997. Pada tahun berikutnya,
talent management kemudian menjadi salah satu judul buku yang ditulis bersama
oleh Ed Michaels, Helen Handfield-Jones, dan Beth Axelrod.
Talent
management atau manajemen bakat adalah suatu proses manajemen SDM terkait tiga
proses. Pertama, mengembangkan dan memperkuat karyawan baru pada proses pertama
kali masuk perusahaan (onboarding). Kedua, memelihara dan mengembangkan pegawai
yang sudah ada di perusahaan. Ketiga, menarik sebanyak mungkn pegawai yang
memiliki kompetensi, komitmen dan karakter bekerja pada perusahaan Simalango (2009).
Definisi lain disampaikan oleh Groves (2007) talent management secara umum
berkaitan dengan pelatihan Istilah talent management pertama kali diperkenalkan
oleh McKinsey & Company following melalui salah satu studi yang
dilakukannya tahun 1997. Pada tahun berikutnya, talent management kemudian
menjadi salah satu judul buku yang ditulis bersama oleh Ed Michaels, Helen
Handfield-Jones, dan Beth Axelrod.
Talent
management atau manajemen bakat adalah suatu proses manajemen SDM terkait tiga
proses. Pertama, mengembangkan dan memperkuat karyawan baru pada proses pertama
kali masuk perusahaan (onboarding). Kedua, memelihara dan mengembangkan pegawai
yang sudah ada di perusahaan. Ketiga, menarik sebanyak mungkn pegawai yang
memiliki kompetensi, komitmen dan karakter bekerja pada perusahaan Simalango (2009).
Definisi lain disampaikan oleh Groves (2007) talent management secara umum
berkaitan dengan pelatihan
Permasalahan
Inisiatif dalam
melaksanakan talent management dalam bisnis memiliki banyak tujuan. Menurut Smilansky
(2008), tujuan utamanya adalah mengembangkan top management terbaik dalam menghadapi
persaingan bisnis, mencari kandidat eksternal yang baik untuk mengisi pekerjaan
kunci, saling mengisi talent antar unit yang berbeda, mempertahankan seorang
bertalenta melalui kesempatan pengembangan karir, memperluas kelompok talent internal
dengan memfokuskan pada sejumlah karyawan yang berbeda, dan membangun kebutuhan
bersama untuk memiliki pemain terbaik sebagai kunci untuk keberhasilan bisnis
mendatang.
Potensi masalah
regenerasi organisasi
Manusia
memainkan peran terpenting di dalam membangun, mengelola, dan mengembangkan
perusahaan. Mulai dari pemilihan fokus bisnis hingga menjadikannya sebagai
perusahaan hebat, manusialah yang melakukannya. Punya modal (financial capita1)
atau modal-modal lainnya, tanpa modal manusia (human capital) sulit bagi
perusahaan untuk meraih sukses. Sebaliknya, faktor modal manusia bisa
mempersatukan modal-modal lain tersebut untuk mewujudkan keberhasilan
perusahaan. seperti ditegaskan oleh Dave Ulrich dalam Dale (2003:123).
Peran penting
dari modal manusia itu semakin meningkat di saat memasuki era pengetahuan
(knowledge era), abad informasi (information age), atau ekonomi kreatif
(creative economy) saat ini. Modal manusia menggeser modal finansial sebagai
sumber terpenting dari pertumbuhan dan kesejahteraan. Sedikit contoh,
keberhasilan Cina yang luar biasa di bidang perekonomian dalam dua dekade
terakhir tidak bisa dipisahkan oleh modal manusia tadi. Bangsa Cina dikenal
ulet dan produktif dalam bekerja. Kekuatan ini menjadi daya tarik bagi masuknya
modal global ke dalam perekonomian Cina dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat secara cepat.
Saat ini para
praktisi sumberdaya manusia sedang aktif mengkampanyekan peran barunya sebagai
partner bisnis strategis. Hal ini dapat dilakukan melalui proses seleksi yang
jitu untuk membawa orang-orang berkualifikasi terbaik guna menjawab kebutuhan
bisnis perusahaan. Tentu saja, melakukan proses seleksi berkualitas. Setiap
posisi memerlukan metode seleksi yang unik, yang boleh jadi berbeda dari posisi
lainnya. Umumnya untuk posisi marketing misalnya tes presentasi lebih sesuai
karena untuk melihat keterampilan komunikasi, tetapi belum tentu sesuai
diterapkan untuk mengukur kemampuan akurasi bagi posisi akuntansi.
Untuk mendapat
sumberdaya yang benar-benar cocok pada posisinya, manajer sumberdaya manusia
dalam menyeleksi pelamarnya biasanya menggunakan lebih dari satu dimensi.
Umumnya tes-tes yang dilakukan tidak hanya menyangkut ranah kognitif saja melainkan
memasuki ranah afektif maupun psikomotorik. Teknik ini dilakukan karena untuk
mencari sumberdaya yang berbakat tidak hanya mengandalkan penguasaan materi
yang bersifat hard skill namun yang lebih utama adalah penguasaan yang memasuki
ranah soft skill. Oleh karenanya, para praktisi sumberdaya manusia dituntut
untuk menggunakan lebih dari satu teknik seleksi. Pengalaman sering membantu
untuk menentukan kombinasi teknik seleksi mana yang tepat untuk posisi
tertentu, dan mana yang baik untuk posisi lainnya. Kompetensi formal yang
dimiliki oleh pelamar tidak selamanya dapat menjamin ia cocok menduduki posisi
yang sesuai. Para praktisi sumberdaya manusia mulai mengembangkan tekni seleksi
berdimensi talenta daripada berdimensti kompetensi. Teknik seleksi berbasis
kompetensi atau sering dikenal dengan Competency Base Human Resouce Management
(CBHRM) mulai dikembangkan menjadi Talenta Base Human Resource Management
(TBHRM). Pada seleksi konsep CBHRM ini, oranglah yang harus menyesuaikan
pekerjaan, sedangkan pada konsepTBHRM pekerjaanlah yang harus menyesuaikan
orang.
Ketepatan teknik
seleksi memiliki peran yang amat menentukan dalam mencapai performa manajemen,
karena ketidakcocokan posisi yang ditempati oleh seorang karyawan, akan
menyebabkan terhambatnya kemajuan perusahaan, sebab karyawan tidak akan pernah
menunjukkan performa maksimalnya untuk meningkatkan kinerjanya. Oleh karenanya
manajer sumberdaya manusia harus sigap dan tanggap dalam menghadapi hal ini.
Unit sumberdaya manusia di masa sekarang tidak melulu megurusi administrasi dan
birokrasi karyawan namun perannya sekarang menjadi strategis untuk
berkolaborasi dengan divisi lain yakni menjadi partner yang cukup strategis
perannya dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Bagaimana tidak, kemampuan dan
ketepatan insting manajer sumberdaya manusia dalam menempatkan karyawan sangat
penting. Pelatihan yang diberikan oleh perusahaan sebelum karyawan baru
tersebut menempati posisi adalah digunakan untuk mengimplementasikan bakat dan
meningkatkan skill karyawan tersebut, di samping juga untuk orientasi budaya
perusahaan kepada karyawan baru .
Organisasi tidak
cukup memiliki orang yang berbakat di dekatnya lalu dibiarkan begitu saja,
tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang. Benih atau
bibit unggul tak akan menghasilkan apapun bila benih dibiarkan saja tanpa
perawatan tanpa diberi kesempatan untuk tumbuh. Manajemen yang cerdas
menempatkan orang-orang berbakat yang dimilikinya ditempatkan pada tempat yang
tepat, dipelihara dengan training yang tepat, dikembangkan karirnya, dan
dimotivasi dengan reward yang layak dan adil. Komitmen dan profesionalisme
orang-orang berbakat haruslah diperlihara dengan tepat oleh manajemen sehingga
mereka tetap bersedia dengan kesungguhan hati tanpa terpaksa sedikitpun untuk
tetap mengabdikan dirinya untuk kepentingan organisasi. Apa yang sepantasnya
dilakukan oleh manajemen agar orang berbakat didekatnya terus mampu memberikan
performanya? Pertama, manajemen tentunya harus dapat memelihara iklim
organisasi yang sehat, kedua, manajemen dapat membangun budaya orgnisasi yang
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat bangga terdapat budaya
organisasinya yang dibangun bersama, ketiga, manajer sebagai pemimpin
organisasi tidak cukup hanya menjalankan fungsi-fungsi manajemen seperti
merencanakan, mengorganisasikan anggotanya, memgarahkan dan mengendalikan
orang-orangnya, melainkan dapat menjadi pemimpin bagi seluruh anggota
organisasi, yang secara ideal dan bijak telah diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantoro dengan petuahnya yang cerdik sekaligus cerdas yakni ”Ing Ngasro Sung
Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Orang yang
berbakat tentunya bekerja atas dasar kompetensinya, oleh karenanya manajemen
harus dapat menerapkan ”siasat” yang cerdas dalam mempromosikan mereka.
Meskipun manajemen dapat memilih siasat rekrutmen bagi anggotanya untuk
dikembangkan karirinya dan dipromosikan, manajemen hendaknya tidak gegabah
dalam menerapkan pola merit, spoil, maupun nepotismenya. Ketidak tepatan dalam
mengimplementasikan siasatnya dapat menjadikan kontra produktif bagi
orang-orangnya yang berbakat. Jenjang karirnya patut menjadi perhatian dan
direncanakan secara selaras dan setimbang antara perencanaan karir organisasi
dengan perencanaan karir pribadinya,. Salah-satu prinsip atau filosofi utama
yang umum dipakai di dalam membuat career plan/career growth atau pola karir
karyawan adalah bahwa promosi dan pengembangan karir karyawan didasarkan atas
kompetensi dan bukan berdasarkan umur karyawan, kecuali pada pekerjaan-pekerjaan
dimana umur menjadi sesuatu yang secara hukum menjadi persyaratan kerja.
Menerapkan umur sebagai dasar pengembangan karir karyawan akan dapat mengurangi
motivasi anggotanya dalam berprestasi karena promosi akan bersifat “menunggu”
dan akan terjadi berdasarkan senioritas.
Manajemen
talenta merupakan pengembangan sumberdaya manusia berdasarkan bakat yang
dimiliki oleh seseorang. Manajemen berbasis talenta mengubah pendekatan
superman menjadi superteam. Dulu indikator orang yang memiliki kinerja tinggi
diukur rajin atau tidaknya masuk kerja, seperti halnya saat sekolah. Hal
demikian tidaklah terlalu salahi, tetapi hal itu terlalu standar, sekarang
bukan hanya sekadar masuk kerja, tetapi setelah bekerja orang itu menghasilkan
apa. Oleh karena itu paling tidak ada tiga persyaratan bagi manajemen untuk
membangun manajemen berdasarkan talenta ini, pertama orang-orangnya haruslah
yang memiliki commitment, bercarachter dan tentunya adalah competence.
Konsep manajemen
talenta ini diyakini lebih baik dari konsep manajemen sumber daya manusia
lainnya. Sebagai contoh yang pertama, dalam hal kecepatan (speed), orang yang
beraktivitas sesuai dengan bakatnya akan memiliki kemampuan belajar lebih baik.
Kedua, berbicara tentang performa (prestasi), orang-orang yang bekerja sesuai
dengan talentanya mampu mencapai prestasi yang tinggi dan mampu mnemberikan
kontribusi yang besar bagi perusahaan. Ketiga, mereka juga memiliki daya tahan
yang lebih tinggi terhadap pekerjaan yang digelutinya. Dan keempat, orang yang
bekerja sesuai dengan bakatnya akan mempunyai komitmen yang lebih tinggi.
Manajemen
berbasis talenta dan manajemen berbasis kompetensi keduanya menekankan pada
pentingnya kompetensi, kemudian apa bedanya ?, yang berbeda adalah fokusnya.
Manajemen berbasis talenta, terlebih dahulu memotret dan mengenali bakat setiap
orang, lalu dibangun kompetensinya selaras dengan bakat yang dimilikinya
sehingga dalam waktu singkat memiliki kompetensi yang diharapkan. Sementara
manajemen berbasis kompetensi, dibutuhkan role model untuk melihat
karakteristik suatu jabatan. Dari hasil penelusuran itu, orang yang menempati
posisi tersebut harus memiliki kompetensi sesuai dengan karakteristik jabatan
tersebut. Kemudian, kompetensi karyawan akan dipotret oleh bagian assessment
center. Dari penilaian ini, diketahui dimana letak kekurangan dan kekuatan
kompetensinya. Bila terdapat kesenjangan antara kemampuan saat ini dengan
kompetensi yang seharusnya dimiliki, orang yang bersangkutan akan diberi
berbagai pelatihan yang dibutuhkan sehingga kompetensinya terpenuhi. Jadi pada
manajemen berbasis kompetensi, perusahaan fokus pada mengatasi kesenjangan
antara kemampuan orang tersebut dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki.
Paradigma ini mengarahkan karyawan harus selalu memenuhi kompetensi yang dibutuhkan,
tanpa mempedulikan bakat yang dimilikinya.
Organisasi
berbasis talenta menghendaki adanya manajemen yang memiliki kematangan dalam
merespon inovasi dan kreativitas anggotanya. McBeath (1997: 132)
mengidentifikasi enam langkah yang selayaknya dilakukan seorang pemimpin agar
pola pikir tentang talenta ini menyatu ke dalam organisasi yaitu: Pertama,
pemimpin menetapkan standar karyawan berbakat yang dimilikinya dengan
koordinasi dengan manajer sumberdaya manusia. Kedua, pemimpin terlibat penuh
dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumberdaya manusia di
organisasinya. Ketiga, pemimpin melaksanakan sendiri proses peninjauan terhadap
bakat yang dimiliki sumberdaya manusianya. Keempat, pemimpin menanamkan pola
pikir talent kepada seluruh manajer di dalam organisasi. Pemimpin tidak bisa
menjalankan pekerjaan besar ini sendirian. Dia harus menanamkan pola pikir yang
sama kepada seluruh jajaran manaemen agar talent management yang bagus
berlangsung di seluruh level. Kelima, pemimpin memiliki pola pikir bahwa setiap
reward dan biaya untuk orang-ng berbakat alah suatu investasi. Keenam, pemimpin
seharusnya mau bertanggung jawab terhadap talent pool yang mereka bangun.
Talent pool sangat strategis bagi keberhasilan perusahaan sehingga sudah semestinya
pemimpin siap bertanggung jawab terhadap hal itu.
Bagaimana melaksanakan manajemen talenta tersebut?
Pembahasan
Talent
Criteria
Banyak
organisasi berusaha menerapkan talent management yang diyakini dapat mewujudkan
sukses yang berkesinambungan. Istilah talent mengandung aspek yang dikaitkan
dengan evaluasi berdasarkan kesanggupan atau kompetensi seseorang. Hal penting
lainnya adalah adanya prinsip pengembangan.
Landasan
pemikiran yang perlu dipahami dalam talent pool atau talent management
berkaitan dengan tujuan strategis organisasi untuk menjamin kesinambungan
kesuksesan organisasi dalam jangka panjang. Organisasi kemudian mengidentifikasi
kemampuan apa yang penting untuk mendukung keberhasilan jangka panjang
organisasi. Kemudian, dilihat posisi-posisi apa yang kritikal dalam organisasi
yang dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi yang penting tersebut.
Posisi kritikal tersebut kemudian harus didefinisikan dengan jelas peran dan
tanggung jawabnya, hasil kinerja yang diharapkan dan kompetensi yang diperlukan
untuk itu semua. Dengan kata lain, posisi kritikal akan menjadi future
leadership positions bagi keberhasilan organisasi.
Talent
Pool Selection
Setelah potret
ideal yang diharapkan agar dapat sukses itu jelas didefinisikan, maka selanjutnya
organisasi mengidentifikasi orang-orang yang potensial untuk dikembangkan
mengemban peran dan tanggung jawab posisi kritikal tadi. Di sinilah prinsip
evaluasi kesangggupan atau kompetensi diterapkan. Kebutuhan akan posisi-posisi
kritikal dapat dibuat berjenjang untuk memastikan rantai pasokan dari suatu level
ke level yang lebih tinggi dalam organisasi dapat berjalan lancar dan berkesinambungan,
sehingga tidak akan terjadi putusnya kader pemimpin yang akan membawa
keberhasilan organisasi. Pipa saluran kepemimpinan ini dapat dibuat mulai dari
level entry manager atau individual contributor/specialist, middle manager atau
key technical expert, key executives/directors, sampai dengan pucuk pimpinan
atau CEO. Dalam proses pengembangan dan penyiapan talent tersebut, perlu juga
dibuat kriteria seleksi untuk mengevaluasi secara periodik apakah sang calon
masih layak berada dalam talent pool atau harus keluar. Ini untuk memelihara situasi
kondusif kompetisi dan rangsangan kinerja, dan mengeliminasi calon yang kinerja
dan potensinya menurun dalam perjalanan.
Talent Pool
merupakan sebuah hasil saringan dari para talent terbaik di setiap kelompoknya.
Para talent best of the best yang dimasukkan dalam talent pool ini akan
dipromosikan guna meneruskan kepemimpinan bisnis perusahaan.Umumnya talent pool
ini berisikan 3% dari setiap populasi karyawan setiap unit.
Accleration
Development Program
Proses
berikutnya yang penting adalah menyusun dan menyiapkan program pengembangan
khusus bagi calon pemimpin masa depan yang ada dalam talent pool tersebut.
Program ini harus dirancang secara khusus, tidak hanya sekedar program
pelatihan tradisional, tapi juga mencakup hal-hal praktis yang dapat secara
langsung memberikan dampak peningkatan skills dan pembentukan behaviours yang
diharapkan.Perlu juga diperhatikan evaluasi hasil pengembangan talent pool
dengan mengukur dampak program talent management yang ada tersebut terhadap
hasil akhir organisasi. Jikalau tidak meningkatkan hasil akhir organisasi, maka
sudah pasti penerapan talent management tersebut perlu dirancang ulang agar
dapat memberikan high impact bagi organisasi.
Key
Position Assignment
Dari talent pool
tersebut, perusahaan melakukan proses identifikasi dan kemudian mengembangkan
mereka menjadi calon suksesor tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Berger
& Berger (2008), “Identifikasi suksesor potensial adalah awal proses,
mereka perlu diberikan kesempatan sepenuhnya untuk mengembangkan keterampilan
dan menambah pengalaman yang akan mereka
butuhkan ketika menjadi CEO.” Dari pendapat Berger & Berger
tersebut, jelas bahwa untuk tercapainya succession planning, perusahaan harus
melaksanakan talent management untuk mengidentifikasi, melatih, dan
mengembangankan calon suksesornya.
Pelatihan dan
pengembangan yang diberikan perusahaan kepada calon suksesor harus sesuai
dengan talent yang mereka miliki sehingga perusahaan perlu memperhatikan
faktor-faktor kunci dalam menghasilkan talent management yang efektif.
Monitoring
Program Manajemen Talenta
Talent
management menitikberatkan perhatian kepada koordinasi dan pengelolaan berbagai
talent management orang-orang dalam organisasi. Hal ini dilakukan dengan
melakukan penelitian dan evaluasi setiap keahlian individu, talent management,
kepribadian dan karakter, dalam hubungannya dalam pengisian lowongan dalam
perusahaan. Setiap orang memiliki keahlian yang berbeda-beda, dan bagian
terberat dari perusahaan adalah untuk melakukan identifikasi mana yang sesuai
dengan budaya perusahaa. Prosedur HR yang efektif akan dapat mengenali hal ini
dan memilih dari mereka yang paling sesuai.
Talent
management dalam diri karyawan melibatkan banyak elemen, mulai dari kualifikasi
pendidikan dan keahlian, pengalaman sebelumnya, kekuatan, dan pelatihan
tambahan yang mereka ambil, kemampuan, potensi kualitas dan motivasi, kualitas
dan kepribadian. Kebanyakan perusahaan melakukan TM dengan cara yang sama, ini
dapat berbentuk apa saja dari perekrutan dan pemilihan setiap individu, terhadap
penempatan mereka dalam perusahaan, pelatihan, untuk meningkatkan kinerja dan
berbagai skema untuk memberikan penghargaan kepada yang berkemampuan tinggi.
Seberapa jauh perusahaan terlibat dalam manajemen talent management benar-benar
tergantung kepada ukuran bisnis mereka dan komitmen mereka kepada pegawainya
dan masa depan mereka.
Perencanaan
pergantian adalah resep dasar dalam strategi bisnis, yang memungkinkan untuk
memberikan kemampuan kepada perusahaan dalam mengenali orang yang berkinerja
tinggi sehingga perusahaan dapat merencanakan penghargaan di masa yang akan datang.Penting
juga untuk dilakukan proses perekrutan, baik perekrutan dari dalam atau dari
luar untuk mencari talent management baru, juga harus ada bagian karir yang
jelas untuk para pegawai yang menginginkan perkembangan. Perlu juga dilakukan
kursus-kursus yang sesuai, atau pelatihan untuk melakukan persiapan-persiapan,
untuk menyiapkan mereka di lingkungan yang baru. Piranti perencanaan pergantian
dapat membantu perusahaan dalam memfasilitasi untuk mengenali dan mengembangkan
talent management masa depan dalam organisasi, meningkatkan komitmen pegawai,
dan perkembangan karir yang jelas, dan kemudahan dalam mengetahui pergantian.
Solusi yang
efektif akan memberikan penghargaan atas pencapaian dari setiap individu,
apakah melakukan kinerja yang bagus atau tidak dalam melakukan tindakan mereka.
Ini juga akan berguna dalam membantu mengenali siapa yang harus diberikan
penghargaan.
Pelatihan
pegawai, dan kebutuhan pengembangan memerlukan promosi dan penurunan yang
merupakan bagian dari semua proses dan keberhasilan solusi kinerja seharusnya
dapat menangani elemen-elemen ini.
Manajemen talent
management tidak akan berhasil jika tidak ada sistem yang dipergunakan untuk
mengenali dengan jelas hasil kinerja karyawan. Jika seorang karyawan melakukan
sesuatu lebih dari standarnya, maka mereka harus diberi penghargaan,jika tidak,
mereka dapat mengalami penurunan motivasi.
Menurut Wellins,
2010 (dalam Andry 2011), ada delapan komponen kunci untuk menghasilkan talent
management yang efektif, yaitu: (1) strategi bisnis, (2) talent gap, (3)
perekrutan dan promosi, (4) tujuan, (5) kinerja, (6) fokus, dan (7) feedback.
Dengan memiliki sekumpulan karyawan yang siap untuk dijadikan suksesor pada
talent pool, perusahaan hanya perlu mencocokkan dengan waktu akan kebutuhan
pergantian jabatan.Ketika waktu itu tiba, para calon suksesor tersebut tidak akan
kesulitan beradaptasi dengan jabatan baru mereka. Sehingga hal ini akan
berimbas kepada kinerja perusahaan yang mereka pimpin.
Kesimpulan
Talent
management yang efektif merupakan sesuatu yang krusial dalam persaingan bisnis.
Hal ini dikarenakan SDM merupakan salah satu keunggulan kompetitif bagi setiap
perusahaan. Dengan program talent management diharapkan perusahaan dapat
menemukan dan meningkatkan bakatbakat dan keterampilan tenaga kerja sebagai salah
satu sarana utama agar mereka tetap kompetitif. Tantangan paling utama pada talent
management adalah untuk menemukan, menarik, membangun dan memelihara talent
tersebut.
Daftar Pustaka
- Capelli, Peter. 2009. Talent on Demand. Metode Baru Mendapatkan SDM Bertalenta Tepat Jumlah, Tepat Kualifikasi, dan Tepat Waktu. Diterjemahkan oleh Wendra Triana Rafelina. PPM. Jakarta.
- Smilansky, Jonathan. 2008. Developing Executive Talent. Metode Efektif untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Pemimpin dalam Perusahaan. Diterjemahkan oleh Octa Melia Jalal. PPM. Jakarta.
- Ahmad Pella, Darmin & Inayati, Afifah. 2011. Talent Management, Mengembangkan SDM Untuk Mencapai Pertumbuhan Dan Kinerja Prima, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
- Berger, Lance A & Berger, Dorothy R. 2007. Best Practices on Talent Management, Mengidentifikasi, Mengembangkan dan Mempromosikan Orang Terbaik untuk Menciptakan Keunggulan Organisasi. PPM. Jakarta
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.