A. PENGERTIAN
KEPUASAN KERJA
Sebelum masuk kedalam bahasan kepuasan kerja maka
ada baiknya terlebih dahulu melihat pengertian mengenai kerja, menurut Malayu Hasibuan kerja adalah sejumlah
aktivitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk melakukan sebuah
pekerjaan.
Sedangkan menurut Osborn mengatakan bahwa “kerja
adalah kegiatan yang menghasilkan suatu nilai bagi orang lain”
Ketika seorang individu bekerja pada suatu
organisasi, instansi ataupun perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan
akan mempengaruhi terhadap tingkat produktivitas organisasi. oleh karena itu,
pandangan dan juga perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga
pada sisi positif dari pekerjannya dengan kata lain individu tersebut harus
memiliki dan menjaga kepuasan kerjanya agar produktivitasnya dapat terus
ditingkatkan.
B. KEPUASAN
KERJA MENURUT PARA AHLI
Adapun pengertian kepuasan kerja menurut para ahli
adalah sebagi berikut :
Menurut Marihot Tua Efendi (2002:290) kepuasan kerja
didefinisikan dengan hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau
negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya.
Menurut pendapat Stephen Robbins (2003:91) istilah
kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan
yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan
sikap yang positif terhadap kerja itu, seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu, karena pada
umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka
memaksudkan kepuasan kerja.
Malayu S.P. Hasibuan (2006:202) kepuasan kerja
adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi antara keduanya.
Veithzal Rivai (2004:475) kepuasan merupakan
evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak
puas dalam bekerja.Sedangkan menurut Cherington (1987:82) “kepuasan kerja pada
dasar nya merujuk pada seberapa besar seorang pegawai menyukai pekerjaannya”.
Pekerjaan merupakan bagian yang penting dalam
kehidupan seseorang,sehingga kepuasan kerja juga mempengaruhi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu kepuasan kerja adalah bagian kepuasan hidup (Wether
dan Davis, 1982:42).
Kepuasan kerja juga tergantung pada hasil intrinsik,
ekstrinsik, dan persepsi pemegang kerja pada pekerjaannya, sehingga kepuasan
kerja adalah tingkat di mana seseorang merasa positif atau negatif
tentangberbagai segi dari pekerjaan, tempat kerja, dan hubungan dengan teman
kerja (Gibson Ivanicevic Donely, 1985:464-465).
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang
bersifat individual.Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian
terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi
kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jadi secara garis besar kepuasan kerja
dapat diartikan sebagai hal yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan yang
mana pegawai memandang pekerjannya .
Menurut Herzberg seperti yang dikutip oleh Suryana
Sumantri (2001:83),ciri perilaku pekerja yang puas adalah mereka yang mempunyai
motivasi yang tinggi untuk bekerja, mereka lebih senang dalam melakukan
pekerjaannya,sedangkan ciri pekerja yang kurang puas adalah mereka yang malas
berangkat kerja ke tempat bekerja, dan malas dalam melakukan
pekerjaannya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan
atau sikap seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya, yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik itu faktor internal maupun faktor
eksternal.
C. TEORI
KEPUASAN KERJA
Teori tentang kepuasan kerja yang telah cukup
terkenal adalah :
1. TEORI
KETIDAKSESUAIAN
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh porter
(1961), yang mendefinisikan bahwa job satisfaction is the difference between
how much of something there should be and how much there “is now” . Setiap
orang menginginkan agar sejumlah pekerjaan yang telah disumbangkan kepada
pemberi kerja akan dihargai sebesar yang diterima secara kenyataan. Seorang
yang terpuaskan bila tidak ada selisih antara situasi yang diinginkan dengan
yang sebenarnya diterima. Dengan kata lain, jumlah yang disumbangkan ke
pekerjaannya bila dikurangi dengan apa yang diterima secara kenyataan hasilnya
adalah nol, dapat dikatakan pekerjaan tersebut memberikan kepuasan kerja.
Semakin besar kekurangan atau selisih dari pengurangan tersebut, semakin besar
ketidakpuasan. Keadaan sebaliknya, jika terdapat lebih banyak jumlah faktor
pekerjaan yang dapat diterima yang menimbulkan kelebihan atau menguntungkan,
maka orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila terdapat selisih dari
jumlah yang diinginkan.
2. Teori
Keadilan
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh Zaleznik
(1958), kemudian dikembangkan oleh Adams (1963). Teori ini menunjukan kepada
seseorang merasa puas atau tidak puas atas situasi tergantung pada perasaan
adil (equity) atau tidak adil (inequity). Perasaan adil dan tidak adil atas
suatu situasi didapat oleh setiap orang dengan cara mebandingkan dirinya dengan
orang lain pada tingkat dan jenis pekerjaan yang sama, pada tempat maupun
ditempat yang berbeda.
Secara umum diketahui bahwa keadilan menyangkut
penilaian seseorang tentang perlakuan yang diterimanya atas tindakan terhadap
suatu pekerjaan. Seorang merasa adil apabila perlakuan yang diterimanya
menguntungkan bagi dirinya. Sebaliknya ketidakadilan apabila perlakuan yang
diterima dirasakan merugikan dirinya. Perasaan tidak adil yang dialami
seseorang tersebut berpengaruh terhadap prestasi kerjanya karena ketidakpuasan
yang diperoleh.
Wexley dan Yukl (2003) mengatakan bahwa komponen
utama dari teori ini adalah input, outcomes, comparison person dan
equity-inequity. Menurut teori ini, seorang menilai adil bila rasio inputnya
dengan hasil dibandingkan dengan rasio input dengan hasil dari seseorang atau
sejumlah orang lain bandingan. Orang bandingan mungkuin saja dari orang-orang
sendiri dengan pekerjaan sebelumnya. Jika rasio hasil : input seorsng pekerja
adalah sama atau sebanding dengan rasio orang bandingannya, maka suatu keadaan
adil dianggap para pekerja. Sebaliknya jika para pekerja menganggap
perbandingan tersebut tidak adil, maka keadaan ketidakadilan dianggap ada.
Persoalannya bagaimana kalau rasio hasil : input yang dicapai melebihi dari
rasio hasil : input yang diperoleh orang bandingannya? Bagaimana pula jika
terjadi sebaliknya? Kembali pada pernyataan sebelumnya, keadilan diperoleh
bila, rasio hasil : input seorang pekerja adalah sama atau sebanding dengan
rasio orang bandingannya.
3. Teori
Dua Faktor.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg
(1959). Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori, yang satu dinamakan “dissatisfier” atau “hygiene factors” dan
yang lain dinamakan “satisfier” atau “motivators”. Teori dua factor ini dijelaskan
pada bagian sebelumnya pada bab ini, karena ada keterkaitannya dengan motivasi.
D. RESPON
TERHADAP KETIDAKPUASAN KERJA
Dalam suatu organisasi ketidakpuasan kerja dapat
ditunjukan melalui berbagai cara, Robins and Judge (2009) menerangkan ada 4
respon yang berbeda satu sama lain dalam 2 dimensi yaitu konstruktif/destruktif
dan aktif/pasif, dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Exit , Ketidakpuasan ditunjukkan melalui perilaku
diarahkan pada meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru atau mengundurkan
diri.
2) Voice , Ketidakpuasan ditunjukkan melalui usaha
secara aktif dan konstruktif untuk memperbaiki keadaan, termasuk menyarankan
perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan berbagai bentuk aktivitas
perserikatan.
3) Loyalty , Ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif,
tetapi optimistik dengan menunggu kondisi untuk memperbaiki, terma¬suk dengan
berbicara bagi organisasi dihadapan kritik eksternal dan mempercayai organisasi
dan manajemen melakukan hal yang benar.
4) Neglect, Ketidakpuasan ditunjukkan melalui
tindakan secara pasif membiarkan kondisi semakin buruk, termasuk kemangkiran
atau keterlambatan secara kronis, mengurangi usaha, dan meningkatkan tingkat
kesalahan.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasaan
kerja adalah :
1) Balas jasa yang adil dan layak.
2) Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.
3) Berat ringannya pekerjaan.
4) Suasana dan lingkungan pekerjaan.
5) Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
6) Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.
7) Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh
sikap pimpinan dalam kepemimpinan. Kepemimpinan partisipasi memberikan kepuasan
kerja bagi karyawan, karena karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya
untuk menentukan kebijaksanan perusahaan. Kepemimpinan otoriter mengakibatkan
ketidakpuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong
moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya
tujuan perusahaan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.