1. DEFINISI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
a)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pelatihan
kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,
serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
produktivitas, disiplin, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
b)
Ivancevich dalam Marwansyah (2010:154), pelatihan adalah proses
sistematis untuk mengubah perilaku karyawa, yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan
pekerjaan saat ini. Orientasinya adalah saat ini membantu karyawan mengawasi
keterampilan dan kemampuan spesifik agar berhasil dalam pekerjaan.
c)
Pelatihan dalam ilmu pengetahuan perilaku adalah suatu kegiatan lini dan
staf yang tujuannya adalah mengembangkan pemimpin untuk mencapai efektifitas
pekerjaan perorangan yang lebih besar, hubungan antar pribadi dalam organisasi
yang lebih baik dan penyesuaian pemimpin yang ditinggalkan kepada konteks
seluruh lingkungannya. (William G. Scott dalam Sedarmayanti, 2010:163)
d)
Pelatihan adalah proses membantu pegawai memperoleh efektifitas dalam
pekerjaan sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan,
pikiran dan tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap. (Edwin B. Flippo dalam
Sedarmayanti, 2010:164)
e)
Pelatihan menurut Edwin B. Flippo (1995:75) merupakan suatu usaha
peningkatan knowledge dan skill seorang karyawan untuk menerapkan aktivitas
kerja tertentu. Dengan pelatihan perusahaan memperoleh masukan yang baik
menghadapi tantangan-tantangan manajemen yang terus berkembang dengan memiliki
karyawan yang dapat memenuhi penyelesaian masalah-masalah yang ada.
f)
Menurut Wexley dan Yuki (1976:282) pelatihan merupakan suatu istilah
yang menunjukkan perencanaan, pembentukan dan memfasilitasi anggota organisasi
atau karyawan dalam penggabungan keahlian, pengetahuan dan sikap yang sesuai
dengan keadaan yang ada. Sedangkan menurut Gary Dessler (1997:263) pelatihan
merupakan proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan
dasar yang mereka butuhkan unutk menjalankan pekerjaan mereka.
g)
Mondy & Noe dalam Marwansyah (2010:155), pengembangan adalah
pemberian kesempatan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan individu,
tetapi tidak dibatasi pada pekerjaan tertentu pada saat ini atau di masa yang
akan datang dan memiliki fokus yang lebih berjangka panjang.
h)
Pengertian pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan oleh Adrew E.
Sikula (1981 : 227) “training is short-terms educational process utilizing a
systematic and organized procedure by which non managerial personnel learn
technical knowledge and skills for a definite purpose. Development, in
reference to staffing and personnel matters, is a long-terms educational
process utilizing a systematic and organized procedure by which managerial
personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose”.
i)
Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan
sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan pegawai.
j)
Pengembangan adalah suatu metode yang berorientasi pada peningkatan
produktivitas kerja para pekerja di masa depan (Sondang P. Siagian, 2009:182).
2. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PELATIHAN DAN
PENGEMBANGAN
Menurut Sedarmayanti (2010: 164), menyatakan
bahwa persamaan antara pelatihan dan pengembangan yaitu keduanya memberi
pengajaran dalam penambahan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.
Menurut Simamora (2003: 273), menyatakan
bahwa pelatihan itu diarahkan untuk membantu para karyawan menunaikan pekerjaan
mereka saat ini secara lebih baik sedangkan pengembangan mewakili suatu
investasi yang berorientasi ke masa mendatang dalam diri para karyawan.
Menurut Sedarmayanti (2010: 164), menyatakan
bahwa berdasarkan pengertian pelatihan dan pengembangan terdapat beberapa
perbedaan, yaitu sebagai berikut:
·
Pelatihan bertujuan mempersiapkan karyawan yang akan segera diberi tugas
mengerjakan pekerjaan yang telah ada dalam lembaga (proses pendidikan jangka
pendek)
·
Pengembangan diperlukan untuk mempersiapkan karyawan mengerjakan
pekerjaan di masa yang akan datang (proses pendidikan jangka panjang
Menurut Kaltz dalam buku Sedarmayanti (2010:
165), menyatakan bahwa perbedaan antara pelatihan dan pengembangan terletak
pada bobot materi program. Berdasarkan asumsi, bahwa dalam organisasi terdapat
tiga kemampuan yang harus dimiliki karyawan, yaitu kemampuan/keterampilan
teknis, kemampuan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, dan kemampuan
teori/konsepsi. Dengan demikian dalam setiap program pelatihan dan
pengembangan, materi yang diberikan akan meliputi ketiga kemampuan dengan
intensitas bobot berbeda.
3. TUJUAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Tujuan-tujuan utama pelatihan pada intinya
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bidang (Simamora, 2009):
1.
Memperbaiki kinerja.
Hal ini diarahkan bagi ara pegawai yang
kurang terampil dan juga berlaku bagi karyawan barubaru dipromosikan yang tidak
memiliki keahlian dan kemampuan di bidang barunya. Kendatipun pelatihan tidak
dapat memecahkan semua masalah kinerja yang tidak efektif, program pelatihan
dan pengembangan yang sehat kerap berfaedah dalam meminimalkan masalah-masalah
ini.
2.
Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
Hal ini dilakukan karena perubahan teknologi
menuntut perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kemajuan teknologi agar
mampu bersaing dengan perusahaan sejenis sehingga melalui pelatihan para
pegawai dapat secara efektif menggunakan teknologi baru untuk diintegrasikan ke
dalam perusahaan.
3.
Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten
dalam pekerjaan.
Sering seorang karyawan baru tidak memiliki
keahlian-keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi “job competence”,
yaitu mampu mencapai output dan standar kualitas yang diharapkan, sehingga
melalui pelatihan pegawai baru diarahkan untuk mempunyai job competence tersebut.
4.
Membantu memecahkan permasalahan operasional.
Meskipun persoalan-persoalan organisasional
menyerang dari berbagai penjuru, pelatihan adalah sebagai salah satu cara
terpenting guna memecahkan banyak dilema yang harus dihadapi oleh manajer. Pelatihan
di berbagai bidang dapat membantu pegawai menyelesaikan masalah organisasional
dan melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.
5.
Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
Salah satu cara untuk menarik, menahan, dan
memotivasi karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang sistematik.
Mengembangkan kemampuan promosional karyawan adalah konsisten dengan kebijakan
personalia untuk promosi dari dalam. Pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem
pengembangan karir. Organisasi-organisasi yang gagal menyediakan pelatihan
untuk memobilitas vertikal akan kehilangan karyawan yang
berorientasi-pencapaian (achievement oriented) yang merasa frustasi karena
tidak adanya kesempatan untuk promosi dan akhirnya memilih keluar dari
perusahaan dan mencari perusahaan lain yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan
karir mereka.
6.
Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
Selama beberapa hari pertama pada pekerjaan,
karyawan baru membentuk kesan pertama mereka terhadap organisasi dan tim
manajemen. Kesan ini dapat meliputi dari kesan yang menyenangkan sampai yang
tidak mengenakkan, dan dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan produktivitas
keseluruhan karyawan. Karena alasan inilah, beberapa pelaksana orientasi
melakukan upaya bersama supaya secara benar mengorientasikan karyawan-karyawan
baru terhadap organisasi dan pekerjaan.
7.
Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan
peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang membuahkan efektifitas
organisasional yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua
karyawan.
Tujuan-tujuan utama pengembangan pada intinya
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bidang, sebagai berikut:
a.
Produktivitas kerja
Produktivitas karyawan yang tinggi dalam
suatu perusahaan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi.
Peningkatan produktivitas tersebut, dapat dilakukan melalui pelaksanaan
pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan ini bertujuan untuk mengembangakan
kemampuan teknis, kemampuan berpikir dan kemampuan manajerial.
Kemampuan teknis merupakan kemampuan karyawan
dalam menggunakan peralatan yang ada di dalanm perusahaan. Kemampuan berpikir
merupakan kemampuan karyawan untuk dapat menggunakan pikirannya dalam
menjalankan aktivitas pekerjaannya. Kemampuan manajerial adalah kemampuan untrk
mengatur atau memanajemen suatu prosedur pekerjaan sehingga dapat berjalan
secara baik dan sesuai dengan rencana.
b.
Efisiensi
Efisiensi perusahaan sangat penting untuk
meningkatkan daya saing perusahaan di tengah persaingan dengan perusahaan lain.
Efisiensi dapat berupa tenaga, waktu, biaya dan bahan baku, serta berkurangnya
kerusakan dari mesin-mesin sehingga efisiensi dapat dikatakan suatu tindakan
yang sangat penting dan sangat berguna bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan
laba yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.
c.
Kerusakan
Kerusakan ialah tidak berfungsinya atau tidak
bergunanya nilai barang dan alat yang disebabkan oleh kemampuan karyawan yang
terbatas, sehingga cenderung menggunakan barang dan alat dengan cara yang tidak
baik. Dengan adanya pengembangan karyawan ini, kerusdakan barang dan alat
produksi perusahaan dapat dikurangi atau ditekan
d.
Kecelakaan
Terjadinya kecelakaan dalam pekerjaan
menandakan kurang tepatnya perusahaan atau pimpinan dalam menenmpatkan setiap
karyawan. Kecelakaan tersebut terjadi mungkin karena karyawan kurang ahli dan
terampilk dalanm menjalankan pekerjaannya. Tujuan penting diadakannya
pengembangan karyawan adalah mengurangi atau menekan tingkat kecelakaan
karyawan yang terjadi dalam perusahaan ketika menjalankan kegiatan atau
pekerjaan. Apoabila seuatu perusahaan sering mendapatkan kecelakaan yang
disebabkan oleh karyawannya, maka jumlah biaya yang ditanggung oleh perusahaan
akan meningkat.
e.
Pelayanan
Dengan adanya pengembangan karyawan, maka
setiap karyawan diharapkan mampu melayani pelanggan perusahaan dengan lebih
baik, karena tanpa pelayanan yang baik, sduatu perusahaan tidak akan mampu
menambha pelanggan. Pelayanan ini merupakan daya tarik yang sangat penting bagi
peningkatan laba suatu perusahaan
f.
Moral karyawan
Dengan adanya pengembangan karyawan, maka
moral karyawan diharapkan akan lebih baik, dimana keahlian dan keterampilan
serta kemampuan yang dimiliki karyawan sesuai dengan pekerjaannya, sehingga
karyawan bekerja bersemangat dan antusia dalam menyelesaikan setiap pekerjaan
dengan hasil yang memuaskan bagi perusahaan
g.
Karier
Dengan adanya pengembangan karyawan maka
kesempatan untuk meningkatkan karier lebih besar, dimana pendidikan, keahlian
dan keterampilan dalam menjalankan pekerjaan lebih baik dari sebelum
mendapatkan pengembangan
h.
Kepemimpinan
Dengan adanya pengembangan, diharapkan seorang
pemimpin dapat melakukan tugasnya secara baik, sehingga keberhasilan ataupun
kegagalan yang diperoleh perusahaan, bergantung pada bagaimana pemimpin dalam
mengatur, menjaga, dan menjalankan setiap rencana yang baik antara bawahan dan
atasan
i.
Kompensasi
Dengan meningkatnya kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki seorang karyawan, akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pekerjaan, sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat.
Peningkatan kompensasi karyawan itu berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh perusahaan serta berdasarkan laba atau keuntungan yang diperoleh
perusahaan
Tujuan pengembangan sumber daya manusia
mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi individual dan dimensi
konstitusional/organisasional. Tujuan yang berdimensi individual mengacu kepada
sesuatu yang dicapai oleh seorang pegawai. Sedangkan tujuan yang berdimensi
organisasional mengacu kepada apa yang dapat dicapai oleh organisasi sebagai
hasil dari program-program pengembangan sumber daya manusia. (LAN dan DEPAGRI,
2007:15)
4. MODEL-MODEL PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Terdapat paling kurang tiga tahap utama dalam
pelatihan dan pengembangan menurut Gomes (2003:204), yakni antara lain:
4)
Penentuan
kebutuhan pelatihan (Assessing Training
Needs)
5)
Mendesain
program pelatihan (Designing a Training
Program).
6) Evaluasi Efektivitas Program
Pelatihan (Evaluating Training Program
Effectiveness).
Menurut Sedarmayanti (2013:173-174)
model penyusunan program pelatihan dan pengembangan, sesuai dengan tujuan yang
akan diwujudkan, harus dilakukan dengan mengikuti langkah tertentu dan
sistematis. Langkah pengorganisasian program pelatihan dan pengembangan antara
lain: Melakukan penelitian dan pengumpulan data tentang aspek obyek yang akan
dikembangkan, Menentukan materi, Menetukan metode pelatihan dan pengembangan,
Memilih pelatih sesuai kebutuhan, Mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan,
Memilih peserta, Melaksanakan program, Melakukan evaluasi program.
Kemudian menurut Simamora
(2006:285) tiga tahapan yang harus tercakup dalam proses pelatihan yaitu:
4.
Tahapan
penilaian atau perencanaan
5.
Tahapan
pelatihan dan pengembangan
6.
Tahapan
evaluasi
Sehingga penulis menyimpulkan
model dan tahapan pengembangan dan pelatihan menjadi tiga tahap yakni,
4.
Strategi
persiapan pelatihan
5.
Pelaksanaan
pelatihan dan pembelajaran
6.
Evaluasi
Pelatihan
Selanjutnya untuk metode atau
konsep pembelajaran dan pelatihan menurut Flippo dalam Barthos (2009;94)
menyatakan bahwa ada empat metode dasar yang digunakan yaitu :
5)
Pelatihan
ditempat kerja (on the job training)
6)
Sekolah
vestibule
7)
Magang
(apprenticeship)
8)
Kursus-kursus
1. Pengertian On The job training dan off
the job training
On
the job training adalah suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan
keterampilan, pengetahuan, kebiasaan kerja dan sikap karyawan. Dengan kata lain
on the job training adalah pelatihan dengan cara pekerja atau calon pekerja
ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah bimbingan dan
pengawasan dari pegawai yang telah bepengalaman atau seorang supervisor.
Off
the job training atau pelatihan di luar kerja adalah pelatihan yang berlangsung
pada waktu karyawan yang dilatih tidak melaksanakan pekerjaan rutin/biasa.
2. Tujuan
Tujuan
On the job training :
1. Memperoleh pengalaman langsung (bagi
karyawan baru) mengenal jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
2. Mengamati secara langsung apa yang
menjadi tanggung jawabnya, melihat apa yang harus dikerjakan, mempu menunjukkan
apa yang dikerjakan (salah dan benar) kemudian mampu menjelaskan tentang apa
yang dikerjakan.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampila
dengan jelas, mengamati, melihat, dan mengerjakan sendiri dibawah bimbingan
supervisor.
4. Meningkatkan kecpatan menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan mengulang-ulang jenis pekerjaan yang sama disertai kepercayaan
diri.
5. Meningkatkan diri mulai dari tingkat
dasar, terampil dan akhirnya menjadi mahir.
Tujuan
off the job training
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
karyawan
2. Lebih memfokuskan pada pengalaman belajar
3. Mempunyai kesempatan untuk bertukar
pengalaman dengan karyawan lainnya dari luar lingkungan unit kerjanya.
4. Mendapatkan ide-ide baru yang dapat
dibawa kembali ketempat kerjanya
5. Memperoleh wawasan yang lebih luas
3. Ciri-Ciri
On
the job training :
1. Dilaksanakan di tempat kerja
2. Dilaksanakan pada setiap karyawan baru
pindah kebagian lain (mutasi), yang berganti tugas dan tanggung jawabnya,
karyawan yang menunjukkan prestasi kurang baik dalam pekerjaannya.
3. Dilaksanakan untuk memberikan kecakapan
yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi
pekerjaan tersebut sebagai alat untuk menaikkan jabatan.
4. Pengetahuan/keterampilan berupa
pengalaman (praktik langsung)
5. Dilaksanakan secara individual
6. Biaya relatif kecil
off
the job training :
1. Dilaksanakan dalam suatu ruangan/kelas
(diluar tempat kerja) atau dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat
kerja.
2. Dilaksanakan pada karyawan yang bekerja
tetap untuk mengembangkan diri dan pengembangan karir.
3. Dipergunakan apabila banyak pekerja yang
harus dilatih dengan cepat seperti halnya dalam penguasaan pekerjaan
4. Pengetahuan/keterampilan berupa konsep
5. Dilaksakansecara kelompok
6. Biaya relatif besar
4. Persamaan On The Job Training Dan Off
The Job Training
1. Dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
karyawan agar memiliki kecakapan yang menunjang pekerjaannya
2. Dilakukan untuk meningkatkan
kinerja/prestise serta meningkatkan kinerja suatu perusahaan
3. Dilakukan oleh instansi atau perusahaan
5. Perbedaan On The Job Training Dan Off
The Job Training
1. Sasaran On the job training dilakukan
secara individual sedangkan off the job training dilakukan secara kelompok
2. On the job training dilakukan di tempat
kerja sedangkan Offthe job training dilakukan pada lokasi terpisah dengan
tempat kerja
3. Pada on the job training berupa
pengalaman langsung(praktek), sedangkan off the job training berupa
pengetahuan/ keterampilan yang diperoleh berupa konsep.
6. Kelebihan dan Kelemahan On The Job
Berikut
beberapa kelebihan on the job :
a. Karyawan melakukan pekerjaan yang
sesungguhnya, bukan tugas yang disimulasikan.
b. Karyawan mendapat instruksi dari
karyawan senior berpengalaman yang telah melaksanakan tugas dengan baik.
c. Pelatihan dilaksanakan di dalam
lingkungan kerja yang sesungguhnya, dalam kondisi normal tanpa membutuhkan
fasilitas pelatihan khusus.
d. Bersifat informal, tidak mahal, dan
mudah dijadwalkan.
e. Dapat menciptakan hubungan kerja sama
langsung antara karyawan dan pelatih.
f. Pelatihan sangat relevan dengan
pekerjaan dan membantu memotivasi kinerja tinggi.
Adapun
kelemahan on the job adalah :
a.
Motivasi pelatih kurang untuk
melatih, sehingga pelatihan jadi kurang serius.
b. Pelatih dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, namun kurang memiliki kemampuan melatih orang lain agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
c. Pelatih kurang / tidak memiliki waktu
untuk melatih dan kemudian menghapus elemen penting dalam proses pelatihan.
d. Karyawan yang tidak terlatih dengan
baik mungkin memiliki dampak negatif
pada pekerjaan dan organisasional.
Ponwandira.2015.”Jurnal Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bagi Calon Tenaga Kerja Baru Pada Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Kota
Balikpapan”.
http://forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/Artikel%20Tri%20Jalmo-UNILA.pdf
Herdiana,Lisa.2011.”Training And Development”. http://lisaherdiana.blogspot.co.id/2011/11/training-and-development.html
Rizky N,R.2014.”Jurnal Pengembangan dan
Pelatihan On the Job Training”.
http://rahmadnurrizky.blogspot.co.id/2014/04/pengembangan-dan-pelatihan-metode-on.html
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.