Wednesday, April 13, 2016

Manjemen Karir

Pada usia setengah baya – 30 sampai 45 tahun – biasanya seorang profesional atau manajer merasa perlu mempertimbangkan karir baru; tetap sebagai profesional tapi ganti bidang, beralih menjadi pengusaha, atau yang lain. Situasi krisis seperti ini terutama akan dialami oleh mereka yang berorientasi pada karir, dan achievement-motivated.
Setelah tahun demi tahun terlampaui, banyak orang tanpa pandang jabatan atau ketrampilan kemudian merasa bahwa pekerjaan atau karir mereka kurang menarik dan menantang. Beberapa di antaranya merasa bahwa karirnya tidak lagi akan meningkat. Sebagian lagi menganggap bakat dan ketrampilannya kurang terpakai secara maksimal. Yang lain tiba-tiba pula merasa telah terdamparke perusahaan, jabatan atau profesi yang salah.
Keadaan demikian biasanya terjadi pada usia setengah baya. Dan satu atau kombinasi beberapa perasaan tadi bisa saja akan membuat seseorang tidak suka pergi ke kantor pada pagi hari serta berpikir keras untuk mencari jalan keluar: karir kedua.
Faktor pendorong ke arah itu tentunya tidak hanya datang dari dalam sendiri. Situasi kehidupan organisasi perusahaan juga bisa ikut mendorong. Persaingan yang makin ketat di kalangan karyawan, kemajuan atau perubahan teknologi yang menuntut pendidikan dan ketrampilan lebih tinggi, dan situasi perekonomian yang di luar perhitungan bisa jadi membuat seorang manajer merasa tidak mungkin mempertahankan terus karirnya di satu bidang atau di satu perusahaan.
Pada usia setengah baya, para manajer memang bisa memahami sampai seberapa jauh karir mereka sudah berlangsung. Dengan membanding-bandingkan promosi yang dia dapatkan dengan yang dialami rekan-rekannya, misalnya, seorang manajer bisa mengetahui apakah karirnya sudah mentok, atau masih bisa diharapkan meningkat lagi.
Dari sejumlah studi mengenai career path (jalur karir) kita bisa membayangkan pergerakan karir seperti berikut ini.
1.     Usia 22 – 25 tahun.
Entry Level : staf, pelaksana, atau management trainee.
Ini adalah pintu gerbang pertama yang harus dilalui oleh semua orang yang mau merajut sebuah karir yang panjang. Dalam rentang usia itu, seseorang yang baru saja mendapat gelar Sarjana S-1 bisa masuk menjadi karyawan untuk posisi entry level; misal sebagai staf, officer atau masuk dalam program management trainee/management development program (sebuah program penyiapan kader pimpinan dan biasanya mempunyai pola career fast track – karirnya bisa cepat melaju).
2.     Usia 26 – 29 tahun .
First line leader : supervisor/asisten manajer.
Setalah dua atau tiga tahun menjadi staf, mestinya kita sudah bisa bergerak untuk menjadi asisten manajer (dalam usia 26 tahunan). Disini kita sudah mulai diuji kecakapan leadership-nya. Inilah sebuah fase dimana kita bisa mendapat bekal yang berharga untuk mendaki menuju karir yang lebih tinggi.
3.     Usia 29 – 35 tahun.
Middle Management : Manajer.
Dalam rentang usia ini, semestinya kita sudah harus menapak jalan karir sebagai manajer (entah menjadi Marketing/Brand manager, HR manager, Finance atau IT Manager). Kalau dalam rentang usia ini kita masih belum juga menjadi manajer, mungkin saatnya kita harus melakukan self exploration : dan kemudian merajut action plan apa yang harus segera dijalankan.
4.     Usia 36 – 42 tahun.
Senior Management : General Manager/VP/Senior Manager
Dalam rentang usia ini, kita telah bergerak menduduki posisi sebagai senior manajer (general manager atau vice president). Inilah fase usia menuju puncak kematangan; dan tentu saja limpahan fasilitas benefit dan gaji yang besar dari perusahaan.
5.     Usia 42 tahun dan seterusnya.
Top Management : Direktur/Managing Director/C-Level.
Dalam usia 40-an tahun, mestinya kita sudah bisa menjadi direktur. Beberapa bulan lalu, dua teman saya yang masing-masing masih berusia 39 tahun dipromosikan menjadi direktur pada dua perusahaan besar multinasional. Kalau kita baru menjadi direktur pada usia 47 atau 50 tahun, wah ya sudah terlalu tua ya.

Itulah peta atau jalur pergerakan karir yang mungkin harus kita lalui. Ada tiga catatan yang layak disampaikan berkaitan dengan jalur karir diatas. Yang pertama, jalan karir kita akan relatif lebih menjulang kalau kita bergabung pada perusahaan besar dengan skala region yang luas (kalau bisa skala global). Perusahaan semacam ini menjanjikan posisi karir yang lebih variatif, dan memudahkan kita melakukan mobilitas karir yang rancak.
Catatan kedua, peta karir diatas akan mudah terjadi pada perusahaan dengan kebijakan karir yang progresif, dan tidak melulu bersandar pada senioritas. Perusahaan yang meyakini bahwa setiap orang layak menjadi top talent tanpa memandang usia. Kalau ada anak muda yang kompetensinya sudah bagus, kenapa tidak kita langsung pilih dia menjadi managing director; meskipun usianya mungkin baru 38 tahun?
Catatan ketiga, peta karir diatas dengan mudah bisa dicapai jika kita bisa bergabung dengan perusahaan/anak perusahaan atau unit bisnis yang tengah tumbuh. Artinya kita terlibat sejak perusahaan ini kecil lalu tumbuh menjadi raksasa. Banyak kisah dimana profesional muda yang karirnya melesat lantaran ia turut membidani proses tumbuhnya perusahaan itu sejak kecil hingga menjadi besar. Karir Anda tumbuh sejalan dengan melesatnya bisnis perusahaan dimana Anda berkarir.

Daftar Pustaka:
Anonim. 2009. Mengelola Manajemen Karir dan Krisis Karir dalam http://rajapresentasi.com/2009/08/mengelola-manajemen-karir-dan-krisis-karir/ diakses pada tanggal 14-04-16 pukul 08.30

Antariksa,Y. 2010. Career Plan : Jalur Karir yang Harus Anda Tempuh dalam http://strategimanajemen.net/2010/11/15/career-plan-jalur-karir-yang-harus-anda-tempuh/ diakses pada tanggal 14-04-16 pukul 08.30

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.