Abstrak
Ekstensi
atau keberlangsungan organisasi di masa depan sangat bergantung pada SDM di
dalamnya. SDM pada sebuah organisasi dapat mengalami kemunduran dan akhirnya
tersisih karena ketidakmampuan menghadapi pesaing.
Kondisi SDM yang tidak kompetitif seperti itu mengharuskan organisasi untuk melakukan pembinaan karier pada pekerja atau personilnya, serta harus melaksanakannya secara berencana dan berkelanjutan.
Pengembangan atau pembinaan karir pada dasarnya berorientasi pada
perkembangan perusahaan/organisasi dalam menjawab tantangan bisnis di masa
mendatang.Kondisi SDM yang tidak kompetitif seperti itu mengharuskan organisasi untuk melakukan pembinaan karier pada pekerja atau personilnya, serta harus melaksanakannya secara berencana dan berkelanjutan.
Manajemen
Karir
Para
pakar mendefinisikan karir sebagai perjalanan pekerjaan seseorang di dalam
organisasi.
Manajemen
karir adalah proses dimana organisasi mencoba untuk menyesuaikan minat karir
individual dan kemampuan organisasi untuk merekrut karyawan (Gutteridge, 1976).
Sedangkan menurut Greenhouse (1987), manajemen karir adalah proses dimana
individu mengumpulkan informasi mengenai nilai, minat, kelebihan dan kekurangan
skill (career exploration), mengidentifikasikan tujuan karir, dan penggunaan
strategi karir tersebut akan tercapai.
Menurut
Daniel B. Turbon, suksesnya karir diukur dengan salary dan promosi. Para
peneliti beranggapan bahwa definisi dari kesuksesan karir juga meliputi
persepsi orang tersebut tentang kesuksesan karir (karir yang sukses).
Menurut
T. Hani Handoko (2003:123), konsep dasar karir dapat diartikan dalam tiga
pengertian, yaitu:
- Karier sebagai urutan promosi atau pemindahan (transfer) ke jabatan-jabatan yang menuntut tanggung jawab lebih.
- Karier sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas.
- Karier sabagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerjanya.
Manajemen
karir organisasional mencakup berbagai kebijakan dan tindakan organisasi untuk
meningkatkan efektivitas karir dari pekerjaannya (Orpen, 1994). Definisi karir
organisasi mengacu pada struktur karyawan dan praktek-praktek yang memberi
panduan bagaimana merekrut, mengembangkan dan memberi tugas kepada karyawan
(Gaetner, 1988).
Karir
organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Sejauh mana perekrutan dibatasi hanya pada pekerjaan-pekerjaan tingkat bawah.
- Sejauh mana promosi ke jabatan yang lebih tinggi berasal dari dalam.
- Sejauh mana penyelenggaraan training dan pengembangan karyawan di semua level.
- Sejauh mana komitmen perusahaan terhadap keselamatan karyawan.
Standard
dan Pengukuran Karir
Organisasi
yang baik menentukan standard dan pengukuran sesuai rencana manajemen SDM dalam
membangun karakteristik perilaku karyawan yang memberikan nilai dan
menghasilkan produk/jasa superior, pelayanan yang berkualitas, proses bisnis
yang efisien dan pemanfaatan teknologi serta modal yang optimal.
Standar
Kompetensi
Kompetensi
menurut (Brian Aprianto, 186) adalah kemampuan individu untuk melakukan
pekerjaannya dengan hasil yang unggul. Pekerjaan individu tidak hanya berkaitan
dengan teknis pekerjaan, namun juga berkaitan dengan bagaimana ia mengelola
pekerjaannya dan berinteraksi dengan orang lain.
Terdapat
2 kompetensi, yaitu:
- Hard Competency, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian teknis suatu perkerjaan.
- Soft Competency, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan untuk membangun hubungan dengan orang lain dan mengelola pekerjaan.
Lima jenis karakteristik kompetensi adalah :
- Pengetahuan
- Keterampilan
- Konsep diri dan nilai-nilai
- Karakteristik pribadi
- Motif
Profil
Kompetensi Jabatan
Menurut
(Brian Aprianto, 196) adalah level-level kompetensi yang dituntut oleh suatu
jabatan. Jenis-jenis kompetensi yang dituntut dari suatu jabatan adalah:
- Kompetensi inti, contohnya: integritas, pelayanan dan kualitas
- Kompetensi peran, contohnya: berpikir strategis, mengelola personel, penambilan keputusan dan membangun hubungan
- Kompetensi fungsional, contohnya: pengetahuan produk, teknik penjualan, komunikasi persuasive dan teknik presentasi
Assessment
Menurut
(Brian Aprianto, 197) adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk
menilai dan mengevaluasi kapasitas seseorang secara komprehensif berdasarkan
kriteria tertentu yang ditetapkan secarasistematis, sehingga diharapkan hasil
yang diperoleh mampu menggambarkan kriteria spesifik sesuai yang dituntut oleh
persyaratan jabatan yang ada melalui Assessment Center.
Alat
assessment yang umum digunakan adalah:
- Diskusi kelompok
- Wawancara
- Bermain peran
- In-Basket/in-Tray
- Analisis Kasus
- Pengumpulan Fakta
- Presentasi
Penilaian
Kinerja
Penilaian
kinerja masa lalu sering digunakan sebagai alat pengukuran untuk menentukan
titik awal sebuah perencanaan karir seseorang karyawan.
Beberapa
model penilaian yang umum adalah:
- Penilaian umpan balik atasan, asumsi yang digunakan adalah bahwa atasan adalah orang paling memahami pekerjaan bawahannya.
- Penilaian umpan balik multirater, asumsi yang digunakan adalah bahwa selain oleh atasan, penilaian dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki hubungan kerja dengan karyawan yang dinilai.
- Penilaian umpan balik 360 derajat, asumsi yang digunakan adalah karyawan yang dinilai menerima penilaian dari orang dalam dan luar perusahaan. Penilaian diberikan oleh atasan, rekan, bawahan, karyawan departemen lain, pelanggan, pemasok maupun rekan kerja luar perusahaan.
- Self assessment karyawan, asumsi yang digunakan adalah bahwa karyawan diminta melakukan penilaian diri sendiri yang kemudian diajukan sebagai bahan diskusi dengan atasannya. Penilaian ini kurang efektif apabila dikaitkan dengan aspek emosional kenaikan gaji/imbalan uang lainnya.
Permasalahan
Beberapa organisasi beranggapan bahwa karir seseorang
ditentukan dengan ada atau tidaknya kesempatan menduduki jabatan pada
organisasi secara proses
alamiah. Alamiah di sini diartikan menunggu terjadi
proses promosi, demosi,
regenerasi dan turn over.
Organisasi
yang sudah memiliki prosedur, standar dan pengukuran manajemen karir pun belum
tentu dapat mengakomodir dinamika tuntutan perubahan tren SDM yang terjadi saat
ini dimana karir sudah tidak lagi dibatasi oleh struktural, usia, bidang
keahlian dan lain-lain.
Beberapa
hal tersebut menjadi dasar pemicu rasa kebosanan
dan mengakibatkan penurunan produktivitas serta kinerja yang berdampak negatif bagi organisasi atau perusahaan.
Model Karir Tradisional
Adanya kecenderungan perusahaan melakukan perubahan
struktur
organisasi menyebabkan model manajemen karir tradisional
tidak sesuai
lagi untuk dipergunakan, karena model tersebut menjadikan
manajer dan
karyawan hanya sebagai perencana karir (career planner).
Barner, Robert
(1999) mengemukakan karakteristik-karakteristik model
manajemen karir
tradisional sebagai berikut : (1) berasumsi jalur karir
(career path) yang tetap, karena diasumsikan bahwa
perubahan lingkungan bersifat gradual, incremental, dan dapat diprediksi, (2) keberhasilan karir diidentikan dengan jumlah tropi atau penghargaan yang terkumpul, (3) berfokus pada tujuan jangka panjang yang tetap, (4) menciptakan suatu karir yang linear, yaitu kenaikan karir sesuai dengan tahapan jenjang jabatan dalam struktur organisasi, (5) meyakini bahwa tujuan tergantung pada usia, (6) mengembangkan rencana yang kaku dengan pengembangan tujuan yang tidak pernah diuji ulang, (7) arah kemajuan melalui external career
markers,
(8) berasumsi bahwa organisasi akan merencanakan dan
mengarahkan karir
dan mereka menggantungkan karirnya pada perusahaan.
Dengan karakteristik yang dimiliki oleh model manajemen
karir
tradisional, semua orang, manajer dan karyawan tidak
dapat berkarir dengan baik karena perubahan-perubahan yang
terjadi pada kegiatan bisnis sekarang ini tidak dapat diikuti oleh mereka yang meyakini dan melaksanakan model manajemen karir tradisional. Perubahan-perubahan menonjol yang terjadi dikegiatan bisnis sekarang ini antara lain adanya perombakan struktur organisasi, yang berupa : (1) perubahan proporsi karyawan antara pekerja tetap dan tidak tetap, pekerja tetap proporsinya sangat sedikit bila
dibanding
pekerja tidak tetap, (2) perubahan sistem hirarki ke
sistem jaringan, yang tentu saja tidak diadopsi oleh model
manajemen karir tradisional. Perubahan-perubahan tersebut tidak diantisipasi dan tidak diprediksikan oleh model manajemen karir lama, dan ini yang menjadi alasan yang kuat bahwa model manajemen karir lama tidak sesuai lagi untuk kondisi bisnis sekarang khususnya pada organisasi tanpa batas dan harus digantikan dengan manajemen karir yang baru (Miswanto, 2005).
Model Karir Kekinian
Dalam manajemen karir baru, karyawan tidak hanya sebagai
perencana
karir saja, melainkan sebagai career strategist. Barner,
Robert (1999),
mengemukakan karakteristik-karakteristik model manajemen
karir baru
yaitu : (1) menggambarkan jalur karir ( career path) yang
terputus dan berubah, dengan perubahan lingkungan yang
tidak dapat diprediksi, perusahaan tidak dapat menjamin stabilitas corporate career path atau security of job
karyawan,
(2) mengidentikkan keberhasilan karir dengan customer
value, (3) berfokus pada tujuan ganda berjangka pendek
dan panjang, (4) mengembangkan rencana multi dimensional, beberapa tujuan dikelompokan untuk memenuhi kebutuhan karir dalam hidup seseorang, (5) meyakini bahwa tujuan tidak tergantung pada usia, sehingga mereka bebas menjalankan cara-cara baru pada setiap langkah, (6) menciptakan rencana yang fleksibel, dengan tujuan yang terus dikaji ulang dan memungkinkan adanya rencana situasional, (7) arah kemajuan disesuaikan dengan keputusan karir yang berfokus pada kebutuhan customer, (8) berasumsi bahwa mereka akan merencanakan dan mengarahkan karir sendiri, tidak menggantungkan diri terhadap perusahaan tempat mereka bekerja.
Perbedaan antara model manajemen karir lama (tradisional)
dan model
manjemen karir baru secara ringkas adalah sebagai berikut
:
Tabel
Perbedaan Model Karir Tradisional dan
Model Karir Kekinian
No.
|
Model Karir Tradisional
|
Model Karir Kekinian
|
1
|
Sebagai perencana karir
|
Sebagai career strategist
|
2
|
Berasumsi career path yang tetap
|
Berasumsi career path yang terputus dan berubah
|
3
|
Keberhasilan diidentikan dengan tropi dan dapat diprediksi
|
Keberhasilan diidentikan dengan customer value
|
4
|
Berfokus pada jangka panjang yang tetap
|
Berfokus ganda jangka pendek dan jangka panjang
|
5
|
Jenjang karir bersifat linear
|
Jenjang karir bersifat tidak linear
|
6
|
Tujuan tergantung pada usia
|
Tujuan tidak tergantung pada usia
|
7
|
Rencana yang kaku
|
Rencana yang fleksibel
|
8
|
Arah kemajuan melalui external career markers
|
Arah kemajuan disesuaikan dengan kebutuhan customer
|
9
|
Menggantungkan karir diri pada perusahaan
|
Tidak menggantungkan karir diri pada Perusahaan
|
Sumber : Barner, Robert (1999)
Individual
Development Plan
Individual
Development Plan (IDP) yaitu rencana pengembangan kompetensi disi karyawan. IDP
menekankan pada diskusi antara bawahan dan atasannya tentang kebutuhan
pengembangan untuk memenuhi sasaran bersama. Karyawan dan atasan mendiskusikan
kebutuhan-kebutuhan karyawan agar dapat mencapai sasaran kerja tersebut.
IDP
dibuat berdasarkan kebutuhan kompetensi jabatan, perencanaan karier karyawan,
potensi karyawan, talent management dan alternative program pengembangan
kompetensi yang tersedia. Pelaksanaan IDP adalah tanggung jawab karyawan
bersama atasannya karena terkait dengan pencapaian sasaran kinerja karyawan,
kenaikan jabatan dan program talent management.
Umumnya
pembuatan IDP bersama dengan penentuan sasaran kerja pada awal tahun kinerja.
Manfaat IDP adalah:
Mendorong
rasa memiliki karyawan terhadap pengembangan dan organisasinya
Merupakan
proses administrasi untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan dan membantu
pencapaian sasaran kinerja
Membantu
perencanaan pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawan dengan pencapaian
misi dan sasaran organisasi.
Proses
pembuatan IDP membutuhkan komunikasi dan interaksi antara atasan dan bawahan.
Adapun langkah pembuatan IDP adalah sebagai berikut:
- Pra Perencanaan, Atasan dan karyawan mempersiapkan diri masing-masing untuk pertemuan terkait perencanaan kinerja dan pengembangan.
- Diskusi Atasan & Karyawan, mendiskusikan kekuatan karyawan, potensi pengembangan, minat, sasaran dan kebutuhan organisasi.
- Persiapan IDP, karyawan berkonsultasi dengan atasan untuk membuat rencana pengembangan dirinya.
- Mengesahkan IDP, Atasan meminta persetujuan manajemen di tingkat atasnya bagi IDP karyawan
- Implementasi IDP, mengimplementasikan IDP yaitu karyawan secara aktif mencari kesempatan mengikuti pelatihan dan pengembangan sesuai rencana.
- Evaluasi Hasil, Atasan dan bawahan mengevaluasi manfaat pelatihan dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
Melalui
IDP, karyawan bertanggung jawab secara mandiri untuk mengembangkan
kompetensinya.
Pengembangan
Karir
Pengembangan
karier adalah perbaikan-perbaikan pribadi yang dilakukan seseorang untuk bisa
mencapai perencanaan karier pribadinya. Menurut (Brian Aprianto, 442) bahwa
mempersiapkan karyawan kunci dengan kompetensi yang dibutuhkan pada jabatan
kunci maka perusahaan dapat merancang berbagai program pengembangan karyawan.
Program tersebut akan membekali karyawan dengan pengetahuan dan keahlian
tentang profesi, industry hingga bermacam pekerjaan dalam
organisasi/perusahaan.
Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara yang diterjemahkan dari Fubrin J.Andrew (2005: 77-78),
tujuan dan manfaat pengembangan karir adalah :
- Membantu dalam Pencapaian Tujuan Individu dan Perusahaan. Pengembangan karir membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan individu. Seorang karyawan yang sukses dengan prestasi kerja sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan perusahaan dan tujuan invidu tercapai.
- Menunjukan Hubungan Kesejahteraan Karyawan. Perusahaan merencanakan karir karyawan dengan meningkatkan kesejahteraannya agar karyawan lebih tinggi loyalitasnya.
- Membantu Karyawan Menyadari Kemampuan Potensi Mereka. Pengembangan karir membantu menyadarkan karyawan akan kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan keahliannya.
- Memperkuat Hubungan antara Karyawan dan Perusahaan Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap karyawan terhadap perusahaanya.
- Membuktikan Tanggung Jawab sosial. Pengembangan karir merupakan suatu cara menciptakan iklim kerja yang positif dan karyawan menjadi lebih bermental sehat.
- Membantu memperkuat Pelaksanaan Program-program Perusahaan. Pengembangan karir akan membantu program-program perusahaan lainnya agar tujuan perusahaan tercapai.
- Mengurangi Turn Over dan Biaya Kepegawaian. Pengembangan karir dapat menjadikan turn over rendah dan begitu pula biaya kepegawaian menjadi lebih efektif.
- Mengurangi Keusangan Profesi dan Manajerial. Pengembangan karir dapat menghindarkan dari keusangan dan kebosanan profesi dan manajerial.
- Menggiatkan Analisis dari Keseluruhan Karyawan. Perencanaan karir dimaksudkan mengintegerasikanperencanaan kerja dan kepegawaian.
- Menggiatkan Suatu Pemikiran (Pandangan) Jarak Waktu yang Panjang. Pengembangan karir berhubungan dengan jarak waktu yang pankang. Hal ini karena penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan posisinya.
Bentuk-bentuk
Pengembangan Karir
- Project Perusahaan, dimana karyawan kunci untuk jabatan kunci dapat ditugaskan partisipasi Tim dalam rangka pengembangan organisasi, penyempurnaan bisnis proses dan pemecahan permasalahan bisnis, perusahaan membentuk kelompok kerja dengan anggota lintas fungsi yang saling berkolaborasi dalam pencapaian tujuan project perusahaan tersebut.
- Pendidikan Formal, dimana karyawan kunci bisa mendapatkan fasilitas melanjutkan pendidikan formal dengan persyaratan pengikatan tertentu dengan perusahaan.
- Magang, biasanya dilakukan untuk membekali karyawan kunci dengan kemampuan teknis dimana perusahaan menugaskannya ke perusahaan lain yang telah bekerjasama untuk melakukan magang/on the job training.
- Job Rotasi, Enrichment/Enlargement, dimana karyawan kunci ditugaskan Rotasi/tukar jabatan dalam periode waktu tertentu atau diberikan tambahan tugas-tugas dan tanggung jawab yang lebih (Enrichment/Enlargement).
- Promosi, dimana karyawan kunci diberikan pergerakan karir ke jabatan dengan bobot lebih tinggi sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan kompetensi serta memberikan kontribusi lebih besar bagi organisasi/perusahaan.
- Transfer, dimana karyawan kunci dilakukan rotasi permanen pada bidang tugas yang setingkat atau pada wilayah lain/departemen lain.
- Demosi, merupakan kebalikan dari promosi yaitu karyawan dipindah tugaskan ke jabatan yang lebih rendah karena dinilai tidak mampu/kurang mampu melaksanakan tugas pada jabatan yang lebih tinggi dan tidak memiliki pengetahuan serta keahlian yang memadai.
Kesimpulan
Lima
faktor yang diinginkan atau diharapkan oleh setiap pegawai, yaitu:
- Persamaan karier, pegawai ingin merasa adanya persamaan kesempatan dalam pencapaian karier
- Perhatian atasan, pegawai ingin agar atasannya memainkan peran aktif dalam mengembangkan karier pegawainya.
- Sadar akan adanya kesempatan-kesempatan baik, pegawai ingin mengetahui kesempatan-kesempatan yang bisa diperoleh dalam organisasi.
- Minat Pegawai, pegawai membutuhkan sejumlah informasi yang berbeda-beda sesuai dengan minat pegawai.
- Kepuasan Karier, pegawai menginginkan untuk mendapatkan apa yang ditargetkan.
Diharapkan
dengan dilaksanakannya manajemen karier pada organisasi, maka manfaat yang
timbul adalah:
- Mengembangkan pegawai-pegawai yang dapat dipromosikan
- Menurunkan tingkat turn over
- Membuka jalan bagi pegawai-pegawai yang berpotensi
- Meningkatkan motivasi untuk berkembang
- Memuaskan kebutuhan pegawai (kebutuhan akan status)
- Sadar atau tahu akan kualifikasi pegawai.
Daftar Pustaka
- Gaol. J.L, CHR. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori, dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik dan Bisnis. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
- Aprianto, B. SPHR dan Arisandy Jacob, Fonny. 2013. Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia. Penerbit PPM. Jakarta
- Handoko, T Hani. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:BPFE.
- Gibson dkk. 2006. Organisasi. Editor: Lyndon Saputra. Jakarta: Binarupa Aksara.
- Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Caps Publising.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.