I.
PENDAHULUAN
Saat ini perusahaan menghadapi
banyak tantangan dari lingkungan. Perubahan-perubahan terjadi begitu cepat dan
kadang-kadang tidak dapat diduga. Perubahan-perubahan ini antara lain dalam
bidang ekonomi, teknologi, pasar dan persaingan. Perubahan ini mengharuskan
perusahaan untuk mengubah semua kebiasaan yang sudah dilakukan selama ini untuk
menghadapi tingkat persaingan yang tinggi dan untuk mencapai sasaran yang
diinginkan. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan baru dalam mengevaluasi kinerja
karyawan yang dikenal dengan Manajemen Kinerja (Performance Management).
Pada manajemen kerja terdapat
tahapan dan proses manajemen kinerja yaitu perencanaan kinerja, pengelolaan
kinerja, penilaian kinerja dan penghargaan kinerja. Dengan menerapkan manajemen
kinerja ini diharapkan, kinerja karyawan akan meningkat dan sesuai dengan
diharapkan sehingga perusahaan mampu bersaing diarena global.
Setiap perusahaan pasti mengharapkan agar karyawannya
memiliki kinerja yang baik supaya dapat mendukung pencapaian sasaran
peru-sahaan. Untuk itu perusahaan memer-lukan suatu sistem yang dapat
meng-evaluasi kinerja karyawan, yang dikenal dengan system penilaian karya.
Namun demikian system penilaian karya yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai
banyak kendala, yang kerapkali diragukan dapat meningkatkan kinerja karyawan,
apalagi kinerja perusahaan. Karena saat ini terjadi banyak perubahan di dunia
bisnis, perusahaan perlu meru-muskan kembali system untuk meng-evaluasi kinerja
karyawan agar sesuai dengan kondisi saat ini.
II.
PEMBAHASAN
Menurut Baird (1986) definisi
Manajemen Kinerja adalah suatu proses kerja dari kumpulan orang- orang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana proses kerja ini berlangsung
secara berkelanjutan dan terus- menerus.
Menurut Udekusuma (2007) Manajemen kinerja adalah suatu
proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan
tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan
perusahaan dapat bertemu. Dalam hal ini bagi pekerja bukan hanya tujuan
individunya yang tercapai tetapi juga ikut berperan dalam pencapaian tujuan
organisasi, yang membuat dirinya termotivasi serta mendapat kepuasan yang lebih
besar.
Pandangan Dasar Sistem Manajemen Kinerja, Bacal (1998)
mengungkapkan lima pandangan dasar dalam sistem manajemen kinerja yaitu :
a.
Model integratif untuk
kinerja organisasi. Pada pandangan ini, manajemen kinerja sebagai suatu
struktur sistem integratif yang saling berkesinambungan antar aspek. Sehingga,
keberhasilan manajemen kinerja ditentukan oleh keseluruhan aspek yang ada dalam
suatu organisasi, tidak ditentukan bagian per bagian.
b.
Fokus pada proses dan
hasil. Manajemen kinerja menjadi suatu sistem yang tidak hanya berorientasi
pada hasil (pandangan tradisional). Proses menjadi salah satu aspek penunjang
yang penting dalam penentuan hasil yang baik.
c.
Keterlibatan pihak yang
berkaitan dalam pencapaian tujuan. Pekerja sebagai subyek utama yang melakukan
proses bisnis organisasi secara langsung. Maka dari itu, keterlibatan pihak
yang berkaitan (pekerja) menjadi penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi.
d.
Penilaian kinerja
objektif dan mengena pada sasaran. Manajemen kinerja mencakup penilaian kinerja
objektif dan sesuai dengan sasaran tiap bagian organisasi yang berkaitan.
Akhirnya, hal ini berpotensi pada dampak positif dari penilaian kinerja yang
sukses dan terstruktur.
e.
Evaluasi dan
pembelajaran antara atasan dan bawahan. Manajemen kinerja yang baik mampu
menyediakan suatu hasil evaluasi kinerja terukur. Hasil evaluasi dapat memberikan
informasi pada pihak terkait (atasan maupun bawahan). Informasi mengenai hasil
evaluasi dapat menjadi sarana pembelajaran dan penentu tindakan perbaikan di
masa mendatang.
Tahapan Manajemen Kinerja, tahapan Manajemen Kinerja Menurut
Williams (1998), terdapat empat tahapan utama dalam pelaksanaan manajemen
kinerja.
Tahapan ini menjadi suatu siklus manajemen kinerja yang
saling berhubungan dan menyokong satu dengan yang lain.
1.
Tahap
pertama: directing/planning.
Tahap pertama merupakan tahap identifikasi perilaku kerja dan dasar/basis
pengukuran kinerja. Kemudian, dilakukan pengarahan konkret terhadap perilaku
kerja dan perencanaan terhadap target yang akan dicapai, kapan dicapai, dan
bantuan yang akan dibutuhkan. Indikator-indikator target juga didefinisikan di
tahap ini. Menurut Khera (1998), penentuan target/goal akan efektif bila
mengadopsi SMART. SMART merupakan singkatan dari Spesific, Measureable,
Achievable, Realistic, dan Timebound (dalam Ilyas, 2006, p. 28). Sebuah target
harus jelas apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya (spesific), terukur
keberhasilannya (measureable) dan orang lain dapat memahami/melihat
keberhasilannya. Target harus memungkinkan untuk dicapai, tidak terlalu rendah
atau berlebihan (achievable), masuk akal dan sesuai kondisi/realita
(realistic), serta jelas sasaran waktunya (timebound).
2.
Tahap kedua: managing/supporting. Tahap kedua merupakan
penerapan monitoring pada proses organisasi. Tahap ini berfokus pada manage,
dukungan, dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap berada pada
jalurnya. Jalur yang dimaksudkan disini adalah kriteria maupun proses kerja
yang sesuai dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi.
yang sesuai dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi.
3.
Tahap ketiga: review/appraising. Tahap ketiga mencakup
langkah evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan flashback/review kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu, kinerja dinilai/diukur (appraising). Tahap ini memerlukan dokumentasi/record data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi. Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar didapat hasil evaluasi yang
valid.
Evaluasi dilakukan dengan flashback/review kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu, kinerja dinilai/diukur (appraising). Tahap ini memerlukan dokumentasi/record data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi. Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar didapat hasil evaluasi yang
valid.
4.
Tahap keempat: developing/rewarding. Tahap keempat berfokus
pada pengembangan dan penghargaan. Hasil evaluasi menjadi pedoman penentu
keputusan terhadap action yang dilakukan selanjutnya. Keputusan dapat berupa
langkah perbaikan, pemberian reward/punishment, melanjutkan suatu
kegiatan/prosedur yang telah ada, dan penetapan anggaran (1).
Paradigma
Baru Dalam Me-manajemeni Kinerja
Pendekatan baru yang dikenal dengan Manajemen Kinerja
berlan-daskan pada pendapatyang menyatakan bila karyawan mengetahui dan
mema-hami apa yang diharapkan dari dirinya dan mampu mengambil bagian dalam
mewujudkan harapan-harapan tersebut maka dengan sendirinya mereka akan dapat
dan mau memenuhi harapan kinerja tersebut.
Pendekatan manajemen kinerja ini merupakan pendekatan yang
mem-perhatikan lima aspek, yaitu :
2.
Melibatkan
semua pihak (tidak hanya atasan) dalam pengelolaan kinerja.
3.
Mengintegrasikan
semua proses dalam manajemen kinerja dengan fokus pada menjalankan bisnis.
4.
Menggunakan
proses yang sistematis, yang dapat memenuhi kebutuhan administrasi dan
kebutuhan bisnis secara keseluruhan.
5.
Memfokuskan
pada peningkatan kinerja dimasa yang akan datang (2).
III. KESIMPULAN
Saat ini kebutuhan
manajemen kinerja yang baik dirasakan semakin penting di berbagai Perusahaan
Jasa Konstruksi untuk mendorong inotivasi dan komitmen karyawan. Kinerja
karyawan bisa dikelola secara baik melalui suatu proses terintegrasiantara
perencanaan kinerja, pembimbingan kinerja, pendokumentasian kinerja dan review
kinerja
Budaya organisasi dalam
perusahaan jasa konstruksi secara parsial berpengaruh terhadap perilaku
karyawan, cara kerja dan motivasi para manajer serta bawahannya, untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan orientasi etika yang
terbesar adalah relativisme paling dominan. Oleh karenanya, etika
dilatarbelakangi oleh budaya dimana budaya memiliki aturan yang berbeda-beda
yang belum tentti dapat diterapkan di tempat yang memiliki budaya kerja yang
berbeda pula.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Gatot
NursetyoMANAJEMEN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI http://download.portalgaruda.org/article.php?article=57284&val=1411&title=MANAJEMEN%20KINERJA%20PERUSAHAAN%20JASA%20KONSTRUKSI
diakses tanggal 08 Nov’ 2016
2.
Denny Bagus, MANAJEMEN KINERJA : DEFINISI MANAJEMEN KINERJA,
PANDANGAN DASAR, TAHAPAN DAN TUJUAN MANAJEMEN KINERJA http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2011/12/manajemen-kinerja-definisi-manajemen.html diakses tanggal 08 Nov’ 2016
@A09-ROMARIA
ReplyDeletePoint : 3
Menurut saya artikel dan mind mipping sudah Bagus.
Terima kasih
@A19-Ramlan
ReplyDeletePoint 3
Sudah cukup bagus, namun masi terlihat copas nya mba, perlu bljar tekniknya biar gk terlihat copas 😁