I.
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan unsur penggerak yang paling penting dalam
rangka pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan pembentukan sebuah perusahaan
adalah untuk mencapai tujuan bersama dan kelangsungan hidup sebuah perusahaan
ditentukan oleh keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut. Keberhasilan
untuk mencapai tujuan bersama tersebut diperlukan sebuah manajemen yang baik
dan benar serta memiliki daya saing dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Manajemen
kinerja adalah tentang bagaimana pengelolaan sumber daya perusahaan sehingga
dapat bekerja secara optimal dan dapat tercapainya tujuan perusahaan. Suatu
manajemen kinerja dapat dikelola dengan baik maka secara langsung berpengaruh
terhadap kinerja tiap individu karyawannya, unit kerja, dan seluruh kinerja
perusahaan. Oleh karenanya, manajemen kinerja merupakan sebuah kebutuhan bagi
setiap perusahaan karena manajemen kinerja berorientasi pada pengelolaan proses
pelaksanaan kerja dan hasil atau prestasi kerja sumber daya manusianya dalam
mencapai tujuan strategik perusahaan.
Manajemen
kinerja dipandang sebagai sebuah sistem yang beroperasi dalam sistem yang luas.
Pelaksanaan manajemen kinerja yang buruk mengakibatkan waktu serta sumber daya
yang ada terbuang percuma. Oleh karenanya, pelaksanaan manajemen kinerja diatur
dalam sebuah sistem yang dinamis yang berhubungan dengan bagianbagian lain dari
suatu sistem yang lebih luas serta berhubungan dengan fungsi-fungsi penting
dalam perusahaan. Sasaran utama sistem manajemen kinerja adalah mengoptimalkan
kinerja karyawan dimana manajemen harus mampu mengkaitkan tugas-tugas dan
karakteristik kemampuan karyawan dengan tujuan strategik perusahaan. Sehingga
sistem manajemen kinerja dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi.
Sistem manajemen kinerja dengan pendekatan berbasis kompetensi ini telah
dikembangkan di perusahaan swasta maupun BUMN yang ingin memperbaiki sistem
manajemen kinerjanya dengan pencapaian kinerja perusahaan sebagai tolok ukur
serta mengupayakan karyawan agar selalu memiliki komitmen dan motivasi yang
tinggi dalam berprestasi untuk perusahaan.
II.
PEMBAHASAN
1. Konsep
Dasar Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja menurut Susilo
(2012:6) merupakan “aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, pengarahan,
dan pengendalian terhadap pencapaian hasil kerja karyawan serta upaya manajemen
untuk terus memacu kinerja karyawannya secara optimal”.
Sedangkan manajemen kinerja menurut
Dharma(2004:16) merupakan “proses untuk menetapakan suatu pemahaman bersama
tentang apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan
pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat memungkinkan sasaran akan
dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu”.
Sementara itu, menurut Bacal (1994)
yang dikutip oleh Wibowo (2007:8) memandang bahwa “manajemen kinerja sebagai
proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam kemitraan antara
karyawan dengan atasan langsungnya”.
Proses komunikasi ini meliputi
kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman menegenai pekerjaan yang
akan dilakukan. Manajemen kinerja didasarkan kepada suatu asumsi bahwa karyawan
mengetahui dan mengerti apa yang diharapkan dari perusahaannya, dan
diikutsertakan dalam penentuan sasaran yang akan dicapai maka karyawan akan
menunjukkan kinerja mereka untuk mencapai sasaran tersebut. Berbagai pandangan
mengenai manajemen kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kinerja
merupakan aktivitas kegiatan manajerial dalam
mengelola sumber daya perusahaan yang berorientasi pada kinerja dengan
melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan tentang visi
bersama dan pendekatan strategis yang terpadu sebagai kekuatan yang mendorong
untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Sistem
Manajemen Kinerja
Pelaksanaan manajemen kinerja harus dipandang sebagai sebuah sistem yang
berhubungan dengan bagian-bagian lain dari sistem yang lebih luas. Bacal
(2001:48) menyatakan bahwa, “manajemen kinerja harus berhubungan dengan
perencanaan strategis dan arah perusahaan, proses anggaran keuangan,
perencanaan pengembangan karyawan, dan program-program peningkatan motivasi
seperti tingkat gaji atau upah, imbalan dan promosi. Keuntungan yang maksimal
akan didapat jika perusahaan dapat melaksanakan sistem tersebut secara
menyeluruh tidak hanya satu bagiannya saja”.
Sementara itu, Sahoo dan Jena (2012:297) menyatakan “A successful
performance management system ensures that work performed by employees
accomplishes the goals and mission of the organisation and that employees have
a clear understanding of what is expected of them”. Pernyataan tersebut
memiliki arti bahwa kesuksesan dari sistem manajemen kinerja dapat dipastikan
oleh keberhasilan pekerja dalam mencapai tujuan dan misi dari perusahaan. Para
pekerja telah memahami secara tepat apa yang perusahaan harapkan terkait dengan
kinerja mereka.
3. Pendekatan
Berbasis Kompetensi
Istilah kompetensi (competency) dalam manajemen kinerja mengacu pada
perilaku yang diperlukan dari seseorang untuk dapat melaksanakan suatu
pekerjaan dengan sangat baik. Sebagaimana didefinisikan oleh Armstrong dan
Murlis yang dikutip oleh Dharma (2004:67) bahwa “karakteristik keperilakuan
yang dapat menunjukkan perbedaan mereka yang berkinerja tinggi dalam konteks ini
menyangkut prestasi”. Perilaku tersebut meliputi pikiran-pikiran, dimana
pikiran mengarah pada perilaku yang pada gilirannya membuahkan hasil-hasil yang
dikehendaki. Kompetensi merupakan apa yang harus ada dalam diri seorang
karyawan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya dalam bentuk jenis dan
tingkatan perilaku yang berbeda. Bentuk jenis dan tingkatan perilaku ini
dibedakan dari kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan pekerjaannya.
4. Penilaian
Kinerja
Setiap fungsi SDM berkontribusi terhadap proses manjemen kinerja. Namun,
penilaian kinerja memainkan peran yang signifikan dalam proses ini selain pada
pelatihan kinerja. Penilaian kinerja merupakan faktor yang mendukung kesuksesan
proses manajemen kinerja. Meskipun penilaian kinerja hanyalah salah satu unsur
dari manajemen kinerja, sistem tersebut penting karena mencerminkan secara
langsung rencana strategis perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dessler
(2011:322) tentang pengertian manjemen kinerja bahwa “manjemen kinerja
merupakan proses mengonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian, dan
pengembangan kinerja ke dalam suatu sistem tunggal bersama, yang bertujuan
memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan strategis perusahaan”.
Sedangkan penilaian kinerja itu sendiri memiliki definisi menurut Mondy
(2008:257) penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan “sistem formal
untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tugas individu atau tim”. Dessler
(2011:322) mengungkapkan definisi penilaian kinerja sebagai “evaluasi kinerja karyawan
saat ini dan/atau di masa lalu relatif terhadap standar prestasinya”. Dengan
demikian, penilaian kinerja berperan sebagai cara untuk melakukan pengukuran
terhadap kinerja karyawan dalam proses manjemen kinerja. Penilaian kinerja
menentukan apakah manajer atau karyawannya telah berhasil menunjukkan
performance yang diharapkan atau tidak.
Mathis dan Jackson(2006:392) mengelompokkan metode penilaian kinerja
menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1. Metode Penilaian kategori : Seorang pemimpin
untuk menandai tingkat kinerja karyawan pada formulir khusus yang dibagi kedalam
kategori kinerja. Metode ini yang paling umum adalah skala penilaian grafis dan
checklist
2. Metode Komparatif : para pimpinan untuk
membandingkan secara langsung kinerja karyawan mereka terhadap satu sama lain.
Metode yang tergolong dalam metode komparatif adalah penentuan peringkat dan
distribusi paksa.
3. Metode Perilaku : Metode ini lebih berusaha
untuk menilai perilaku karyawan dibandingkan dengan karakteristik lainnya dalam
mencapai kinerjanya.
4. Metode Naratif : Metode ini menguraikan tindakan
karyawan dan juga dapat mengindikasikan penilaian actual. Metode yang tergolong
dalam kelompok ini adalah kejadian penting, esai, dan tinjauan lapangan.
5. Evaluasi
Kinerja
Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2011:262) menyatakan “evaluasi
kinerja merupakan pendapat yang bersifat evaluatif atas sifat, perilaku
seseorang, atau prestasi sebagai dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan
personil”. Evaluasi kinerja dilakukan terhadap proses penilaian, review, dan
pengukuran kinerja. Dari hasil evaluasi kinerja akan memberikan umpan balik
terhadap tujuan dan sasaran kinerja yang kemudian dapat dilakukan
langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kinerja di waktu yang akan datang.
Evaluasi kinerja juga dipergunakan untuk mengambil keputusan tentang sumber
daya manusia. Seperti memberikan masukan bagi keputusan promosi, mutasi,
pemberhentian, serta kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Evaluasi kinerja
yang memberikan masukan bagi kebutuhan pelatihan dan pengembangan merupakan
evaluasi yang mengidentifikasikan keterampilan dan kompetensi pekerja yang ada
kurang cukup sehingga dikembangkan melalui program pelatihan. Namun,
efektivitas pelatihan dan pengembangan dipertimbangkan dengan mengukur seberapa
baik dan benar pekerja yang berpartisipasi mengerjakan evaluasi kinerja.
III.
KESIMPULAN
Kesadaran bahwa
mengelola kinerja adalah urusan dari setiap karyawan didalam perusahaan bukan
hanya tugas Departemen Personalia. Maka para individu hendaknya didorong untuk
menilai kinerja mereka sendiri dan menjadi pelaku perubahan yang aktif dalam
meningkatkan hasil mereka sendiri. Sehingga sistem manajemen kinerja ini
diperlakukan sebagai suatu proses manajemen yang normal, bukan suatu tugas
administratif yang dipaksakan oleh Departemen Personalia. Perlu diciptakan
budaya dengan kejujuran dan komunikasi dua arah. Para karyawan hendaknya lebih
terbuka dan jujur tentang apa yang memotivasi mereka, apa yang mereka suka dan
tidak suka, tentang yang mereka lakukan, apa yang mereka inginkan, apa yang
menjadi kepentingan mereka dan bagaimana harapan mereka, serta sebaliknya
manajer juga dengan jujur menyatakan kebenaran dalam hubungannya dengan bawahan
tentang apa yang disuka dan tidak disuka, tentang apa yang mereka kerjakan, apa
apresiasinya terhadap pekerja, visi yang diberikan kepada mereka, persepsi dan
pertimbangan tentang hambatan terhadap keberhasilan dan sasaran maka akan
memperluas kesepahaman bersama dan untuk mengetahui kebenaran secara luas dan
akan memberikan manfaat yang besar bagi proses penilaian.
DAFTAR PUSTAKA
Ismania, Endang. 2014. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 15 No. 1.
Malang: Universitas Brawijaya
Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Dessler, Gary. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia ed.10.
Jakarta Barat: PT Indeks.
Dharma, Surya. 2004. Manajemen Kinerja, Falsafah, Teori dan
Penerapannya. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Miles, Mathew B, and A. Michael Huberman. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif ed.
revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mondy, R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya
Manusia ed.10. Jakarta: Erlangga.
Sahoo, Chandan Kumar; Jena, Sambedna. 2012. Organizational
Performance Management System: Exploring The Manufacturing Sectors. Industrial
And Comercial Training, 44(5): 296 302.
Susilo, Heru. 2012. Manajemen Kinerja dan Kompensasi.
Malang: UB Distance Learning. Syamsi,
Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta: Bumi Aksara.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
@A14-david
ReplyDeletePoin 3
Isi artikel dan mind mapp menarik dan inspiratif