I.
PENDAHULUAN
Sistem Manajemen SDM yang
berkembang di era industri mengalami transformasi menuju pendekatan Human
Capital pada era pengetahuan dan informasi sekarang ini. Manusia yang
dulunya disebut sebagai sumberdaya, saat ini dinyatakan sebagai aset yang
paling berharga bagi perusahaan. Adapun wujud aset yang dimiliki oleh manusia
adalah berupa kompetensi, ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku yang diyakini memiliki hubungan sebab-akibat
dengan kinerja manusia tersebut di dalam sebuah organisasi.
Bagi sebagian karyawan, harapan untuk
mendapatkan uang adalah satu-satunya alasan untuk bekerja, namun yang lain
berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari banyak kebutuhan yang terpenuhi
melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa lebih dihargai oleh
masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Mereka akan merasa
lebih dihargai lagi apabila menerima berbagai fasilitas dan simbol-simbol
status lainnya dari perusahaan dimana mereka bekerja. Dari uraian di atas dapat
dikatakan, bahwa kesediaan karyawan untuk mencurahkan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, tenaga, dan waktunya, sebenarnya mengharapkan adanya imbalan dari
pihak perusahaan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
Menurut Schuler dan Jackson (1999),
“pada prinsipnya imbalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imbalan intrinsik
dan imbalan ekstrinsik”. Imbalan intrinsik yaitu imbalan yang diterima
karyawan untuk dirinya sendiri. Biasanya imbalan ini merupakan nilai positif atau
rasa puas karyawan terhadap dirinya sendiri karena telah menyelesaikan suatu
tugas yang baginya cukup menantang. Teknik-teknik pemerkayaan pekerjaan,
seperti pemberian peran dalam pengambilan keputusan, tanggung jawab yang lebih
besar, kebebasan dan keleluasaan kerja yang lebih besar dengan tujuan untuk
meningkatkan harga diri karyawan, secara intrinsik merupakan imbalan bagi
karyawan. Sedangkan imbalan ekstrinsik
mencakup kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung, dan imbalan bukan
uang. Termasuk dalam kompensasi langsung antara lain adalah gaji pokok, upah
lembur, pembayaran insentif, tunjangan, bonus; termasuk kompensasi tidak
langsung seperti jaminan sosial, asuransi, pensiun, pesangon, cuti kerja,
pelatihan dan liburan. Termasuk imbalan bukan uang misalnya rasa aman, atau
lingkungan kerja yang nyaman, pengembangan diri, fleksibilitas karier, peluang
kenaikan penghasilan, simbol status, pujian dan pengakuan.
Dalam kenyataannya, kompensasi
yang diberikan oleh suatu perusahaan tidak selalu meliputi semua jenis
kompensasi seperti yang telah dijabarkan di atas. Pemberian kompensasi dapat
bervariasi, dan biasanya berdasarkan pada pendapat pimpinan dan manajemen
perusahaan tentang penting tidaknya suatu bentuk kompensasi harus diberikan
kepada karyawan dan disesuaikan pula dengan kemampuan perusahaan yang
bersangkutan.Masih banyak perusahaan di sini yang hanya
memberikan kompensasi dasar. Sebagian sudah memberikan kompensasi variabel,
misalnya bonus dan pembagian keuntungan, namun perhitungannya masih belum
transparan. Untuk kompensasi tidak langsung, biasanya hanya
perusahaan-perusahaan yang berskala besar saja yang telah melaksanakan program
ini. Adapun penghitungan kompensasi gaji pokok sangat dipengaruhi oleh
kompetensi pemangku jabatan yang relevan dengan model kompetensi jabatannya.
Imbalan bukan uang adalah kepuasan yang diterima karyawan dari pekerjaan itu
sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik dimana karyawan bekerja.
Menurut Denni, Alex, dkk (2010)
“Sistem kompensasi yang baik dapat mendorong kinerja karyawan dan meningkatkan
daya saing organisasi. Sebaliknya, sistem kompensasi yang buruk dapat
menurunkan motivasi karyawan dan berdampak kepada rendahnya kinerja organisasi
secara keseluruhan. Lebih jauh dari itu, sistem kompensasi yang buruk dapat
menyebabkan organisasi kehilangan orang-orang terbaiknya yang pindah ke
pesaing”.
II.
TUJUAN DAN DASAR
PERHITUNGAN KOMPENSASI
2.1
Tujuan Kompensasi
Adapun tujuan dari kompensasi, diantaranya dirangkum sebagai berikut :
1. Menarik SDM yang potensial untuk bergabung dengan perusahaan
2. Mempertahankan SDM yang memiliki kinerja baik
3. Meraih keunggulan kompetitif
4. Motivasi dalam meningkatkan produktivitas karyawan
5.
Mematuhi aturan hukum dengan melakukan pembayaran sesuai aturan
Tujuan dari pemberian kompensasi
tersebut saling terkait, artinya apabila pemberian kompensasi tersebut mampu
mengundang orang-orang yang potensial untuk bergabung dengan perusahaan dan
membuat karyawan yang baik untuk tetap bertahan di perusahaan, serta mampu memotivasi karyawan untuk meningkatkan
kinerjanya, berarti produktivitas juga akan meningkat dan perusahaan dapat
menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif, sehingga perusahaan lebih
dimungkinkan untuk dapat mencapai sasaran strategisnya yaitu mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengembangkan usaha. Dalam hal ini,
peran Serikat Pekerja juga sangat penting dalam menjembatani aspirasi-aspirasi
pekerja dan juga strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan
dan target perusahaan.
Menurut Muljani, Ninuk (2002)
“Apabila perhitungan kompensasi didasarkan pada jabatan atau keterampilan yang
relevan dengan jabatan, maka perusahaan juga akan memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk menarik, memotivasi dan mempertahankan karyawan yang
berpotensi dan mempunyai kinerja tinggi. Di satu pihak kebutuhan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan usahanya akan
tercapai, di pihak lain karyawan juga dapat menikmati hasil berupa kompensasi
yang diberikan oleh perusahaan dengan rasa puas. Dengan demikian kompensasi
dapat dipandang sebagai alat untuk mengelola sumber daya manusia secara efektif
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan karyawan itu sendiri”.
2.2
Dasar Perhitungan Kompensasi
Dasar perhitungan kompensasi dipakai
untuk mendapatkan sistem pembayaran kompensasi yang adil, dan menjadikan
perusahaan menarik, mampu bertahan hidup dan mampu memotivasi karyawannya serta
dapat melakukan penghematan biaya. Dasar perhitungan kompensasi dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu menggunakan pendekatan pekerjaan atau dikenal
dengan job-based approaches dan
menggunakan pendekatan keterampilan atau skill-based approaches.
Pendekatan pekerjaan atau jabatan mengasumsikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan
oleh orang yang dibayar untuk jabatan tertentu, sedangkan pendekatan
keterampilan mengasumsikan bahwa karyawan tidak dibayar karena jabatan yang
disandangnya, tetapi lebih pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas.
Metode evaluasi jabatan memusatkan
diri pada jabatan sebagai unit kepentingan. Beberapa metode mengevaluasi
jabatan secara keseluruhan, sedangkan beberapa lainnya menggunakan
faktor-faktor yang dapat dikompensasi. Metode evaluasi jabatan yang sudah
sangat populer dipakai untuk mengevaluasi posisi eksekutif, manajer dan
professional maupun posisi teknik, administrasi dan manufaktur adalah metode Hay
Guide Chart-Profile. Secara operasional, sistem ini mengandalkan tiga
faktor utama yang bisa dikompensasi, yaitu pemecahan masalah, kecakapan dan
pertanggungjawaban. Menurut metode ini, faktor-faktor yang penting mempunyai
nilai tinggi, sedangkan faktor-faktor yang kurang penting mempunyai nilai yang
lebih rendah. Evaluasi jabatan ini hanya untuk internal perusahaan bukan untuk
menghitung tingkat upah di pasar atau perusahaan lain. Selain itu evaluasi
jabatan ini hanya fokus pada nilai tugas masing-masing jabatan, bukan pada
orang yang melaksanakannya. Akan tetapi, para akademisi dan konsultan
menegaskan bahwa pembayaran kompensasi berdasarkan jabatan dapat dengan mudah
disalahgunakan dan sudah tidak cocok lagi dengan kebutuhan pada dewasa ini.
Menurut Muljani, Ninuk (2002) dalam Bridges (1994), pendekatan-pendekatan
kompensasi berdasarkan jabatan yang konvensional:
1. Mendukung organisasi hierarkis kaku yang menekan motivasi serta kreativitas
karyawan,
2. Menganggap bahwa orang adalah komoditas yang dapat dibentuk untuk “cocok
dengan” peran-peran yang telah ditentukan,
3. Tidak cocok untuk organisasi yang lebih ramping dan dalam sektor jasa.
Adapun alasan digunakannya keterampilan sebagai dasar perhitungan
kompensasi adalah karena karyawan yang
berkemampuan tinggi atau yang mampu mengembangkan keterampilannya dapat
menerima kompensasi yang lebih tinggi, walaupun jabatannya tetap. Selain itu,
nilai individu akan lebih tersorot daripada nilai pekerjaan yang dilakukannya.
Karyawan yang memiliki kemampuan dan keterampilan tentu akan tertarik pada
perusahaan yang memberikan kompensasi berdasarkan kemampuan dan keterampilan,
sebab pada umumnya karyawan yang mempunyai keterampilan lebih, mengharapkan
kompensasi yang lebih banyak pula.
III. KESIMPULAN
Kompensasi yang dikelola dengan baik
dapat membantu perusahaan dalam memperoleh, memelihara, serta menjaga
karyawannya. Masalah kompensasi tidak hanya penting karena menjadi dorongan
utama seseorang menjadi karyawan, tetapi juga besarnya pengaruh kompensasi
terhadap semangat dan kegairahan kerja para karyawannya (Rivai 2006) dapat
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan menciptakan kepuasan bagi
karyawan, sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Penghitungan kompensasi gaji pokok
sangat dipengaruhi oleh kompetensi pemangku jabatan yang relevan dengan model
kompetensi jabatannya. Imbalan bukan uang adalah kepuasan yang diterima
karyawan dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau
fisik dimana karyawan bekerja. Sistem kompensasi yang baik dapat mendorong
kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing organisasi.
Tujuan utama dari sistem
kompensasi adalah menyelaraskan tujuan dan keinginan karyawan dengan tujuan dan
keinginan organisasi. Keinginan organisasi, misalnya memiliki karyawan yang berpikir dan
berprilaku seperti pemilik bisnis. Untuk hal-hal pokok seperti tujuan
organisasi dan penghargaan atas setiap pencapaian, juga perlu diketahui semua
karyawan melalui strategi korporat yang membantu menentukan tujuan yang diraih
karyawan dan sistem kompensasi yang menghubungkan dengan tujuan tersebut. Dalam
hal ini peran serikat pekerja diperlukan sebagai penghubung aspirasi antara
karyawan dengan perusahaan, sehingga terjadi keselarasan dalam mencapai tujuan
IV. REFERENSI
Denni, Alex, dkk. 2010. Desain Sistem Kompensasi
Gaji Pokok Berbasis Person Value pada Perusahaan Agroindustri. Bogor : Jurnal
Manajemen dan Organisasi. Vol- INo.01. http://www.manajemen.fem.ipb.ac.id/images/uploads/2._Desain_Sistem_Kompensasi_Gaji.pdf
(06/11/2016)
Muljani, Ninuk. 2002. Kompensasi Sebagai
Motivator Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Surabaya : Jurnal Manajemen
& Kewirausahaan. Vol-IV No.02. http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/1915.pdf
(06/11/2016)
Rivai V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo
Persada.
Schuler, R.S., dan S.E. Jackson. 1999. Manajemen
Sumber Daya Manusia: Menghadapi Abad Ke-21. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
@A03-MELINDA
ReplyDeletePoint 3
Mind map sangat kreatif sehingga mempermudah untuk membaca artikel..