Mind Maps
Abstrak
Organisasi yang baik memiliki kemampuan bertahan dan bertumbuh secara terus menerus tanpa lekang dimakan waktu dan perkembangan jaman. Oleh sebab itu setiap organisasi memiliki, menjalankan Misi dan mencapai Visinya.
Misi menyatakan makna keberadaan organisasi dan Visi adalah gambaran organisasi yang hendak dicapai di masa depan. Organisasi berkembang, bertumbuh bahkan hidup dan mati pun sangat tergantung dari Sumber Daya Manusia di dalamnya sebagai sebuah bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan.
Model Dasar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Manajemen SDM dilaksanakan tidak hanya terbatas pada organisasi yang berorientasi keuntungan, tetapi juga pada berbagai bentuk organisasi lainnya seperti yayasan (sosial), lembaga kemasyarakatan dan swadaya (LSM) dan departemen pemerintah.
Menurut Robert L. Mathis & Jackson John H., pengertian
manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem-sistem formal dalam
sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif guna
mencapai tujuan organisasi. Dari hal tersebut diketahui bahwa Manajemen SDM
memiliki sasaran adalah efektifitas organisasi yang merupakan pusat intisari
aktivitas-aktivitas SDM. Tujuan mendasar pemanfaatan bakat manusia melalui Manajemen
SDM secara berurutan dan saling mempengaruhi adalah merekrut (acquiring), mengembangkan
(developing) dan memelihara (maintaining) dalam upaya agar organisasi berjalan
efektif dalam mencapai tujuannya. Sebagai contoh pada perekrutan manajer
(acquiring) akan mempengaruhi pengembangan kompetensi dan evaluasi kinerjanya
(developing) serta upah dan kesejahteraannya (maintaining).
Efektivitas
Organisasi
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang memiliki kapabilitas untuk menjalankan misi dan mencapai visinya. Kemampuan organisasi untuk hal tersebut dibangun berdasarkan faktor-faktor kapabilitas organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah :
- Faktor strategi memberikan arah organisasi melalui aktivitas perencanaan strategis yang meliputi penetapan visi, misi, nilai-nilai, sasaran strategis, pengembangan strategi beserta implementasi dan evaluasinya.
- Faktor struktur organisasi merumuskan struktur yang paling efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi melalui strukturnya.
- Faktor sistem dan proses merupakan aktivitas-aktivitas untuk memberikan nilai kepada pelanggan organisasi untuk mencapai sasaran organisasi, melalui bisnis proses, value chain serta pengembangannya melalui merger dan akuisisi.
- Faktor personel mendukung organisasi dengan mengelola kontribusi personel bagi organisasi melalui strategi SDM.
- Faktor budaya mempengaruhi perilaku individu dalam kontribusinya bagi organisasi untuk mencapai tujuannya melalui penciptaan budaya perusahaan.
- Faktor etika berupaya memastikan pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang etis sehingga berdampak positif bagi pencapaian sasaran jangka panjang melalui implementasi Good Coorporate Governance (GCG).
- Faktor minimalisasi risiko berupaya mengurangi dampak risiko yang berpotensi menghalangi dan menghambat pencapaian sasaran organisasi melalui manajemen risiko.
Kebanyakan organisasi tidak mengimplementasikan seluruh
faktor-faktor kapabilitas tersebut. Faktor-faktor kapabilitas organisasi secara
umum saling mempengaruhi efektifitas organisasi. Proses perubahan budaya
perusahaan dapat mempengaruhi struktur organisasi, personel, sistem dan proses
serta etika bisnis.
Budaya
Perusahaan
Pengertian budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya pada suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi di dalam lingkungan tersebut. Organisasi adalah sebuah lembaga yang terdiri dari banyak personel yang merupakan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dll. Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi terdiri dari individu dengan kultur bawaan yang berbeda-beda. Organisasi memiliki budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan top manajemen dan dianut oleh setiap bagian organisasi.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh pakar Harvard
Business School, yaitu Prof. DR. John Kottler dan Prof. DR. Janes Heskett, bahwa
terdapat korelasi positif di antara penerapan budaya organisasi dengan prestasi
yang dicapai oleh organisasi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Budaya organisasi dapat membantu organisasi dalam mencapai kesuksesannya.
Hal tersebut menjadikan organisasi perlu menanamkan nilai-nilai yang sama pada
setiap personel atau SDM-nya. Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai-nilai
yang sama menciptakan rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing personel/SDM
sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan seperti
ini dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para personel/SDM
di dalamnya sehingga pada akhirnya mampu mengakomodasi perubahan dalam organisasi
ke arah yang positif.
Perbedaan
Generasi di Tempat Kerja
Perbedaan generasi dalam beberapa tahun terakhir ramai diperbincangkan dalam pengelolaan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) terutama fenomena munculnya Generasi Y (Gen-Y). Gen Y merupakan sebutan untuk generasi yang lahir pada tahun 1981-1999. Generasi dengan kisaran usia 15 – 34 tahun menjadi penting keberadaannya karena merupakan orang-orang yang akan atau baru memasuki dunia kerja serta para profesional muda. Gen X adalah sebutan untuk generasi yang lahir pada tahun 1966 sampai dengan 1980 dan Baby Boomers adalah generasi yang lahir antara tahun 1946 sampai dengan 1965.
Di Indonesia, terdapat lebih dari 80 juta Gen-Y pada tahun
2010 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 90 juta pada tahun 2030 yang berarti
sepertiga masyarakat Indonesia adalah Gen Y.
Gen-Y, Gen-X dan Baby Boomers hingga saat ini merupakan
bagian dari personel/SDM di setiap organisasi. Ketiga generasi primer ini
tentunya bekerja dengan karakteristik, nilai diri, dan etika kerja yang
berbeda. Bukti-bukti perbedaan ini dapat dilihat melalui keluhan-keluhan yang
biasa mencuat di kantor seperti, “Susah
diatur”, “Kurang ajar”, atau “Sibuk dengan gadget.”
Saat ini, Gen-X dan Baby Boomers sebagian besar berada dalam
fase menduduki jabatan manajer menengah hingga top manajemen. Keluhan-keluhan
Gen X dan Baby Boomers muncul sejak Gen-Y “mewabah” di setiap organisasi
sehingga menimbulkan tantangan bagi para manajer tersebut.
Peran MSDM
Kekinian
Perkembangan organisasi di masa depan sangat ditentukan oleh peran Gen-Y. Namun, dengan perbedaan nilai-nilai dasar tersebut, manajemen yang rata-rata adalah Gen-X dan sebagian Baby Boomers sudah tidak bisa lagi mengaplikasikan gaya kepemimpinan tradisional, di mana hanya berfungsi sebagai pengalokasi sumber daya dan pengawas kerja.
Perbedaan generasi di tempat kerja atau organisasi dengan
pengaruhnya terhadap budaya organisasi tidak boleh dianggap sebagai
permasalahan, tetapi sebagai kesempatan bagi organisasi untuk bergerak semakin
progresif dan inovatif. Pengelolaan informasi dan tingkat percaya diri yang
tinggi adalah modal dasar para millennials (sebutan bagi Gen Y) untuk merancang
berbagai inovasi dengan jiwa entrepreneurship yang mungkin tidak dimiliki oleh
Gen-X maupun Baby Boomers.
Manajemen Sumber Daya Manusia dalam menghadapi tantangan
sebagai suatu kesempatan dalam menciptakan lingkungan kerja yang positif yaitu
suasana kerja yang terbuka, nyaman, aman, bertanggung jawab dan berkeadilan
bagi seluruh personelnya.
Lingkungan kerja yang positif tidak terlepas dari pengaruh
para manajer karena peran pengelolaan personel sehari-hari berada di tangan
mereka. Para manajer menjadi sumber motivasi sekaligus demotivasi personel.
Memiliki manajer yang dapat menjadi sumber motivasi menjadi aset organisasi
yang berharga untuk menggerakkan kontribusi personel-personel terbaik
organisasi.Ketidakpuasan terus-menerus terhadap atasannya akan menyebabkan
personel-personel terbaik mengundurkan diri dari organisasi dengan berbagai
alasan.
Survei menunjukkan, 51% Gen-Y membutuhkan sosok pemimpin yang
dapat menjadi coach/mentor bagi perkembangan kemampuan dan karirnya. Sebagai
coach, Gen-X dan sebagian Baby Boomers harus mengambil peran sebagai motivator,
problem solver, inspirator, sekaligus pengarah Gen-Y untuk aktivitas kerjanya.
Hubungan antara manajer Gen-X dan sebagian Baby Boomers dengan bawahan Gen-Y
pun tidak lagi vertikal berbasis pada jabatan, melainkan horisontal. Gen-X dan
sebagian Baby Boomers harus bisa menjadi teman berdiskusi untuk Gen-Y terhadap masalah
pekerjaan maupun pribadi. Gen-X sebagian Baby Boomers juga harus lebih
fleksibel untuk tidak selalu menjadi pengawas pekerjaan. Dengan diberikannya
otonomi dan kepercayaan dalam bekerja, Gen-Y justru menjadi lebih termotivasi
dan produktif.
Kesimpulan
Menjadi hal penting membekali para manajer dalam pengetahuan dan keterampilan mengelola dan memberdayakan personelnya, seperti :
- Menetapkan sasaran kinerja yang jelas
- Memberikan perlakuan yang adil dan terbuka bagi setiap bawahan
- Memberikan kewenangan dan fasilitas bekerja
- Memberikan pengakuan atas pencapaian kinerja bawahan
- Mendorong pembelajaran dan memfasilitasi karyawan untuk mengikuti pelatihan
- Memberikan kesempatan untuk berkembang dan dipromosikan.
- Mampu bertindak tegas, memberikan bimbingan dan memberikan sanksi disiplin serta menindaklanjuti pelanggaran hukum personelnya.
Hal tersebut pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang positif dalam rangka mewujudkan produktifitas personel
dan efektifitas organisasi dalam melaksanakan misinya dan mencapai visinya di
masa yang akan datang.
Daftar
Pustaka
- http://www.ciputra-uceo.net/blog/2015/10/29/pengertian-sumber-daya-manusia-dan-manajemen-sumber-daya-manusia
- http://www.aimsconsultants.com/news/articles/6-memanfaatkan-budaya-perusahaan
- http://www.markplusinstitute.com/who_we_are/detail_article/63
- Darmin Ahmad Pella & Afifah Inayati. 2011. Talent Management. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
- Brian Aprianto, SPHR & Fonny Arisandy Jacob. 2013. Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia. Jakarta: Penerbit PPM
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.