STUDI
LITERATUR KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION
Tarma
Wijaya
Fakultas
Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta
tarma.wijaya.tw@gmail.com
The rapid economic
growth nowadays lead the organization to improve their performance.
Individual’s tendecy to do job shopping constraint in retaining their best
employee. Job shopping can lead to low productivity that caused onrganization’s
performance. One way to retain the best employees is considering the job
satisfaction’s aspects. This study aimed to determine the relationship betweem
job satisfaction on turnover intention. The method of this study using
qualitative approach with literature studies as data collection technique. The
researcher find that there is significant correlation between job satisfaction
on turnover intention from previous researches.
Keyword: turnover intention, job satisfaction, literature
study
Pesatnya pertumbuhan
ekonomi saat ini mengakibatkan organisasi dituntut untuk meningkatkan performanya
dalam persaingan bisnis. Kecenderungan individu untuk berpindah pekerjaan
menjadi salah satu kendala organisasi dalam mempertahankan karyawan terbaiknya.
Berpindahnya karyawan dapat mengakibatkan produktivitas yang rendahsehingga
menjadi salah satu masalah performa organisasi. Salah satu cara untuk
mempertahankan karyawan terbaiknya adalah dengan memperhatikan aspek-aspek yang
ada dalam kepuasan kerja. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kepuasan kerja terhadap niat untuk keluar. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa studi
literatur. Peneliti menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara
kepuasan kerja terhadap niat untuk keluar dari penelitian-penelitan sebelumnya.
Kata kunci: intensi
untuk keluar,kepuasan kerja,studi
literatur
Dalam situasi bisnis yang semakin rumit
dan perubahan yang cepat dan persaingan
yang meningkat seperti saat ini,
organisasi menghadapi pergeseran bertahap dalam hubungan karyawan dengan organisasi.
Kesetiaan terhadap organisasi dilaporkan menurun sejalan dengan tingkat turnover, rata-rata masa kerja menurun,
dan karyawan melakukan “job shopping” (Newmark, 2001).Banyak
penelitian yang mengungkapkan akibat negatif dari turnover karyawan. Biaya pengeluaran, baik yang langsung maupun
tidak langsung, berkaitan dengan turnover.
Pengeluaran tidak hanya dari rekrutmen dan pelatihan, namun juga gangguan operasional
kerja dan demoralisasi bagi karyawan yang masih menetap (Randhawa, 2007). Oleh karena itu, mempertahankan karyawan yang
berharga adalah masalah penting untuk organisasi yang kompetitif di mana
karyawan dinilai sebagai aset yang berharga dalam organisasi. Biasanya ini
menjadi perhatian penting bagi organisasi untuk menempatkan energinya untuk
mempertahankan karyawan yang telah mereka miliki (Hong & Kaur, 2008).
Untuk memprediksi turnover yang akan terjadi dapat
dilihat dari pengukuran intensi untuk keluar. Mobley (1977) mendefenisikan intensi untuk keluar sebagai
sebuah motivasi untuk meninggalkan pekerjaan dengan sukarela. Walaupun intensi
untuk keluar mungkin tidak diwujudkan dalam turnover
yang sesungguhnya, namun adalah hal yang umum diterima bahwa intensi untuk
keluar individual dapat digunakan untuk memprediksi turnover yang seseungguhnya (Price, 2001). Aspek yang ada dalam
turnover intention adalah segala pemikiran untuk berhenti dari pekerjaan,
segala perbuatan untuk mencari alternatif pekerjaan baru, dan kecenderungan
untuk berhenti dari pekerjaan.
Salah satu faktor yang menyumbang peranan
dalam mencegah turnover karyawan
adalah dengan memperhatikan kepuasan kerja karyawannya. Greenberg & Baron
(1997) mengatakan bahwa, kepuasan kerja adalah respon psikologis, emosional,
dan evaluatif yang individu miliki terhadap pekerjaannya. Menurut Cranny, Smith dan Stone (1992), kepuasan
kerja adalah sebuah kombinasi dari reaksi kognitif dan afektif terhadap
perbedaan persepsi antara apakah yang karyawan ingin terima dibandingkan dengan
apakah yang karyawan benar-benar terima.
Herzberg (dalam Sowmya &
Panchanatham, 2011) mengemukakan 2 (dua)
dimensi dari kepuasan kerja yaitu motivator
dan higine. Faktor motivator (faktor ekstrinsik) adalah
elemen yang berhubungan dengan tugas dan kewajiban dari pekerjaan yang dilakukan seperti
tanggung jawab, rangsangan kerja, pertumbuhan pengakuan, kemajuan, dan prestasi
kerja. Sedangkan faktor hygine
(faktor intrinsik) merupakan semua elemen kerja yang berhubungan dengan
pekerjaan itu sendiri seperti penghasilan, rekan kerja, kebijaksanaan dan
administrasi perusahaan serta pengawasan. Namun menurut Herzberg, faktor hygine tidak mampu memotivasi karyawan
namun dapat meminimalisasi ketidakpuasan jika ditangani dengan tepat.
Baron dan Greeenberg (1997) mengemukakan
3 (tiga) penyebab utama dalam kepuasan kerja yaitu (1) faktor yang berkaitan
dengan prosedur dan kebijakan organisasi, termasuk di dalamnya tipe dari sistem
reward dan bagaimana mereka
terdistribusikan, kebijakan organisasi yang spesifik, dan kualitas dari
supervisi, (2) faktor yang berhubungan dengan aspek spesifik dari pekerjaan
atau setting kerja, (3) faktor yang
berkaitan dengan karekteristik personal dari karyawan.
Gibson ,
Ivancevich, Donnel & Konopaske (2003) menyatakan bahwa kepuasan
kerja memiliki banyak dimensi yang cukup kompleks. Beberpa dimensi yang sering
dipakai dalam penelitian adalah 5 (lima) aspek yang mengacu pada JDI (Job Description Index) yang dikemukakan
oleh Smith, Kendal, dan Hulin pada tahun 1969.
Kelima aspek tersebut adalah pekerjaan itu sendiri (work it-self), rekan kerja (co-workers),
promosi (promotions), gaji/upah (pay), dan atasan (supervisions) (Dibboye, Smith, & Howell, 1994).
Aspek pekerjaan itu sendiri mengarah kepada kesesuaian antara
keinginan dari para pekerja dan dimensi inti pekerjaan yang terdiri dari ragam
keterampilan, identitas pekerjaan, keberartian pekerjaan, otonomi serta umpan
balik. Dengan demikian semakin besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang
dilakukan, maka individu akan merasa pekerjaannya semakin berarti dan tidak
menyebabkan bosan.
Aspek supervisi adalah sebuah usaha untuk memimpin dengan
mengarahkan orang lain sehingga dapat menjalankan tugas dengan lebih baik.
Aktivitas supervisi meliputi memilih orang yang tepat untuk sebuah pekerjaan,
menimbulkan minat orang lain terhadap pekerjaan dan mengajarkan bagaimana harus
melakukan pekerjaannya, mengukur dan menilai hasil kerjanya, mengadakan koreksi
dan memindahkan orang kepada pekerjaan yang lebih sesuai bahkan memberhentikan
individu yang tidak mampu melakukan pekerjaanya dengan baik, memberi pujian dan
penghargaan dan menyelaraskan setiap orang kedalam sebuah kerja sama yang
sinergi.
Aspek imbalan merupakan salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan kepuasan kerja. Ada
2 (dua) macam imbalan yaitu imbalan intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan
intrinsik diperoleh karena adanya pengakuan dan penghargaan. Imbalan ekstrinsik
diperoleh karena adanya promosi, upah, dan gaji.
Aspek kesempatan kerja memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status sosial.
Dengan demikian individu yang merasakan adanya ketetapan promosi merupakan
salah satu kepuasan dari pekerjaannya.
Aspek rekan kerja berarti bahwa individu menginginkan adanya
perhatian dari atasan maupun dari rekan kerjanya serta lingkungan yang
mendukungnya. Hal tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial
seperti rasa dihormati, berprestasi dan berafiliasi.
Salah satu dari banyak penelitian yang
meneliti tentang hubungan kepuasan kerja dengan intensi untuk keluar adalah
penelitian yang dilakukan oleh Boselie & Wiele (2002), yang menyimpulkan
dari 2300 survei terhadap karyawan di Belanda bahwa karyawan yang memilki
persepsi positif terhadap HRM practices menunjukkan tingkat kepuasan
yang lebih tinggi secara keseluruhan dan keinginan yang lebih rendah untuk
keluar dari pekerjaannya. Korunka, Hoonaker, dan Carayon (2008) pada
penelitianya menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan
kerja dan intensi untuk keluar pada pekerja IT pada orang Amerika. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa seseorang yang merasa senang dan puas dalam
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, ia akan merasa nyaman untuk bekerja dalam
organisasi tersebut. Sehingga kecil keinginian untuk berpindah tempat kerja
kemudian mencari rasa nyaman pada lingkungan yang baru.
Dalam studi literaturnya Mudor &
Tookson (2011) menemukan adanya indikasi bahwa efek dari kepuasan kerja
terhadap niat untuk keluar dapat diperbesar dalam dua jalan. Pertama, ketika
individu menemukan keselarasan antara pekerjaannya dengan identitas diri
mereka. Kedua, ketika keterlibatan dalam pekerjaanya memeperbesar kelesuruhan
kepuasan hidupnya.
METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data
berupa studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dan
informasi melalui dokumen baik dokumen tertulis, fot, gambar, maupun dokumen
elektroinik yang dapat mendukung dalam proses penelitian. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara mempelajari sejumlah buku, literatur, jurnal ilmiah, maupun website
internet.
KESIMPULAN
Salah satu cara yang dilakukan organisasi
untuk mempertahankan karyawan terbaiknya dan meningkatkan produktivitasnya
adalah dengan memperhatikan kebutuhan karyawannya sehingga timbul rasa puas
terhadap pekerjaannya. Hal tersebut disebabkan oleh dampak dari turnover yang melibatkan pengeluaran
yang besar bagi organisasi. Niat untuk keluar (turnover interntion) merupakan salah satu cara memprediksi turnover yang sesuangguhnya. Kepuasan
kerja dapat diartikan perasaan di mana
individu merasa positif ataupun negatif terhadap pekerjaannya. Aspek-aspek yang
terdapat dari Job Description Index yang terdiri dari 5 (lima) aspek yaitu
rekan kerja, pekerjaan itu sendiri, promosi, upah/gaji, promosi dan atasan
dapat dijadikan tolok ukur untuk mengukur kepuasan kerja. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
niat untuk keluar dari pekerjaan. semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan
oleh individu maka semakin kecil niat untuk keluar dari pekerjaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Boselie, P.,
& Wiele, T. V. D. (2002).Employee perception on HRM and TQM and the effects
on satisfaction and intention to leave.Management
Service Quality, 12(3), 165-172.
Cranny, C.
J, Smith, P.C., & Stone, E. F. (1992). Job
Satisfaction: How People Feel about Their Jobs and How It Affects Their Performance.
New York: Lexington Books.
Dibboye, R. L., Smith
C. S., & Howell. W. C., (1994). Understanding
Industrial And Organizational Psychology: An Integrated Approach. USA:
Holt, Rinehart, and Winston Inc.
Gibson, J.L.,
Ivancevich, J.M., Donnel, J.H. & Konopaske, R.(2003). Organizations:
Behavior, structure, processes. 11th ed.,New York, McGraw-Hill.
Greenberg,
J., & Baron, R.A. (1997). Behavior in
Organizations: Understanding and Managing the Human Side of Work (6th ed).
New Jersey: Prentice-Hall.
Hong, L. C.,
&Kaur, S. (2008). A relationship between organizational climate, employee
personality and intention to leave. International
Review of Business Research Papers, 4(3),
1-10.
Korunka, C.,
Hoonaker, P., & Carayon, P. (2008).Quality of working life and turnover
intention in information technology work.Human
Factors and Ergonomic in Manufacturing, 18(4),
409-423.
Mudor, H.,
Tookson, P. (2011). Conceptual framework on the relationship between human
resource management practices, job satisfaction, and turnover. Journal of Economic and Bhavioral Studies,
2(2), 41-49
Newmark, D.
(2000). On The Job : Is Long-Term
Employment a Thing of the Past?. New York : Sage.
Price, J. L.
(2001). Reflection on determinant of voluntary turnover. International Journal of Manpower, 27(7), 600-624.
Randhawa, G.
(2007). Relationship between job satisfaction and turnover intention : An
empirical Analysis. Indian
Management Studies Journal, 11, 149-159.
Sownya, K.
R., &Panchanatham, N. (2011). Factors influencing job satisfactionof
banking sector in Chennai, India. Journal
of Law and Conflict Resolution, 3(5),76-79.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.