By : Ilham Noer Satria Aji
Motivasi Kerja dan Etos Kerja
Organisasi diharapkan
untuk selalu menjaga tenaga kerja yang terlatih dengan baik dan efektif
(Nimalathasan, 2012) dalam Desi, Ayu I.Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan
Kewirausahaan vol 7 no.2, Agustus 2013. Pengelolaan sumber daya manusia yang
dimaksudkan adalah bahwa perusahaan harus mampu untuk menyatukan persepsi atau
cara pandang karyawan dan pimpinan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan antara lain melalui pembentukan mental bekerja yang baik dengan
dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya, memberikan motivasi
kerja, bimbingan, pengarahan dan koordinasi yang baik dalam bekerja oleh
seorang pemimpin kepada bawahannya. Menciptakan kepuasan kerja karyawan adalah
tidak mudah karena kepuasan kerja dapat tercipta jika variabel-variabel yang
mempengaruhinya antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi/perusahaan
dapat diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua karyawan di dalam
suatu organisasi/perusahaan. Gibson (1996) dalam Ermayanti (2001:3) dan
Brahmasari (2005:96), mengemukakan bahwa kinerja organisasi tergantung dari
kinerja individu atau dengan kata lain kinerja individu akan memberikan
kontribusi pada kinerja organisasi, artinya bahwa perilaku anggota organisasi
baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuatan atas kinerja
organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi pada kinerja organisasi.
Sujak (1990) dalam
Ermayanti (2001:3), mengemukakan bahwa pemahaman motivasi, baik yang ada dalam
diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam
peningkatan kinerja. Dalam hal ini seorang manajer perlu mengarahkan motivasi
dengan menciptakan kondisi (iklim) organisasi melalui pembentukan budaya kerja
atau budaya organisasi sehingga para karyawan merasa terpacu untuk bekerja
lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi. Pemberian motivasi harus
diarahkan dengan baik menurut prioritas dan dapat diterima dengan baik oleh
karyawan, karena motivasi tidak dapat diberikan untuk setiap karyawan dengan
bentuk yang berbeda-beda. Kepuasan kerja dan lingkungan kerja sangat
mempengaruhi terhadap motivasi dan etos kerja. Artinya, jika karyawan
mendapatkan lingkungan kerja yang baik, jenjang karir yang baik, serta imbalan
yang baik, maka mereka akan termotivasi untuk bekerja dengan baik, memiliki
etos kerja yang tinggi. Sehingga mereka dapat bekerja dengan baik dan mencapai
kepuasan kerja dengan baik.
MOTIVASI
Menurut Sardiman (2007:
73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak
dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald
(dalam Sardiman 2007: 73), menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc.Donald ini
mengandung tiga elemen penting yaitu: Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan
energi pada diri setiap individu manusia (walaupun motivasiitu muncul dari
dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia,
Motivasi di tandai dengan munculnya rasa/feeling yang relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan
tinggkah-laku manusia, Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan
ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Menurut Azwar (2000:
15), motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki
seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara
optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Malayu (2005:
143), motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi (motivasion) dalam manajemen hanya
ditujukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Pentingnya
motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal. Sedangkan menurut Edwin B Flippo (dalam malayu 2005: 143),
menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga para pegawai dan tujuan
organisasi sekaligus tercapai.
Menurut American
Enyclopedia (dalam malayu 2005: 143), menyebutkan bahwa motivasi sebagai
kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentang) dalam diri
seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya.
Sedangkan menurut G.R. Terry (dalam malayu 2005: 145) mengemukakan bahwa
motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. motivasi itu tampak dalam dua
segi yang berbeda, yaitu dilihat dari segi aktif/dinamis, motivasi tampak
sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan
daya serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan apabila dilihat dari segi
pasif/statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai
peranggsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi
serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan.
Menurut Henry Simamora,
pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu
bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya
akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
Menurut Soemanto secara
umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia
itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang
memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri
seseorang.
Menurut Weiner (1990)
yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi
internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai
tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
Menurut Uno (2007),
motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri
seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan
kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah
sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard,
1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang
dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
Mangkunegara (2005:101)
dalam Ayu, Ida B. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. VOL.10 NO. 2, September
2008: 124-135 mengemukakan bahwa
terdapat
2 (dua) teknik memotivasi kerja pegawai, yaitu: (1) Teknik pemenuhan kebutuhan
pegawai, artinya bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamen yang
mendasari perilaku kerja. (2) Teknik komunikasi persuasif, adalah merupakan salah
satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi
pegawai secara ekstra logis. Teknik ini dirumuskan dengan istilah “AIDDAS”
yaitu Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision
(keputusan), Action (aksi atau tindakan), dan Satisfaction (kepuasan). Penggunaannya,
pertama kali pemimpin harus memberikan perhatian kepada pegawai tentang
pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat pegawai terhadap
pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya maka hasratnya akan menjadi kuat
untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan
yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan bekerja dengan
motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.
KINERJA
Menurut Simamora (2003:45)
kinerja adalah ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Sedangkan
Shadily (1992:425), mengatakan kinerja atau performance adalah berdaya guna
prestasi atau hasil. Wahyudi Kumorotomo (1996) memberikan batasan pada konsep
kinerja organisasi publik setidaknya berkaitan erat dengan efisiensi,
efektifitas, keadilan dan daya tanggap.
Kinerja atau prestasi kerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006:67).
Kinerja karyawan adalah hasil
dari proses pekerjaan tertentu secara berencana pada waktu dan tempat dari karyawan
serta organisasi bersangkutan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:153).
Kinerja didefinisikan sebagai
seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta
pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps, 1992).
Kinerja merupakan suatu
fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan
seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.
Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan
sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993).
Pengertian kinerja merujuk
pada tingkat keberhasilan melaksanakan tugas serta kemampuan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang
diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donelly, Gibson and Ivancevich, 1994)
Kinerja sebagai kualitas dan
kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok
maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991).
Kinerja merupakan fungsi
interaksi antara kemampuan (Ability=A), motivasi (motivation=M) dan kesempatan
(Opportunity=O) atau Kinerja = ƒ(A x M x O); artinya: kinerja merupakan fungsi
dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins,1996).
Kinerja adalah hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha
dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah suatu hasil yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya (Hasibuan, 2002:160).
Menurut Soeprihanto, kinerja
pegawai adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama (Soeprihanto,
1996:6). Menurut Soeprihanto, aspek-aspek kinerja meliputi:
1.
Kualitas pekerjaan
2.
Kuantitas pekerjaan
3.
Kemampuan bekerja sendiri
4.
Pemahaman dan pengenalan pekerjaan
5.
Kemampuan memecahkan persoalan
Pegawai
Pengertian Pegawai adalah
Dalam Bahasa Indonesia kata pegawai berasal dari kata pe- dan gawai. Pe adalah
sebuah awalan yang menunjukkan arti orang yang mengerjakan atau mempunyai
pekerjaan seperti yang disebutkan oleh kata dasar, sedangkan gawai berarti
kerja (tim dosen IKIP Malang 1990:179).
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pegawai adalah orang yang bekerja
pada suatu tempat yang resmi, memiliki data-data pribadi dan mempunyai kekuatan
hukum. Tempat pekerjaan yang dimaksud adalah organisasi, lembaga, atau badan
lainnya yag berhubungan dengan pegawai.
Kinerja
Pegawai
Kinerja Pegawai adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Kinerja
pegawai merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Faktor-faktor yang menandai kinerja adalah hasil ketentuan:
1. Kebutuhan
yang dibuat pekerja.
2. Tujuan
yang khusus.
3. Kemampuan.
4. Kompleksitas.
5. Komitmen.
6. Umpan
balik.
7. Situasi.
8. Pembatasan.
9. Sikap
pada setiap kegiatan.
10. Usaha.
11. Ketekunan.
12. Ketaatan.
13. Kesediaan
untuk berkorban.
14. Memiliki
standar yang jelas.
Selanjutnya Gibson (1994:110)
mengungkapkan beberapa metode penilaian kinerja, terdiri dari:
1.
Metode Skala Penilaian Grafik.
Metode Skala penilaian grafik skala yang
mendaftarkan sejumlah ciri dan kisaran kinerja untuk masing-masing pegawai
kemudian dinilai dengan mengidentifikasi skor yang paling baik menggambarkan
tingkat kinerja untuk masing-masing ciri.
2.
Metode Skala Penilaian Perilaku.
Metode Skala penilaian perilaku merupakan suatu
metode penilaian yang bertujuan mengkombinasikan manfaat dari insiden kritis
dan penilaian berdasarkan kuantitas dengan menjangkau skala berdasarkan
kukantitas pada contoh-contoh spesifik dari kinerja yang baik dan jelek.
3.
Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran.
Metode ini meliputi penetapan tujuan khusus
yang dapat diukur bersama dengan masing-masing pegawai dan selanjutnya secara
berkala meninjau kemajuan yang dicapai.
Di dalam buku Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN, 2003:259), penilaian kerja adalah
salah satu tahapan penting dalam siklus pembangunan sumber daya manusia, baik
di sektor publik maupun swasta. Penilaian kinerja ini merupakan proses
pengukuran terhadap tingkat penyelesaian (degree of completion) tugas-tugas
yang dilakukan oleh pegawai selama masa tertentu dengan menggunakan instrumen
yang sesuai dengan karakteristik tugas tersebut. Selanjutnya agar dapat
menghasilkan penilaian kinerja yang volid dan readible, maka perlu adanya
instrumen pengukuran kinerja sebagai alat yang dipakai untuk mengukur kinerja
individu seorang pegawai. Substansi instrumen pengukuran kinerja ini terdiri
dari aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan tugas dan dapat
diukur, yaitu meliputi:
1. Prestasi
Kerja (Achievement) yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas baik
secara kualitas maupun kuantitas kerja.
2. Keahlian
(skill) yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan padanya.
3. Perilaku
(attitude) yaitu sikap atau tigkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan
dibawa dalam tugas-tugasnya. Perilaku disini mencakup kejujuran, tanggung
jawab, dan disiplin.
4. Kepemimpinan
(leadership) merupakan aspek kemampuan manajerial dan seni dalam memberikan
pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan
cepat, termasuk dalam hal pengawasan.
Dari beberapa pendapat
tersebut dapat diketahui bahwa syarat-syarat yang ditentukan untuk pelaksanaan
kinerja adalah sesuai dengan kualitas pekerjaan, ditentukan pula kuantitas
pekerjaan yang menjadi beban dari pegawai maupun organisasi. Kesanggupan
menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan pada setiap pegawai menjadi dasar
penilaian bagi pimpinan atau atasan.
Agar diperoleh hasil yang
memuaskan, prestasi kerja yang tepat berfokus pada:
1. Solusi
jangka panjang.
2. Pemberian
penghargaan terhadap kemampuan usaha dalam melaksanakan tugas.
3. Memberikan
penghargaan pada kepemimpinan.
4. Memberikan
penghargaan pada pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawan.
5. Memberikan
penghargaan pada komitmen dan loyalitas.
6. Memberikan
penghargaan pada kinerja tim dan kerja sama.
7. Memberikan
penghargaan pada kreativitas.
8. Tingkat
perolehan penghargaan.
Dalam Keputusan MENPAN NO:
63/KEP/M.PAN/7/2003 tanggal 10 Juli 2003, kriteria yang dipakai untuk melakukan
penilaian kualitas pelayanan publik adalah sebagai berikut kriteria kualitas,
dengan cakupan:
· Kesederhanaan,
tingkat penyelesaian terhadap tugas.
· Kejelasan
dan kepastian.
· Frekuensi
keluhan atau pujian terhadap kinerja pegawai, (jumlah pekerjaan yang tidak
tertunda).
· Penggunaan
perangkat-perangkat modern untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan
Setiap pegawai atau masing-masing
pegawai tidak sama dalam hal penilaian
kualitas maupun kuantitas pekerjaan. Tingkat penyelesaian dan kesalahan
dalam pelaksanaan tugas masing-masing pegawai juga berbeda. Demikian juga
jumlah pekerjaan yang diselesaikan, waktu yang dibutuhkan, dan pekerjaan yang
ditunda masing-masing pegawai berbeda. Berdasarkan hasil pegawai dalam
menjalankan pekerjaan baik secara kualitas dan kuantitas pekerjaan maka dapat
menghasilkan prestasi kerja. Beberapa ukuran tersebut dapat menjadi tujuan
penyelesaian tugas secara efektif dan cermin setiap pegawai dalam penentuan
kemandirian pegawai.
Manfaat penilaian kinerja
Sumber Daya Manusia, menurut Handoko (1992) adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan
kinerja.
2. Penyesuaian-penyesuaian
kompensasi.
3. Keputusan-keputusan
penempatan.
4. Kebutuhan-kebutuhan
latihan dan pengembangan.
5. Perencanaan
dan pengembangan karir.
6. Penyimpangan-penyimpangan
proses staffing.
7. Ketidak
akuratan informasi.
8. Kesalahan-kesalahan
desain pekerjaan.
Berkaitan
dengan masalah kinerja, dalam rangka terlaksananya pemerintahan yang lebih
berdaya guna dan berhasil guna, bersih, serta bertanggung jawab, telah
diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dalam mencapai misi organisasi dan tujuan-tujuan serta
sasaran organisasi. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja pegawai adalah hasil yang telah dicapai, atau yang dikerjakan pegawai
dalam melaksanakan kerja atau tugas tertentu dalam mencapai tujuan organisasi.
Daftar Pustaka
Djati Sundring Pantja. 1999. Pengaruh
Variabel-variabel Motivasi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan pada
Industri Rumah Tangga di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan
Universitas Kristen Petra, Volume 1 Nomor 1. Surabaya.
Sylvana Andi, 2002. Pengaruh Gaya Kepemimpinan
terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Anggota Polri Polda Metro Jaya. Jurnal
Universitas Terbuka. Jakarta.
Marchelle, Vannecia S, Drs. Eddy M. Sutanto,
dkk. 2013. Jurnal Pengaruh Kepuasan Kerja dan Loyalitas Kerja Terhadap
Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan PT.Surya Timur Sakti Jatim.
AGORA Vol 1, No. 1. Surabaya.
Engko, Cecilia. 2008. Pengaruh Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Individual dengan Self
Esteem dan Self Efficacy Sebagai
Variabel Intervening. Jurnal bisnis dan Akuntansi, Vol 10, No. 1. Ambon.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.