Tuesday, June 15, 2021

Faktor Motivasi dalam Organisasi


Satria Aji Surya 

(suryasatriaaji10@gmail.com)

Abstrak

Pada dasarnya setiap instansi pemerintah maupun swasta, bukan saja mengharpkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal.

Untuk itu pimpinan hendaknya berusaha agar karyawan mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Disinilah pentingnya peranan motivasi untuk mendorong semangat kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Pimpinan akan melakukan pendekatan kepemimpinan yang mencerminkan suatu kesadaran bahwa produktivitas melalui karyawan merupakan bagian utama dan tidak dapat digantikan untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberian motivasi dari para pekerja akan saling berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya.

Pendahuluan

Manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena manusia bisa mengetahui input-input yang perlu diambil dari lingkungan, cara mendapatkan dan menangkap input-input tersebut menggunakan teknologi, mampu mengolah atau mentransformasikan input-input tersebut menjadi output-output yang memenuhi publik. Manusia menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi, maka perhatian dari pimpinan sangat diperlukan. Betapa pentingnya perencanaan dan pengawasan dari pimpinan sangat diperlukan tanpa didukung oleh semangat kerja dari karyawan, maka tujuan dari organisasi sulit dicapai pada tingkat yang optimal.

Motivasi pada suatu organisasi atau perusahaan bertujuan untuk mendorong semangat kerja para karyawan agar mau bekerja keras dengan 2 memberikan semua kemampuan dan ketrampilan demi terwujudnya suatu organisasi. Pimpinan yang mengarahkan melalui motivasi akan menciptakan kondisi dimana karyawan merasa mendapat inspirasi untuk bekerja keras. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi sangat penting jika hasil-hasil kinerja yang tinggi ingin dicapai secara konsisten.

Pembahasan

A.      1Konsep Dorongan Motivasi

Menurut Cropanzano et al. (2007) Distributive Justice dapat diukur melalui tiga indikator yaitu sebagai berikut:

·         Keadilan

·         Menghargai pegawai berdasarkan kontribusinya

·         Persamaan

·         Menyediakan kompensasi kepada setiap karyawannya secara rata

·         Kebutuhan

·         Menyediakan keuntungan (benefit) berdasarkan kebutuhan pribadi

Menurut Cropanzano et al. (2007) procedural justice dapat diukur melalui enam indikator berikut:

·         Konsistensi

·         Semua pegawai diperlakukan dengan cara yang sama

·         Ketiadaan Bias

·         Tidak ada seseorang ataupun kelompok yang didiskriminasi ataukurang diperhatikan

·         Ketepatan

·         Pengambilan keputusan berdasarkan keakuratan informasi.

·         Representasi semua pihak

·         Stakeholder dapat memberikan masukan terhadap keputusan

Menurut Cropanzano et al. (2007) interactional justice dapat diukur melalui dua indikator sebagai berikut:

·         Interpersonal Justice Memperlakukan karyawan dengan bermartabat, sopan, dan menghormati

·         Informational Justice

B.      2Teori-teori Motivasi

1)        Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :

a.         Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex

b.         Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual

c.         Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)

d.         Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status

e.         Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

2)        Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :

a.         Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat

b.         Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya

c.         Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3)        Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

·         Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya

·         Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan

·         Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

4)        Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik

5)        Teori Keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :

·         Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau

·         Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

 

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :

·         Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;

·         Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;

·         Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;

·         Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai

6)        Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :

a)         Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

b)        Tujuan-tujuan mengatur upaya

c)         Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

d)        Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.

7)        Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

8)        Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.

Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.

Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.

9)        Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :

·         Persepsi seseorang mengenai diri sendiri

·         Harga diri

·         Harapan pribadi

·         Kebutuhaan

·         Keinginan

·         Kepuasan kerja

·         Prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :

·         Jenis dan sifat pekerjaan

·         Kelompok kerja dimana seseorang bergabung

·         Organisasi tempat bekerja

·         Situasi lingkungan pada umumnya

·         Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

C.      Fungsi dan Tujuan Motivasi

3Tiga fungsi dan tujuan motivasi, yakni :

a.       Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi di sini diartikan sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan manusia.

b.       Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

c.        Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

D.    4Faktor-faktor yang mempengaruhi dan Faktor pendorong motivasi kerja karyawan dilihat dari sudut :

a.       Kesejahteraan karywan

b.       Penghargaan.

c.        Lingkungan kerja

d.       Masa kerja

e.       Pendidikan dan latihan kerja

E.       Pendorong Motivasi :

1)        Achievement MotivationMotivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki banyak orang untuk mengejar dan mencapai tujuan menantang. Individu dengan dorongan ini mengharapkan mencapai sasaran dan menaiki tangga keberhasilan. Karakteristik pekerja yang berorientasi pada prestasi, antara lain mereka bekerja lebih keras apabila mereka merasa akan menerima penghargaan pribadi atas usahanya, apabila resiko kegagalan hanya sedang dan apabila mereka menerima umpan balik tentang kinerja masa lalunya.

2)        Affiliation Motivation. Motivasi untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berhubungan dengan orang atas dasar sosial, bekerja dengan orang yang cocok dan berpengalaman dengan perasaan sebagai komunitas.

3)        Power Motivation. Motivasi akan kekuasaan merupakan suatu dorongan untuk mempengaruhi orang, melakukan pengawasan dan mengubah situasi. Orang yang termotivasi atas dasar kekuasaan mengharapkan menciptakan dampak pada organisasi dan bersedia mengambil risiko dengan melakukannya. Apabila kekuasaaan telah diperoleh, mungkin akan dipergunakan secara konstruktif atau destruktif.

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma YW. Analisis Pengaruh Distributive Justice , Procedural Justice , Dan Interactional Justice Terhadap Pada Divisi Produksi Dan Hrd Pt Kievit Indonesia Di Salatiga. Agora. 2019;7(1):1-9.

Zamfir K. Men and Women in the Household of God: A Contextual Approach to Roles and Ministries in the Pastoral Epistles. 2013;(5):497. http://books.google.com/books?id=-4pNxdSes-UC

Fitria. 済無No Title No Title. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699.

Habibi B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan di PT Askes Regional VI Jawa Tengah dan D.I.Y Bagian SDM & Umum Semarang. Published online 2005:68. https://lib.unnes.ac.id/408/

Prasetio D, Arifin Z, Septiarini DA. Sistem Pendukung Keputusan Persediaan Barang Menggunakan Metode Multi Objektif Optimization By Ratio Analysis. J Sains Manaj Inform dan Komput. 2020;19(01):62-74.

Hidayat, Atep A. 2021. Faktor Motivasi dalam Organisasi. Jakarta. Universitas Mercu Buana.

 

Sumber :

https://sidss.smpn2ppu.sch.id/uploaded/buku/data_4305/pdf/Teori-Teori%C2%A0Motivasi%20_%20AKHMAD%20SUDRAJAT_%20TENTANG%20PENDIDIKAN.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/287148-analisis-pengaruh-distributive-justice-p-1f02fd06.pdf

https://eprints.uny.ac.id/18236/3/BAB%20II.pdf

https://lib.unnes.ac.id/408/1/1102.pdf

5 comments:

  1. 38_Adetha
    Menurut saya artikel yang dibuat sudah selaras antara isi dengan judul yang diangkat dengan penulisan yang tertata dan juga mindmap yang diberikan memberi kemudahan untuk memahami isi dari artikel ini.
    Nilai: 85

    ReplyDelete
  2. 37_Fathan

    1. Teknik Penulisan: Penulisan pada artikel yang berjudul “Faktor Motivasi dalam Organisasi”. Ini sudah cukup lengkap tetapi hanya kurang di bagian penutup saja atau kesimpulan. Dan sudah cukup rapih dalam penulisannya

    2. Review Konten Artikel: Untuk poin-poin yang disampaikan cukup informatif dan judul yang diangkat juga cukup menarik tentang motivasi di dalam organisasi. Pada bagian mind map juga menarik dan desainnya cukup simpel
    3. Nilai: 82

    ReplyDelete
  3. 40_Wildan
    Menurut saya artikel yang dibuat sudah sangat bagus,penulisan artikel rapih dan penjelasan yang diberikan cukup lengkap serta dilengkapi dengan mindmap yang mudah dipahami. Namun perlu ditambahkan kesimpulan.
    Nilai:83

    ReplyDelete
  4. 29_Dymas

    Menurut saya artikel ini sudah cukup baik penjelasan yang diberikan cukup menarik dan mudah untuk dipahami dari penulisan maupun mind map.
    Nilai: 80

    ReplyDelete
  5. 49_May

    Teknik Penulisan: untuk secara keseluruhan sudah rapih, dan sudah tersusun dengan cukup baik, namun masih ada sedikit kekurangan, yaitu tidak ada kesimpulan
    Riview: Untuk isi dari materi “Faktor Motivasi dalam Organisasi” sudah cukup baik, dan untuk bagian mind map simpel namun mudah untuk dipahami.

    Nilai: 82

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.