Tuesday, June 15, 2021

KEPEMIMPINAN ORGANISASI

 

Oliver Gideon Parsaoran (gideonparsaoran@gmail.com)


I. Teori Kepemimpinan

    Pemimpin adalah individu yang melakukan proses mempengaruhi sebuah kelompok atau organisasi untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah disepakati bersama, sedangkan kepemimpinan adalah sifat yang diterapkan individu yang bertindak sebagai pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompoknya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah disepakati bersama. 

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

1. Teori Kepemimpinan Sifat

    Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal “The Greatma Theory.” Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

a)     Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata rata lebih dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

b)    Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

c)     Motivasi diri dan dorongan berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

d)    Sikap hubungan kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku & Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu :

a)     Konsiderasi, yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti; membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

b)    Struktur Inisiasi, yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

3. Teori Kewibawaan Pemimpin

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

4. Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

 

II. Teori Kelahiran Pemimpin

    Para ahli teori, "kepemimpinan" telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol (Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu :

1.     Teori Genetie

    Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan leaders are born and not made.” bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

2. Teori Sosial

    Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu ; Leaders are made and not born.” Penganut penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

3. Teori Ekologis

    Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.

 

III. Teori The New Goleman

    Pemimpin yang efektif menurut Goleman adalah pemimpin yang tidak hanya menganut satu gaya kepemimpinan saja, tetapi mereka yang memiliki lebih dari satu gaya kepemimpinan dan mampu memakai tiap gaya sesuai situasi, dan kebutuhan. Misalnya dia memiliki gaya pembimbing tapi di situasi lain dia juga memiliki penentu kecepatan. Kriteria seorang pemimpin yang ideal, banyak yang akan menekankan sifat – sifat seperti kecerdasan, ketangguhan, tekad, dan visi. Studi terbaru menunjukkan bahwa personal qualities juga penting, yang sering disebut kecerdasan emosional (emotional intelligence). Pemimpin yang efektif menurut Goleman dibedakan oleh tingkat tinggi kecerdasan emosional, yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Seorang pemimpin yang baik, tentunya harus menyadari akan pentingnya memiliki kesadaran yang tinggi tentang apa yang disebut emotional intelligence. Bukan berarti bahwa IQ dan technical skill tidak penting atau tidak relevan. Keduanya merupakan modal dasar sebagai seorang pemimpin, namun emotional intelligence tidak kalah pentingnya. Berikut keenam gaya kepemimpinan menurut Goleman tersebut :

1. Pemimpin Visioner (Visionary)

    Pemimpin jenis ini diyakini merupakan tipe pemimpin yang lebih efektif dibanding yang lainnya. tipe pemimpin ini mampu mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan yang sejati dan selaras dengan nilai bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin jenis ini dapat menjadi terbuka kepada bawahannya dengan membagikan berbagai informasi serta pengetahuan, sehingga orang – orang yang berada di semua tingkat perusahaan merasa dilibatkan dan mampu membuat keputusan yang terbaik. Pemimpin visioner menyadari dan meyakini bahwa penyebaran informasi adalah langkah awal menuju sukses sehingga mereka secara terbuka akan berbagi informasi. Itulah sebabnya menurut penelitian James (1999) tipe pemimpin ini disebut sebagai pemimpin yang sangat aktif dan exspressive.

2. Gaya Pembimbing (Coaching)

    Dari tipenya membimbing kita pasti sudah tahu bahwa pemimpin seperti ini sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan membimbing karyawannya. Gaya pemimpin seperti ini senang melakukan percakapan dan perbincangan mendalam dengan seorang pegawai, yang berisi seputar kehidupan sehari – hari kehidupan seseorang, termaksud tujuan dan impian hidupnya serta karirnya. Sungguh suatu hal yang jarang sekali dilakukan oleh seorang pemimpin seperti biasanya. Walaupun jenis pembimbingan yang diberikan oleh gaya pemimpin seperti ini hanya berfokus pada perkembangan perorangan dan bukan pencapaian tujuan, tetapi pada umumnya cukup kuat untuk dapat memprediksi respon positif dan emosi dari karyawan dan hasil kinerja yang lebih baik. Gaya, "kepemimpinan" ini sangat membantu dalam membangun komunikasi antara bawahan dan atasan yang berkelanjutan, dan membuat karyawan menjadi mau terbuka terhadap feedback yang diberikan oleh pemimpin, karena mereka menggap setiap masukan yang diberikan oleh atasan adalah penunjang aspirasi bagi mereka sendiri dan bukan untuk kepentingan atasan.

3. Pemimpin Afiliatif (Affiliative)

    Pemimpin jenis ini sangat menghargai perasaan-perasaan orang – orang yang bekerja untuk dia, karena dia tidak menekankan pada hasil atau pencapaian tujuan, tetapi lebih pada kebutuhan emosi para karyawannya. Gaya ini sangat cocok sekali bagi perusahaan yang memiliki iklim kelompok. Ciri dari pemimpin ini adalah menyenangi kerjasama, harmonisasi, interaksi yang ramah, membangun relasi yang baik dengan orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu jenis pemimpin ini sangat menghargai waktu – waktu senggang, karena dengan begitu dia dapat melakukan pendekatan dengan bawahan untuk membantu mereka melewati masa – masa sibuk nantinya. Empati sangat dikedepankan olehnya karena ia ingin peduli pada karyawannya secara keseluruhan bukan hanya berdasarkan tanggung jawab tugas. Karena gaya pemimpin ini kelihatannya baik sekali terhadap karyawan, maka lebih baik gaya, "kepemimpinan" ini tidak disarankan digunakan sendiri karena dikhawatirkan akan membuat bawahan berpikir bahwa setiap kesalahan yang mereka buat akan selalu ditoleransi oleh jenis pemimpin seperti ini.

4. Pemimpin Demokratis (Democratic)

    Mendengarkan adalah kekuatan kunci dari pemimpin jenis ini. Mereka selalu bertindak dan berperilaku ingin menjadi pendengar yang baik terhadap bawahannya, karena mereka memang peduli kepada bawahannya, dia juga adalah jenis pemimpin yang kolaboratif, artinya dapat bekerja sebagai anggota kelompok, tetapi juga dapat menjadi pemimpin teratas dalam kelompok. Dan dia juga mampu meredakan konflik dan membangun harmonisasi dalam kelompok kembali.

5. Penentu Kecepatan (Pacesetting)

    Pemimpin memegang teguh dan melaksanakan standard kerja yang tinggi. Ia bersikap obsesif, bahkan segala sesuatu bisa dikerjakan dengan baik dan lebih cepat, bahkan ia meminta dan menuntut hal yang sama dari orang lain, ia sangat cepat menunjuk para pekerja yang memiliki kinerja yang buruk.pemimpin jenis ini tidak memberikan garis petunjuk yang jelas  mengenai kinerja buruk seseorang, karena dia berpikiran bahwa setiap pengikutnya sudah dapat menerka bagaimana dan apa yang diinginkannya. Mereka senang menekan tanpa memberi arah, yang akhirnya dapat berakibat kinerja yang lebih buruk bahkan bisa membuat karyawan stress di tempat kerja, karena selalu mendapatkan tekanan tanpa feedback.

6. Gaya Memerintah (Commanding)

    Gaya memimpin seperti ini kadang disebut sebagai gaya intimidasi, pemimpin seperti ini, sangat menuntut bawahannya patuh pada perintahnya secara langsung, tanpa menjelaskan apa alasannya ingin bawahannya mendengarkan perintahanya tersebut. Dia selalu ingin memantau dan mengontrol setiap situasi sebisanya. Walaupun kadang dia memberikan umpan balik, tetapi umpan balik hanya berfokus pada kesalahan buka pada hal – hal baik yang telah dilakukan, maka dari itu tidak heran bila jenis, "kepemimpinan" yang seperti ini yang dianggap tidak efektif sama sekali. Karena sikap jarang memujinya tersebut yang membuat karyawan menjadi patah semangat, sehinga berpengaruh pada kinerjanya nanti.

 


DAFTAR PUSTAKA

Danang Sunyoto. 2012. Dasar-dasar manajemen pemasaran. Cetakan Pertama. Yogyakarta : CAPS.

Danang Sunyoto. 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Yogyakarta : CAPS.

Danang Sunyoto. 2015. Perilaku Konsumen dan Pemasaran. Yogyakarta : CAPS. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta : 1997.

Malayu Hasibuan. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mauled Mulyono. (1993). Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Moekijat. (1989). Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.
Payaman Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.

Ravianto. 2003. Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas.

Rusdiana, D. 2012. Pengaruh Penerapan Gugus Kendali Mutu dan Budaya Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus: Departemen Produksi, Rumah Potong Ayam PT Sierad Produce, Tbk - Bogor). Jurnal Penelitian. Vol. 2 No. 5. Hal. 1-25.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Soeprihanto, John. 2003. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakara: Universitas Gadjah Mada

https://www.tegalrejo-gedangsari.desa.id/first/artikel/119-Pemimpin-Dan-Kepemimpinan#:~:text=Pemimpin%20adalah%20individu%20yang%20melakukan,untuk%20mencapai%20sasaran%20dan%20tujuan

4 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. 36_Sahlevi
    Menurut saya artikel ini dapat memberikan pemahaman informasi yang sangat baik dengan pencarian kata kunci yang dapat ditemukan. Nilai yang saya berikan dari pengamatan saya adalah "82". Terima kasih

    ReplyDelete
  3. 41_Muhammad
    Teknik Penulisan : Batangan artikel masih belum lengkap dan untuk penulisan judul dan penulisan kalimat sudah cukup baik

    Review Konten Artikel : poin poin yang diberikan sudah cukup jelas dan lengkap

    Nilai : 80

    ReplyDelete
  4. 33_rajib
    artikel ini sudah sangat jelas untuk dipahami mulai dari cara penulisan judul,isi,mindmapp,dll.pembaca pun bisa mudah memahaminya dan sangat tertarik pada artikel ini,untuk kedepannya bisa dikembangkan lagi agar bisa lebih sangat bagus lagi

    saya memberikan nilai artikel ini 80
    terimakasih

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.