Pendidikan merupakan hal yang
wajib bagi setiap orang. Kadang orang cenderung mengabaikan pendidikan. Di
Indonesia banyak sekali penduduknya yang tidak dapat mengenyam bangku
pendidikan dengan layak. Semua karena terhalang biaya.
Semuanya memang benar namun saat ini pemerintah berupaya agar mereka penduduk yang sulit untuk bersekolah dapat bersekolah dengan cara pendidikan gratis.
Semuanya memang benar namun saat ini pemerintah berupaya agar mereka penduduk yang sulit untuk bersekolah dapat bersekolah dengan cara pendidikan gratis.
Pendidikan sangat penting untuk
menjadikan penduduk Indonesia menjadi bangsa yang berilmu. Pendidikan sangat
penting agara SDM di Indonesia menjadi SDM yang berkualitas. Horace Mann, pemikir pendidikan
yang sering dikutip filsuf John Dewey berkata education is our only political safety, outside of this ark is the
deluge (pendidikan adalah pengamanan politik kita satu-satunya, di luar
bahtera ini hanya ada banjir dan air bah).
·
Pendidikan dan
pengajaran
Pengajaran
dan pendidikan bisa dibedakan, tetapi tak pernah bisa dipisahkan. Alasannya,
pengajaran yang diajarkan di sekolah tak dimaksudkan hanya untuk menjadi
transfer pengetahuan. Pengajaran memang bertujuan menyampaikan pengetahuan,
tetapi pengetahuan yang ditransfer itu harus menjadi sarana bagi pendidikan
anak didik dan unsur dalam pembentukan kepribadian mereka. Dalam pengajaran itu
mereka dilatih berpikir, bertanya, dan perlahan-lahan memahami bagaimana
pengetahuan disusun dengan metode dan sistematika tertentu, dan bagaimana pula
pengetahuan itu telah diperoleh dan apakah dapat diuji kesahihannya. Melalui
pengetahuan itu terbuka wawasan tentang alam dan masyarakat, dan bagaimana
mestinya orang bersikap terhadap alam dan berperilaku terhadap anggota
masyarakat. Singkat kata, pengajaran menyampaikan pengetahuan, dan pengetahuan
mempertajam nalar, membentuk watak, dan mematangkan
kepribadian. Pembentukan nalar yang berhasil dalam pendidikan dapat mengubah
pandangan seseorang secara radikal, seperti sikap lebih menghargai seni dan
keindahan daripada kekayaan dan kemewahan, atau lebih mengutamakan kecerdasan
dan rasa percaya diri daripada kebanggaan terhadap status dan jabatan.
Perubahan sikap inilah yang menandai munculnya masa Renaisans di Eropa yang
bermula di Italia pada abad XIII-XIV dan diteruskan beberapa abad kemudian.
Untuk kita, pendidikan dapat membuat orang sanggup mengontrol insting posesif
berlebihan. Materialisme praktis yang dibawa masuk ke Tanah Air oleh
kapitalisme, sudah membuat orang menganggap sama dua hal yang berbeda sekali,
yaitu menikmati dan memiliki.
·
Mentalitas
dan sikap ilmiah
Di
Indonesia, almarhum Prof Sartono Kartodirdjo dari Universitas Gadjah Mada
pernah menceritakan anekdot perilaku mahasiswanya, termasuk mahasiswa asing.
Mahasiswa Jepang yang membeli sepeda motor baru memanfaatkan hari liburnya pada
akhir pekan untuk membongkar seluruh sepeda motor dan memereteli berbagai
bagiannya, kemudian disusun kembali untuk mengetahui struktur mesin dan sistem
mekaniknya. Sebaliknya, mahasiswa Indonesia yang membeli sepeda motor baru akan
segera mengunjungi pacarnya, mengajaknya keliling kota, dan melewatkan acara
malam minggu bersama. Dari segi mentalitas, mahasiswa Jepang itu punya
mentalitas teknologis, sementara mahasiswa kita masih hidup dalam mentalitas
konsumeristis. Diterapkan di sekolah, pengajaran dan pendidikan bukan saja
menyajikan science products (produk ilmu pengetahuan), tetapi mendorong science
production (bagaimana ilmu diproduksikan). Berbagai bentuk pengajaran dan
pendidikan tujuan utamanya bukanlah melakukan transfer pengetahuan
sebanyak-banyaknya, melainkan menciptakan suasana dan motivasi agar peserta didik didorong mencari dan
menghasilkan pengetahuan baru dalam suatu bidang penelitian, entah dengan
mengidentifikasi bidang-bidang penelitian yang belum banyak dikaji dan dapat
dijadikan obyek penelitian agar melengkapi penelitian-penelitian yang sudah
ada, atau dengan mencoba metode dan teknik penelitian baru yang menyorot aspek
tertentu dari suatu obyek penelitian yang sudah diteliti sebelumnya, tetapi
yang kemudian dijelaskan dengan cara lebih komprehensif. Pada titik ini dua
kepentingan patut diperhatikan. Pertama, kepentingan validasi, yaitu pengujian
pengetahuan agar pengetahuan itu terjamin kesahihannya, sebelum digunakan lebih
banyak orang. Pengetahuan yang akan digunakan berbagai pihak, haruslah
terhindar sejauh mungkin dari kekeliruan dan kesalahan entah mengenai data yang
dikumpulkan, atau penjelasan tentang data itu. Pengetahuan fisika, biologi,
kimia atau pengetahuan ilmu-ilmu sosial yang menjadi konsumsi publik, harus
terjamin kesahihannya oleh validasi yang memenuhi syarat pengujian, agar
pemakaian atau penerapan pengetahuan itu oleh pihak lain tak merugikan atau
membahayakan mereka. Kedua, pendidikan dan pengajaran harus dapat menunjukkan
pentingnya aspek penemuan dalam ilmu pengetahuan. Prinsipnya, pengetahuan bukan
saja harus dijaga dan dirawat dari masa ke masa, tetapi perlu diperbarui dengan
temuan baru. Inilah dimensi heuristik dalam ilmu pengetahuan. Temuan baru itu
dapat berupa obyek baru dalam sebuah bidang studi dan penelitian. Temuan juga
dapat berupa penjelasan baru tentang data lama yang sudah dikumpulkan dan obyek
penelitian yang sudah diketahui sebelumnya.
Diterjemahkan
ke istilah yang lebih sederhana validasi ilmu pengetahuan butuh sikap kritis di
antara para peserta didik, dan kemampuan heuristis dalam ilmu pengetahuan tak berarti lain dari sikap kreatif anak didik
dalam menghadapi tugas belajar mereka. Sikap kritis hanya dimungkinkan oleh
pandangan yang menghadapi ilmu pengetahuan sebagai suatu disiplin, sedangkan
sikap kreatif akan muncul dari penghayatan ilmu pengetahuan sebagai suatu art
atau seni, yang butuh kebebasan dan keleluasaan dalam menanggapinya. Apakah
kritik dan kreativitas, disiplin dan kebebasan, metodologi dan imajinasi,
menjadi perhatian di sekolah-sekolah kita sekarang, dan dikembangkan dalam
perimbangan yang optimal, itulah pertanyaan dasar tentang pendidikan kita di
Indonesia sekarang.
Sumber
http://www.kompasiana.com/simanungkalitrai/pentingnya-pendidikan-berkualitas-demi-meningkatkan-sdm_558c9a6c1597739e0cfee18a
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.