BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Dalam era globalisasi ini, setiap perusahaan berusaha
meningkatkan serta mengembangkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara
yang tersusun dalam program untuk meningkat kinerja para karyawan.
Banyak faktor yang terkait dalam perbaikan kinerja perusahaan. Perusahaan kurang menerapkan sistem promosi jabatan dengan benar. Promosi jabatan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan sehingga karyawan bisa bekerja mencapai target perusahaan, yang akhirnya akan memampukan perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Banyak faktor yang terkait dalam perbaikan kinerja perusahaan. Perusahaan kurang menerapkan sistem promosi jabatan dengan benar. Promosi jabatan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan sehingga karyawan bisa bekerja mencapai target perusahaan, yang akhirnya akan memampukan perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Bagi setiap perusahaan, karyawan bagian produksi merupakan
sumber daya yang tidak kalah pentingnya dengan sumber daya perusahaan yang
lainnya. Bahkan, karyawan bagian produksi memegang kendali dalam proses
produksi. Dengan kata lain, lancar atau tidaknya sebuah proses produksi akan
sangat tergantung pada karyawan pelaksana produksi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah :
1.2.1 Apa saja
pengertian kepuasan kerja menurut para ahli ?
1.2.2 Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja?
1.2.3 Apa saja
aspek-aspek yang terkait dengan kepuasan kerja ?
1.2.4 Apa saja
teori motivasi dan kepuasan kerja ?
1.2.5 Bagaimana
profil kepuasan kerja individu dalam organisasi ?
1.2.6 Bagaimana
cara mengukur kepuasan kerja ?
1.2.7 Bagaimana
cara karyawan mengungkapkan ketidakpuasan ?
1.2.8 Bagaimana
korelasi dalam hubungan kerja ?
1.3 Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perilaku Organisasi, serta untuk :
1.3.1 Menjelaskan
pengertian kepuasan kerja menurut para ahli
1.3.2 Menjelaskan
saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
1.3.3 Menjelaskan
aspek-aspek yang terkait dengan kepuasan kerja
1.3.4 Menjelaskan
teori motivasi dan kepuasan kerja
1.3.5 Menjelaskan
profil kepuasan kerja individu dalam organisasi
1.3.6 Menjelaskan
cara mengukur kepuasan kerja
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca/mahasiswa, dan semua pihak yang sekiranya membutuhkan
informasi seperti yang dapat disajikan di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepuasan Kerja.
Pengertian kepuasan kerja menurut para ahli :
1. Lock (1995)
Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang
bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan
atau pengalaman kerja.
2. Robbins (1996)
Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan
terhadap pekerjaannya.
3. Porter (1995)
Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak
sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya
dia terima.
4. Mathis dan
Jackson (2000)
Kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional yang positif
yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja.
5. T.M. Fasher
(1992)
Kepuasan kerja, atau dalam arti yang lebih khusus kepuasan
karyawan dalam bekerja, yang muncul bila keuntungan yang dirasakan dari
pekerjaannya melampaui biaya marjinal yang dikeluarkan oleh karyawan tersebut
dianggap cukup memadai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kepuasan kerja
merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi
kerja.
2. Tanggapan
emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas (negatif). Bila
secara emosional puas berarti kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak
aka berarti karyawan tidak puas.
3. Kepuasan kerja
dirasakan karyawan setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa yang dia
harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia
peroleh dari hasil kerjanya.
4. Kepuasan kerja
mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan.
Kepusaan kerja merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur
yang bersifat subjektif karena setiap orang selalu mempunyai keinginan-keinginan
yang ingin dipenuhi namun setelah terpenuhi muncul lagi keinginan-keinginan
lainnya, seakan-akan manusia itu tidak mempunyai rasa puas dan setiap pegawai
mempunyai kriteria sendiri yang menyatakan bahwa dirinya telah puas.
Kepuasan kerja bisa dilihat atau dikatakan puas dalam
bekerja jika pendapatan yang diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja
tersebut, dan dalam perusahaan tersebut pegawai merasakan nyaman dalam bekerja
dan tidk mempunyai kekhawatiran lain seperti kurang cukup gaji yang diterima,
tidak adanya jaminan kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua atau
pension.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada sikap
individu secara umum terhadap pekerjaannya dapat juga dikatakan sebagai
persepsi awal terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Kepuasan dalam Islam
dilandasi dengan rasa ikhlas. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Hajj : 31.
2.2 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
1. Kondisi kerja,
artinya jika seluruh kebutuhan seseorang untuk bekerja terpenuhi baik itu dari
bahan yang dibutuhkan ataupun dari lingkungan yang menunjang maka kepuasan
kerja akan terjadi.
2. Peraturan,
budaya serta karakteristik yang ada dalam organisasi tersebut, yang jika peraturan
dalam menjalankan pekerjaannya dapat mendukung terhadap pekerjaannya maka
karyawan atau para pekerja akan merasakan kepuasan kerja.
3. Kompensasi dari
pekerjaannya yang seimbang dengan pekerjaan yang telah ia lakukan.
4. Efisiensi kerja,
dalam hal ini dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam pekerjaannya, sehingga
apabila kepuasan kerja itu ada salah satunya adalah dengan bekerja sesuai
dengan kemampuan masing-masing.
5. Peluang promosi,
yaitu di mana adanya suatu peluang untuk mendapatkan penghargaan atas prestasi
kerja seseorang dimana diberikan jabatan dan tugas yang lebih tinggi dan
disertai dengan kenaikan gaji. Promosi ini sangat mempengaruhi kepuasan kerja
dapat dihargai dengan dinaikan posisinya disertai gaji yang akan diterimanya.
6. Rekan kerja atau
partner kerja, kepuasan kerja akan muncul apabila dalam suatu organisasi
terdapat hubungan yang baik. Misalnya anggota kerja mempunyai cara atau sudut
pandang atau kebiasaan yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dalam
bekerja juga tidak ada hambatan karena terjalin hubungan yang baik.
Sedangkan dalam pandangan Islam kepuasan kerja itu terjadi
apabila suatu pekerjaan yang dilakukan dapat membantu orang lain dalam
meringankan pekerjaannya, karena“sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna
bagi orang lain”.
2.3 Aspek-aspek Kepuasan Kerja.
1. Kerja yang Secara Mental Menantang.
Kebanyakan karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka
dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan
yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak
menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang
sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran yang Pantas.
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi
yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris dengan pengharapan mereka.
Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan
dihasilkan kepuasan. Tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia
menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih
diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan
yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi
kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang
dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan
berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan
status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang
mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and
just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3. Kondisi Kerja yang Mendukung.
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan
pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan
bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau
merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain
seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan Kerja yang Mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau
prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga
mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja
yang ramah dan menyenangkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat.
Tetapi perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
5. Kesesuaian Kepribadian dengan Pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen
(sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan
bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan
dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk
berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian
yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
2.4 Teori Motivasi
dan Kepuasan Kerja.
Ada beberapa teori tentang motivasi dan kepuasan kerja, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Discrepancy
Theory
Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih
atau perbandingan antara harapan dengan kenyataan.
2. Equity Theory
Teori ini mengatakan bahwa karyawan atau individu akan
merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Misalnya
gaji/upah, rekan kerja, dan supervisi.
3. Opponent
Theory – Process Theory
Teori ini menekankan pada upaya seseorang dalam
mempertahankan keseimbangan emosionalnya.
4. Teori Maslow
Menurut Maslow, kebutuhan manusia berjenjang atau
bertingkat, mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Tingakatan-tingakatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan
fisiologis
b. Kebutuhan
keamanan dan keselamatan
c. Kebutuhan akan
rasa memiliki
d. Kebutuhan
untuk dihargai
e. Kebutuhan akan
aktualisasi diri
5. Teori ERG
Alderfer
Alderfer membagi hierarki kebutuhan manusia menjadi 3
tingkatan, yaitu :
a. Eksistensi
b. Keterkaitan
kebutuhan-kebutuhan akan adanya hubungan sosial dan interpersonal yang baik
c. Pertumbuhan
6. Teori Dua
Faktor dari Herzberg
Teori ini memandang kepuasan kerja berasal dari keberadaan
motivator intrinsik dan bahwa kepuasan kerja berasal dari ketidak-adaan
faktor-faktor ekstrinsik.
7. Teori
McClelland
McClelland mengajukan teori kebutuhan motivasi yang
dipelajari, yaitu teori yang menyatakan bahwa seseorang dengan suatu kebutuhan
yang kuat akan termotivasi untuk menggunakan tingkah laku yang sesuai guna
memuaskan kebutuhannya. Tiga kebutuhan yang dimaksud adalah :
a. Kebutuhan
berprestasi
b. Kebutuhan
berafiliasi
c. Kebutuhan akan
kekuasaan
2.5 Profil Kepuasan
Kerja Individu dalam Organisasi.
Profil atau kriteria kepuasan kerja dalam organisasi sangat
banyak pengaruhnya, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya ragam orang dalam
bekerja dan bagaimana cara mereka mengatasi pekerjaan yang ia miliki serta
keinginan atau kemampuannya untuk bertahan dalam organisasi tersebut.
Pegawai yang merasa puas dalam bekerja, yaitu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Selalu datang
tepat waktu, artinya pegawai tersebut menghargai pekerjaannya dan bertanggung
jawab atas tugas yang harus dikerjakannya.
2. Senang dalam
melaksanakan pekerjaannya yaitu pekerja dalam bekerja berusaha menyukai
pekerjaan yang dikerjakannya.
3. Tidak mengeluh
terhadap tugas dan pekerjaan yaitu selalu dapat menerima pekerjaan yang baru
dan sulit dengan lapang dada.
4. Selalu semangat
dalam bekerja yaitu pegawai dalam bekerja mempunyai suatu energi yang penuh
dalam bekerja.
5. Betah berada di
tempat kerja yaitu karyawan merasa nyaman berada di tempat kerja.
6. Mempunyai
hubungan harmonis dengan pegawai lain dan atasannya.
7. Selalu belajar
untuk lebih baik sehubungan dengan pekerjaan yang dikerjakannya misalnya
seorang guru sejarah yang selalu belajar dan mengikuti perkembangan sejarah
yang terjadi.
2.6 Pengukuran
Kepuasan Kerja.
Ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, di
antaranya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengukuran
kepuasan kerja dengan skala job description index.
Cara penggunaannya adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada karyawan mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan yang
diajukan harus dijawab oleh karyawan dengan jawaban ‘Ya’, ‘Tidak’, atau ‘Ragu
ragu’. Dengan cara ini dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
2. Pengukuran
kepuasan kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionare.
Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk
memilih salah satu dari alternatif jawaban : ‘Sangat tidak puas’, ‘Tidak puas’,
‘Netral’, ‘Puas’, dan ‘Sangat puas’ terhadap pernyataan yang diajukan.
Beradsarkan jawaban-jawaban tersebut dapat diketahui tingkat kepuasan kerja
karyawan.
3. Pengukuran
kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah.
Pada pengukuran metode ini responden diharuskan memilih
salah satu gambar wajah orang, mulai dari wajah yang sangat gembira, gembira,
netral, cemberut, dan sangat cemberut. Kepuasan kerja karyawan akan dapat
diketahui dengan melihat pilihan gambar yang diambil responden.
2.7 Bagaimana
Karyawan Dapat Mengungkapkan Ketidakpuasan.
Ketidakpuasan karyawan dapat diungkapkan dengan sejumlah
cara. Misalnya daripada
Berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri
milik organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kepada mereka.
Berikut ini adalah contoh respon yang biasa diungkapkan karyawan jika mereka
merasa tidak puas menurut Stephen Robbins (2003:105):
1. Exit, perilaku
yang mengarah untuk meninggalkan organisasi, mecakup pencarian suatu posisi
baru maupun meminta berhenti.
2. Suara (Voice),
dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi. Mencakup saran,
perbaikan, membahas problem-problem dengan atasan, dan beberapa bentuk kegiatan
serikat buruh.
3. Kesetiaan
(Loyality), pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi. Mencakup
berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi
dan manajemennya untuk “melakukan hal yang tepat”.
4. Pengabaian
(Neglect), secara pasif membiarkan kondisi memburuk, temasuk kemangkiran atau
datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi, dan tingkat kekeliruan
yang meningkat.
2.8 Korelasi Kepuasan
Kerja.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat
bersifat positif atau negatif.
Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat.
Menurut Kreiter dan Knicki (2001;226), hubungan yang kuat menunjukkan bahwa
atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan
meningkatnya kepuasan kerja. Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut:
1. Motivasi.
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang
positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga
mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan
mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja
sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui
berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2. Pelibatan
Kerja.
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi
dilibatkan dengan peran
kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan
kepuasan kerja, dan peran
atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja
yang memuaskan untuk
meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3. Organizational
Citizenship Behavior.
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi
tugasnya.
4. Organizational
Commitment.
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi
dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen
organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang siknifikan dan kuat, karena
meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih
tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas
kerja.
5. Ketidakhadiran
(Absenteisme).
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif
yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan
turun.
6. Perputaran
(Turnover).
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif.
Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga
diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi
perputaran.
7. Perasaan
stres.
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan
hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi
dampak negatif stres.
8. Prestasi
Kerja/Kinerja.
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan
prestasi kerja. Dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja
sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan
kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang
lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku
organisasi, karena dengan mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi
organisasi untuk mengembangkan organisasinya tersebut.
Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa
yang telah dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan
antara individu satu dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap
individu mempunyai kriteria kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan
hidupnya, namun kepuasan pegaawai dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana
kinerja pegawai tersebut namun hal tersebut tidak menjamin pegawai merasa puas
karena pada hakikatnya manusia tidak mempunyai rasa puas.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan
sikap yang akan terjadi pada diri setiap individu secara umum terhadap
pekerjaannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja di antaranya
kondisi kerja/lingkungan kerja, peraturan atau budaya organisasi serta
karakteristik organisasi, kompensasi yang memuaskan, efisiensi kerja dan
partner kerja.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Motivasi
adalah keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada
pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu.
2. Kepuasan kerja
merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi
kerja.
3. Aspek-aspek
kepuasan kerja : kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas,
kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, dan kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan.
4. Ada beberapa
teori tentang motivasi dan kepuasan kerja, di antaranya adalah sebagai berikut
: Discrepancy Theory, Equity Theory, Opponent Theory – Process Theory, Teori
Maslow, Teori ERG Alderfer, Teori dua faktor dari Herzberg, dan Teori
McClelland.
5. Ada beberapa
cara untuk mengukur kepuasan kerja, di antaranya akan dijelaskan sebagai
berikut : Pengukuran kepuasan kerja dengan skala job description index,
pengukuran kepuasan kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionare, dan
pengukuran kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet:
1.
eprints.uny.ac.id/7518/3/BAB%202-09409131010.pdf
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CGoQFjAG&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F7518%2F3%2FBAB%25202-09409131010.pdf&ei=4WhPU-fQGsb_rQeQsoHIDQ&usg=AFQjCNGf-WiKeDdHjQfQE7WcX-hI2BeL0w&sig2=gvGJuDpmXXbmhfryBcnTAw&bvm=bv.64764171,d.bmk
)
2.
file.upi.edu/.../Makalah_Kepuasan_Kerja.pdf
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPEB%2FPRODI._MANAJEMEN_FPEB%2F197507042003121-ASKOLANI%2FMakalah_Kepuasan_Kerja.pdf&ei=4WhPU-fQGsb_rQeQsoHIDQ&usg=AFQjCNGqZ0PSf_yNpVEZQZGjcfgcdCpaUg&sig2=xKlE8fhQ-JEmJGi9YpsmjA&bvm=bv.64764171,d.bmk)
3.
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/sikap-dan-kepuasan-kerja.html
Muhamad safeih k13
ReplyDeleteMenurut saya blog ini sudah sangat bagus, sudah sangat lengkap mulai dari pembahasanya hingga sejarah kepuasan dari kerja ituh sendiri, penulisann yang sangat rapih dan teratur, daptar pusatakaan yang sangat lengkap
👍
Artikel yang bagus, menurut saya Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang telah dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara individu satu dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu mempunyai kriteria kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan hidupnya, namun kepuasan pegaawai dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana kinerja pegawai tersebut namun hal tersebut tidak menjamin pegawai merasa puas karena pada hakikatnya manusia tidak mempunyai rasa puas.
ReplyDeleteSita Amaliasari 43116120056
ReplyDeleteBenar sekali yang ditulis dalam artikel jika Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk mengembangkan organisasinya tersebut.
Agar sebuah organisasi ataupun perusahaan dapat berkembang dengan baik salah satunya adalaha memberikan kepuasan kerja kepada para karyawan nya. Misalnya membangun hububgan baik antara bawahan dan atasan , memberikan tunjangan tunjangan kepada karyawan agar karyawan merasa diapresisasi sehingga mereka mendapatkan kepuasana kerja lalu dapat menjadikan nya motivasi untuk kerja lbih baik
Sita Amaliasari 43116120056
ReplyDeleteBenar sekali yang ditulis dalam artikel jika Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk mengembangkan organisasinya tersebut.
Agar sebuah organisasi ataupun perusahaan dapat berkembang dengan baik salah satunya adalaha memberikan kepuasan kerja kepada para karyawan nya. Misalnya membangun hububgan baik antara bawahan dan atasan , memberikan tunjangan tunjangan kepada karyawan agar karyawan merasa diapresisasi sehingga mereka mendapatkan kepuasana kerja lalu dapat menjadikan nya motivasi untuk kerja lbih baik
Dewi Manca Indira 41216110110
ReplyDeletesangat bagus pada bagian kesimpulan yang di tulis, karena sangat penting kepuasan kerja di pelajari. dengan mengetahui jenis kepuasan kerja yang di maksud oleh perusahaan pekerja akan lebih mudah untuk menuntunjkan potensi terbaik yang di miliki