Menurut
Hasibuan (1999:95) menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka
mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan.
Senada
dengan definisi di atas, Siagian (1996:138) mengemukakan bahwa motivasi sebagai
daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
menggerakkan kemampuannya (dalam bentuk keahlian atau keterampilan) tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi juga
merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.
Berdasarkan berbagai
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa; (1) Motivasi kerja
merupakan bagian yang urgen dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat
untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, (2) Motivasi kerja
mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan
atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi, dan (3)
Motivasi kerja yang diberikan kepada seseorang hanya efektif
manakala di dalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk
maju dan berhasil dalam organisasi.
Dalam
rangka untuk memotivasi bawahan dalam suatu organisasi, sangat ditentukan oleh
kepiawaian seorang pimpinan untuk memahami faktor-faktor motivasi sebagai daya
pendorong atau penguat (reinforcement) sehingga individu
tergerak untuk bekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab
itu, pemahaman terhadap motivasi sangat penting artinya bagi pimpinan. Menurut
Salusu (2000:429) bahwa seseorang bersedia melakukan suatu pekerjaan karena
dirangsang oleh motivasi. Motivasi itu timbul karena faktor-faktor,
sebagai berikut :
1) Adanya
perasaan ingin mencapai sesuatu hasil dengan melakukan pekerjaan menantang
dengan baik.
2) Suatu
kebutuhan dari dalam diri sendiri yang ingin melakukan suatu pekerjaan yang
baik.
3) Melakukan
pekerjaan menurut perasaan adalah penting.
4) Apa
yang dilakukan itu selalu berkaitan dengan suatu tujuan.
5) Apa
yang dikerjakan itu adalah sesuatu yang menarik.
6) Melakukan
pekerjaan dengan harapan akan ada promosi.
7) Mengerjakan
sesuatu adalah membantu organisasi mencapai tujuannya.
8) Mengharapkan
kemungkinan kenaikan penghasilan.
9) Mengerjakan
sesuatu sebagai kredit untuk keperluan penilaian penampilan prestasi yang akan
datang.
10) Untuk
memperoleh penghargaan dan pengakuan dari atasan.
11) Melakukan
sesuatu dengan kemungkinan bertambahnya kebebasan dalam pekerjaan.
12) Harapan
akan pengakuan dari teman sejawat.
13) Melaksanakan
tugas dengan tekad tidak menginginkan kelompoknya berpenampilan buruk.
14) Jaminan
adanya keamanan kerja yang prima.
15) Mengerjakan
sesuatu karena dorongan oleh kondisi fisik pekerjaan yang baik.
Menurut
Gomes (2001:180) bahwa faktor-faktor motivasi kerja terdiri dari dua bagian
yaitu faktor individual dan faktor organisasional. Yang tergolong
faktor individual adalah kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals),
sikap (attitudes), dan kemampuan (ability). Sedangkan yang
tergolong faktor organisasional meliputi; pembayaran gaji/upah, keamanan
pekerjaan, hubungan sesama pegawai, pengawasan, pujian, dan pekerjaan itu
sendiri.
Berdasarkan
pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah
dorongan atau semangat kerja yang bersumber baik dari dalam diri (internal)
maupun dari luar (eksternal) untuk melakukan suatu pekerjaan dengan sebaik-baik
agar menghasilkan kinerja yang lebih baik.
2.
Beberapa Teori Motivasi
Beberapa
teori motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli akan dipaparkan berikut
ini sebagai bahan referensi dan pengetahuan dalam menganalisis dan mengkaji
tentang hakikat motivasi itu sendiri.
Beberapa teori motivasi yang telah diberikan oleh para ahli antara lain:
a. Teori hierarki kebutuhan Maslow
Abraham Maslow (dalam Gomes, 2000:188) seorang pelopor
teori motivasi dari Brandeis University. Maslow mengemukakan mengenai teori
hierarki kebutuhan manusia yang banyak menjadi titik acuan oleh sebagian besar para sarjana untuk memahami motivasi. Teori ini
didasarkan atas tiga asumsi pokok, yakni:
a) "People are
wanting animals. Their desires are never completely satisfied. As soon as one
of his need is satisfied, another appears in its place. This process is unending. It continues from birth to death"
(Manusia adalah makhluk yang selalu berkeinginan, dan keinginan mereka tidak pernah terpenuhi secara
sempurna. Setelah satu keinginan terpenuhi langsung muncul
keinginan lain. Proses ini tidak pernah
berakhir. Proses ini berlangsung dari lahir hingga mati).
b) "A satisfied need is not a motivator of human behavior"(kebutuhan atau
keinginan yang sudah terpenuhi tidak lagi menjadi pendorong bagi perilaku manusia).
c) "Human
needs are arranged in a hierarchy of importance"(kebutuhan manusia tersusun menurut hierarki tingkat
pentingnyakebutuhan).
Kebutuhan-kebutuhan manusia yang
telah diidentifikasi oleh Maslow (dalam
Slameto 1995:171) yaitu terdiri atas delapan tingkatan kebutuhan yaitu:
(a)Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat primer dan vital, hal ini mencakup perasaan
lapar, haus, dan seks. (b) Kebutuhan
rasa aman dan perlindungan merupakan ekspresi dari rangsangan individu akan
keamanan dalam lingkungan seperti terlindung dari ancaman kemiskinan.(c)
Kebutuhan sosial sebagai ekspresi perasaan turut tergolong atau
"belongingness" meliputi kebutuhan akan dicintai atau diperhitungkan
sebagai pribadi. (d) Kebutuhan penghargaan sebagai tindakan untuk berhubungan
dengan pihak lain dalam menghargai termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi
atau kedudukan. (e) Kebutuhan mengetahui atau mengerti sebagai kebutuhan
manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya. (f) Kebutuhan estetik merupakan
wujud kebutuhan akan keteraturan dan keseimbangan. (g) Kebutuhan aktualisasi
diri merupakan kebutuhan untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tertentu dan
lebih cenderung mentransformasikan potensi dalam prestasi. (h)
Kebutuhan akan perasaan bahwa dirinya lebih penting dari orang lain.
Kebaikan teori tingkat kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut :
a)
Teori ini memberikan informasi bahwa
kebutuhan manusia itu jamak (yang teridiri dari kebutuhan materiil
dan non materiil) dan bobotnya bertingkat-tingkat.
b) Manajer mengetahui bahwa seseorang
berperilaku dan bekerja adalahuntuk dapat
memenuhi kebutuhannya (materiil dan non materiil) yang akan memberikan kepuasan baginya.
c) Kebutuhan itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosialekonominya.
d) Manajer akan lebih
mudah memberikan alat motivasi yang palingsesuai
untuk meransang semangat bekerja bawahannya.
Adapun kelemahan teori Maslow adalah:
a) Menurut teori kebutuhan manusia adalah bertingkat tingkat atau hierarki, tetapi dalam kenyataan nya manusia menginginkan tercapai
sekaligus dan kebutuhan manusia
itu seperti siklus (berulang-ulang).
b) Walaupun teori ini sangat populer, tetapi belum pernah dicoba kebenarannya karena
Maslow mengembangkannya hanya atas dasar pengamatannya saja (Hasibuan, 2001:56).
b. Teori motivasi
Alderfer (Alderfer's ERG Theory)
Teori
ERG berasal dari kepanjangan "Existence, Relatedness, danGrowth". Clayton Alderfer (dalam Thoha 2001:204) memberikan
perluasanlebih lanjut dari teori Herzberg
dan Maslow. Alderfer merumuskan suatumodel penggolongan kebutuhan segaris dengan
bukti-bukti empiris. MenurutAlderfer ada
tiga kelompok inti dari kebutuhan-kebutuhan, yakni; (1)kebutuhan
akan keberadaan (Existence Need), (2) Kebutuhan berhubungan(Relatedness Need), dan (3) kebutuhan untuk berkembang (Growth
Need).Kebutuhan keberadaan (Existence Need) adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup. Kebutuhan ini sama artinya dengan
kebutuhan fisik atau fisiologis Maslow. Kebutuhan berhubungan (Relatedness Need) adalah suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan sesamanya, melakukan hubungansosial
dan bekerjasama dengan orang lain. Kebutuhan ini sama halnyadengan kebutuhan sosial dan Maslow sedangkan kebutuhan untukberkembang (Growth Need) adalah
suatu kebutuhan yang berhubungandengan
keinginan intrinsik dari seseorang untuk mengembangkan dirinya.Hubungan ini searti dengan kebutuhan penghargaan
dan aktualisasi diri dariMaslow.
c. Teori tiga kebutuhan McClelland
McClelland
memberikan teori yang dikenal dengan "McClellandAchievement Motivation Theory" atau
Teori Tiga Kebutuhan. McClelland(dalam
Siagian, 1996:167) menyatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila didasari bahwa setiap
orang mempunyai tiga kebutuhan yaitu; (1) "Need for achievement (n Ach)" yaitu bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang
yang berhasil dalam hidupnya. Bagi seseorang
yang memiliki n Ach yang besar maka akan berusaha berbuat sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan orang
lain,(2) "Need for Power (n
Po)" yaitu kebutuhan akan kekuasaan
yang menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai
pengaruh terhadap orang lain. Seseorang dengan n Po yang besar biasanya
mempunyai kondisi persaingan dan orientasi status serta memberikan perhatian padahal-hal yang memungkinkan untuk memperbesar pengaruhnya, dan (3) "Need for Affiliation
(n Aff)". Kebutuhan
Affiliasi merupakan kebutuhan nyata bagi manusia sebagai makhluk sosial
terlepas dan kedudukan, jabatan, danpekerjaan.
Teori motivasi McClelland dapat
dilihat implementasinya dalamkehidupan
berorganisasi yaitu adanya (1) upaya
seseorang untuk meraihkemajuan, berprestasi, umpan
balik, dan tanggung jawab, (2) uraian tugasyang jelas dengan
batas wewenang tertentu sehingga memudahkan dalampengawasan, dan (3) upaya
kerjasama yang baik dalam organisasi.
d. Teori motivasi dua
faktor Herzberg
Frederick Herzberg (dalam Terry dan Rue, 2000:175)
mengembangkan teori motivasi, yang terutama sekali berkaitan dengan
motivasi melalui pola kerja. Teori
Herzberg didasarkan pada kepercayaan, bahwa faktor-faktor yang meniadakanmotivasi "demotivate" atau membalikkan "tum off'. Pegawai-pegawai
adalah berbeda dari faktor-faktor yang memotivasi atau mengembalikan "turn on" pegawai. Herzberg mempertahankan, bahwa
faktor-faktor yang cenderung untuk meniadakan motivasi pegawai biasanya bersangkut paut dengan lingkungan
kerja. Faktor-faktor ini meliputi hal-hal yaitu status kerja, relasi-relasi antar perorangan dengan para pegawai, gaya pengawasan yang diterima orang itu,
kebijakan perusahaan, kepastian kerja,
kondisi-kondisi kerja, upah, dan segi-segi kehidupan pribadi, yangdipengaruhi
oleh situasi pekerjaan. Herzberg mengacu kepada faktor organisasi ini sebagai "hygiene organisasi maintenance factors" faktor-faktor keberhasilan atau pemeliharaan. Istilah-istilah ini
dipilih, karena faktor-faktor dipahami
sebagai mempunyai sifat "preventive" mencegah. Menurut Herzberg faktor-faktor yang memotivasikan orang banyak adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kerja itu
sendiri berlainan dengan dorongan
kerja. Faktor-faktor ini
dinamakan 'motivators" dan mencakup keberhasilan, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan tantangan dengan kerja itu. Herzberg mempertahankan bahwa
motivasi yang benar adalah terjadi
kalau terdapat faktor-faktor motivators dan keberhasilan.
D.
Pendekatan-pendekatan Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja
Kemampuan
manager (pemimpin) untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan
berkomunikasi dengan para bawahannya (pegawai) akan menentukan efektifitas
kepemimpinan. Penelitian ini berkaitan dengan bagaiman peranan kepemimpinan
Lurah dapat memotivasi para pegawainya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan
kerja pegawai meningkat.
Motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku
pegawai. Motivasi kerja ini merupakan subjek yang penting bagi pimpinan, karena
menurut definisi pimpinan harus bekerja dengan orang lain. Oleh karena itu,
seorang pimpinan perlu mengetahui dan memahami bagaimana para
pegawai berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhi mereka sesuai
dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi adalah juga subjek membingungkan
karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi
harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak (Hasibuan, 1998:251).
Hasibuan
lebih jauh menjelaskan bahwa sangat banyak istilah yang digunakan untuk
menyebut motivasi (motivation) atau motif, antara lain; kebutuhan (need),
desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive).
Kaitannya dengan penelitian ini maka istilah yang akan digunakan adalah motivasi, yang
diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan.
Berbagai
pendekatan tentang motivasi dalam organisasi yang harus dilaksanakan oleh
seorang pimpinan telah dikemukakan oleh para ahli sebagaimana dikutip Hasibuan
(1998:252) akan dipaparkan berikut ini:
1) Model
Tradisional
Model
tradisional dari motivasi berhubungan dengan Frederick Taylor (dalam Hasibuan,
1998:252) yang dikenal dengan aliran manajemen ilmiah. Model ini
mengisyaratkan bahwa manager (pimpinan) menentukan bagaimana
pekerjaan-pekerjaan harus dilakukan dan digunakannya sistem pengupahan insentif
untuk memotivasi para pekerja agar menghasilkan lebih banyak
produksi dan lebih banyak menerima penghasilan.
Pandangan
tradisional menganggap bahwa para pekerja (pegawai) pada dasarnya malas, dan
hanya dapat dimotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi
pendekatan ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi, karyawan
(pegawai) yang dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi.
Lebih lanjut para manager mengurangi besarnya upah
insentif. Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa dan karyawan akan mencari
keamanan/jaminan kerja dari pada hanya kenaikan upah kecil dan sementara.
2) Model
Hubungan Manusiawi
Banyak
praktek manajemen merasakan bahwa pendekatan tradisional tidak memadai. Elton
Mayo dan para peneliti lain dalam Hasibuan (1998:253) mengatakan bahwa hubungan
manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak-kontak sosial karyawan (pegawai) pada
pekerjaannya adalah juga penting dan bahwa kebosanan serta
tugas-tugas yang bersifat pengulangan adalah faktor-faktor
pengurang motivasi. Mayo dan lainnya juga percaya bahwa manajer
dapat memotivasi bawahan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial mereka
dan membuat mereka merasa berguna dan penting.
Sebagai
hasilnya, para pegawai diberi berbagai kebebasan untuk membuat keputusan
sendiri dalam pekerjaannya. Perhatian yang lebih besar diarahkan pada
kelompok-kelompok kerja organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan
untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi
organisasi.
3) Model
Sumber Daya Manusia
Selanjutnya
para teoritisi seperti McGregor dan Maslow serta Argyris dan Likert (dalam
Hasibuan, 1998:254) melontarkan kritik kepada model hubungan
manusiawi, dan mengemukakan bahwa pendekatan yang lebih “sophisticated”
(memuaskan) untuk memanfaatkan para karyawan (pegawai) dalam organisasi. Model
pendekatan ini menyatakan bahwa para pegawai dimotivasi oleh banyak faktor,
tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan
untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka
beralasan bahwa kebanyakan orang telah dimotivasi untuk melakukan
pekerjaan secara lebih baik dan bahwa mereka tidak secara
otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan.
Mereka mengemukakan bahwa para pegawai lebih menyukai pemenuhan
kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik.
Jadi, para karyawan (pegawai) dapat diberi tanggung jawab yang lebih
besar untuk membuat keputusan-keputusan dan pelaksanaan-pelaksanaan tugas.
Para
pimpinan dapat menggunakan model motivasi hubungan manusiawi dan
sumber daya manusia secara bersama-sama. Dengan bawahannya, manajer
(pimpinan) cenderung menerapkan model hubungan manusiawi. Mereka
mencoba untuk mengurangi penolakan bawahan dengan
perbaikan moral dan kepuasan. Bagi para manajer sendiri lebih banyak
menyukai model pendekatan sumber daya manusia karena mereka merasa
kemampuannya tidak digunakan secara penuh, oleh sebab itu, mereka
mencari tanggung jawab yang lebih besar dari atasan-atasan mereka sendiri.
Berdasarkan
skema tersebut di atas maka seorang pimpinan hendaknya mampu memahami bagaimana
pendekatan-pendekatan tersebut dilakukan agar motivasi kerja pegawai dapat
ditingkatkan.
Sumber
http://mashuritahili.blogspot.co.id/2010/02/pengertian-motivasi-kerja-pegawai-dan.html
http://ilmumanajemensdm.com/strategi-untuk-menjaga-motivasi-kerja-karyawan-dan-sdm-perusahaan/
http://www.putra-putri-indonesia.com/seminar-motivasi.html
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.