MANAJEMEN KINERJA
Secara mendasar, Manajemen kinerja
merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan kinerja, pemantauan
/ peninjauan kinerja, penilaian kinerja dan tindak lanjut berupa pemberian
penghargaan dan hukuman. Rangkaian kegiatan tersebut haruslah dijalankan secara
berkelanjutan untuk memastikan bahwa sasaran organisasi telah dicapai secara konsisten dalam
cara-cara yang efektif dan efisien. Manajemen kinerja bisa berfokus pada
kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan proses untuk menghasilkan
produk atau layanan, dan juga di area yang lain..
Tahapan Manajemen Kinerja:
Tahapan Manajemen Kinerja Menurut
Williams (1998), terdapat empat tahapan utama dalam pelaksanaan manajemen
kinerja. Tahapan ini menjadi suatu siklus manajemen kinerja yang saling berhubungan
dan menyokong satu dengan yang lain.
1.
Tahap
pertama: directing/planning.
Tahap
pertama merupakan tahap identifikasi perilaku kerja dan dasar/basis pengukuran
kinerja. Kemudian, dilakukan pengarahan konkret terhadap perilaku kerja dan
perencanaan terhadap target yang akan dicapai, kapan dicapai, dan bantuan yang
akan dibutuhkan. Indikator-indikator target juga didefinisikan di tahap ini.
Menurut Khera (1998), penentuan target/goal akan efektif bila mengadopsi SMART.
SMART merupakan singkatan dari Spesific, Measureable, Achievable, Realistic,
dan Timebound. Sebuah target harus jelas apa yang akan dicapai dan bagaimana
mencapainya (spesific), terukur keberhasilannya (measureable) dan orang lain
dapat memahami/melihat keberhasilannya. Target harus memungkinkan untuk
dicapai, tidak terlalu rendah atau berlebihan (achievable), masuk akal dan
sesuai kondisi/realita (realistic), serta jelas sasaran waktunya (timebound).
2.
Tahap kedua: managing/supporting.
Tahap
kedua merupakan penerapan monitoring pada proses organisasi. Tahap ini berfokus
pada manage, dukungan, dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap
berada pada jalurnya. Jalur yang dimaksudkan disini adalah kriteria maupun
proses kerja yang sesuai dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi.
3.
Tahap ketiga: review/appraising.
Tahap
ketiga mencakup langkah evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan flashback/review
kinerja yang telah dilaksanakan. Setelah itu, kinerja dinilai/diukur
(appraising). Tahap ini memerlukan dokumentasi/record data yang berkaitan
dengan obyek yang dievaluasi. Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar
didapat hasil evaluasi yang valid.
4.
Tahap keempat: developing/rewarding.
Tahap
keempat berfokus pada pengembangan dan penghargaan. Hasil evaluasi menjadi
pedoman penentu keputusan terhadap action yang dilakukan selanjutnya. Keputusan
dapat berupa langkah perbaikan, pemberian reward/punishment, melanjutkan suatu
kegiatan/prosedur yang telah ada, dan penetapan anggaran.
Tujuan Manajemen Kinerja:
Tujuan umum manajemen kinerja adalah membangun suatu
budaya dalam perusahaan yang mendorong individu dan kelompok untuk bertanggung
jawab memperbaiki secara terus menerus kegiatan operasional perusahaan serta
kemampuan dan kontribusi mereka. Tujuan untuk menerapkan manajemen kinerja
sebaiknya ditentukan dan disetujui oleh manajemen puncak. Adapun tujuannya
menurut Rojuainiah adalah:
- Meningkatkan kinerja organisasi, kelompok dan individu
- Mengintegrasikan sasaran orga-nisasi, kelompok dan individu.
- Memperoleh kejelasan akan harapan perusahaan terhadap kinerja yang harus dicapai oleh individu dan kelompok.
- Mengembangkan ketrampilan dan kompetensi karyawan.
- Meningkatkan hubungan kerjasama yang lebih erat antara bawahan dan atasan.
- Menyediakan sarana yang dapat meningkatkan obyektifitas penilaian kinerja karyawan.
- Memberdayakan karyawan agar dapat memanajemeni kinerja dan proses pembelajaran mandiri.
Manfaat
Manajemen Kinerja
Suatu organisasi dibentuk
untuk mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil
kerja/prestasi organsisasi dan menunjukkan kinerja organisasi. Hasil kerja
organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan. Aktivitas
tersebut dapat berupa pengelolaan sumberdaya organisasi maupun proses
pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk
menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan,
diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Dengan demikian, hakikat
manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen kinerja
bukannya memberi manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada manajer dan
individu. Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan tujuan
organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja,memotivasi
pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses
pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan
perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan
karier, membantu menahan pekerja terampil agar tidak pindah, mendukung
inisiatif kualitas total dan pelayanan pelanggan, mendukung program perubahan
budaya.
Bagi manajer, manfaat
manajemen kinerja antara lain: mengupayakan klarifikasi kinerja dan harapan
perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki
kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf,
membantu karyawan yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan
individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim,
mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat
kompensasi.
Bagi individu, manfaat
manajemen kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas peran dan tujuan,
mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan
kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan
kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan
cara bekerja dikelola dan dijalankan.
Menurut Costello (1994)
manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan
pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit
kerjanya. Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung
mempengaruhi tidak saja kinerja masing-masing pekerja secara individu dan
unit kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.
Apabila pekerja telah
memahami tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat dukungan yang diperlukan
untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efisien dan produktif,
pemahaman akan tujuan , harga diri dan motivasinya akan meningkat. Dengan
demikian, manajemen kinerja memerlukan kerja sama, saling pengertian dan
komunikasi secara terbuka antara atasan dan bawahan.
Karakteristik Prioritas
Kinerja
Makna dan isi dari istilah kinerja secara
komprehensif didiskusikan oleh Folan et al (2007),
yang menegaskan tiga prioritas dari kinerja:
- Pertama, kinerja butuh dianalisa berdasarkan setiap entitas di dalam lingkup lingkungan di mana dia beroperasi. Sebagai contoh kinerja suatu perusahaan harusnya dianalisis di lingkup target pasar di mana dia beroperasi dan bukannya yang tidak relevan dengan wilayah operasinya.
- Kedua, kinerja selalu terkait dengan satu atau lebih tujuan organisasi yang ditentukan oleh organisasi yang mana kinerjanya dianalisa. Oleh karenanya, suatu organisasi mengevaluasi kinerjanya berdasarkan pada tujuan dan target yang ditentukan dan diterima secara internal dan bukannya atas target yang digunakan oleh entitas di luar dirinya.
- Ketiga, kinerja disaring menjadi karakteristik yang relevan dan bisa dikenali
Amstrong, Michael dan Baron. 2004.Performance Management. Tugu Publisher:Yogyakarta.
Bagus, Denny. Jurnal: Jurnal Manajemen, Bahan Kuliah Manajemen. http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2011/12/manajemen-kinerja-definisi-manajemen.html di
akses pada tanggan 13 mei 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kinerja di
akses pada tanggal 13 mei 2016
Mutiara.
2015. Makalah: Makalah Manajemen Kinerja
Pengertian dan Manfaat Manajemen Kinerja. http://kumpulanmakalah2012.blogspot.co.id/2015/02/makalah-manajemen-kinerja-penegrtian.html di akses pada tanggal 13 mei 2016
Suit,
Yusuf dan Almasli. 1997. Aspek sikap
mental dalam Manajemen Sumberdaya Manusia. Ghalia Indonesia : Jakarta.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.