Oleh: Ilham Noer Satria Aji
A.
Manajemen kinerja
Manajemen Kinerja (MK) adalah aktivitas untuk memastikan bahwa sasaran organisasi telah dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien.
Manajemen kienrja bisa berfokus pada kinerja dari suatu organisasi, departement, karyawan, atau bahkan proses untuk menghasilkan produk atau layanan, dan juga di area yang lain.
Manajemen Kinerja (MK) adalah aktivitas untuk memastikan bahwa sasaran organisasi telah dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien.
Manajemen kienrja bisa berfokus pada kinerja dari suatu organisasi, departement, karyawan, atau bahkan proses untuk menghasilkan produk atau layanan, dan juga di area yang lain.
Baik di tingkatan
organisasi ataupun individu, salah satu fungsi kunci dari manajemen adalah
mengukur dan mengelola kinerja. Antara gagasan, tindakan dan hasil terdapat
suatu perjalanan yang harus ditempuh. Dan barangkali istilah yang paling sering
digunakan di keseharian yang menggambarkan perkembangan dari perjalanan
tersebut dan juga hasilnya adalah "kinerja" (Brudan, 2010).
Kinerja sendiri
adalah suatu hal yang berorientasi ke masa depan, disesuaikan spesifik
berdasarkan kondisi khusus dari setiap organisasi/individu dan didasarkan atas
suatu model kausal yang menghubungkan antara input dan output (Lebas, 1995).
B.
Paradigma Baru Dalam Manajemeni Kinerja
Pendekatan baru yang
dikenal dengan Manajemen Kinerja berlan-daskan pada pendapatyang menyatakan
bila karyawan mengetahui dan mema-hami apa yang diharapkan dari dirinya dan
mampu mengambil bagian dalam mewujudkan harapan-harapan tersebut maka dengan
sendirinya mereka akan dapat dan mau memenuhi harapan kinerja tersebut. Pendekatan
manajemen kinerja ini merupakan pendekatan yang mem-perhatikan lima aspek,
yaitu :
1.
Mengintegrasikan kinerja dari semua
pihak yang terlibat di dalam perusahaan.
2.
Melibatkan semua pihak (tidak hanya
atasan) dalam pengelolaan kinerja.
3. Mengintegrasikan semua proses dalam
manajemen kinerja dengan fokus pada menjalankan bisnis.
4. Menggunakan proses yang sistematis, yang
dapat memenuhi kebutuhan administrasi dan kebutuhan bisnis secara keseluruhan.
5.
Memfokuskan pada peningkatan kinerja
dimasa yang akan datang.
C.
Tujuan Manajemen Kinerja
Tujuan umum manajemen
kinerja adalah membangun suatu budaya dalam perusahaan yang mendorong individu
dan kelompok untuk bertanggung jawab memperbaiki secara terus menerus kegiatan
operasional perusahaan serta kemampuan dan kontribusi mereka.
Tujuan untuk menerapkan manajemen kinerja sebaiknya ditentukan dan disetujui oleh manajemen puncak. Adapun tujuannya adalah:
Tujuan untuk menerapkan manajemen kinerja sebaiknya ditentukan dan disetujui oleh manajemen puncak. Adapun tujuannya adalah:
·
Meningkatkan kinerja organisasi,
kelompok dan individu
·
Mengintegrasikan sasaran orga-nisasi,
kelompok dan individu.
· Memperoleh kejelasan akan harapan
perusahaan terhadap kinerja yang harus dicapai oleh individu dan kelompok.
·
Mengembangkan ketrampilan dan kompetensi
karyawan.
·
Meningkatkan hubungan kerjasama yang
lebih erat antara bawahan dan atasan.
·
Menyediakan sarana yang dapat
meningkatkan obyektifitas penilaian kinerja karyawan.
· Memberdayakan karyawan agar dapat
memanajemeni kinerja dan proses pembelajaran mandiri.
Keempat kegiatan utama tersebut dapat diuraikan sbb:
1.
Perencanaan Kinerja
Kegiatan ini merupakan
kegiatan yang paling penting, karena merupakan kegiatan yang menen-tukan
kinerja yang diharapkan perusahaan dari karyawannya. Tanpa ada kejelasan
mengenai harapan perusahaan terhadap karya-wan, maka karyawan tidak dapat
bekerja secara efektif untuk men-capai sasaran perusahaan.
Perencanaan kinerja diawali dengan visi dan misi perusahaan dimana akan diketahui jelas sasaran perusahaan dan kompetensi SDM yang dibutuhkan. Setelah ditetapkan sasaran perusahaan maka ditetapkan juga standar kinerja dan standar kompetensi individual sehingga didapatkan komitmen rencana kinerja. Pada perencanaan kinerja dibuat juga fokus pengukuran kinerja untuk masing-masing level karyawan. Fokus Pengukuran kinerja meliputi tanggung jawab, tugas dan standar kerja. Tanggung jawab untuk level seorang Direktur sudah pasti berbeda dengan tanggunggung jawab untuk level operator.
Perencanaan kinerja diawali dengan visi dan misi perusahaan dimana akan diketahui jelas sasaran perusahaan dan kompetensi SDM yang dibutuhkan. Setelah ditetapkan sasaran perusahaan maka ditetapkan juga standar kinerja dan standar kompetensi individual sehingga didapatkan komitmen rencana kinerja. Pada perencanaan kinerja dibuat juga fokus pengukuran kinerja untuk masing-masing level karyawan. Fokus Pengukuran kinerja meliputi tanggung jawab, tugas dan standar kerja. Tanggung jawab untuk level seorang Direktur sudah pasti berbeda dengan tanggunggung jawab untuk level operator.
2.
Pengelolaan Kinerja
Kegiatan pengelolaan
kinerja merupakan kegiatan yang terus menerus harus dilakukan agar dapat
memastikan bahwa rencana yang sudah disepakati dapat terlaksana dengan baik dan
lancar. Kegiatan ini antara lain meliputi kegiatan pembinaan, konseling,
pemberian umpan balik dsb. Pembinaan yang berkelanjutan diperlukan untuk
memberikan umpan balik terhadap pencapaian kinerja dan untuk meninjau serta
memperbaharui sasaran. Harus diingat ada beberapa point yang harus kita ketahui
yaitu :
·
Umpan balik positif maupun negative
harus diberikan secara tetap dan berkelanjutan. Kinerja yang baik dapat
dipertahankan bila dilakukan pengakuan atau pengukuhan terhadap prilaku yang
positif
·
Tingkat formalitas dan panjangnya umpan
balik tergan-tung situasi, mulai dari diskusi terencana sampai dengan
pembicaraan informal.
·
Umpan balik harus didasarkan rencana
kinerja yang telah disepakati bersama, yang terus menerus diperbaharui sesuai
perubahan pada organisasi atau unit kerja.
·
Umpan balik yang efektif dilakukan
minimum per 3 bulan.
·
Umpan balik membuat karya-wan tahu
bagaimana memper-baiki kinerja atau perilaku
·
Umpan balik membangun dan mendewasakan
karyawan
·
Umpan balik membuat karya-wan tahu
penyesuaian apa yang perlu dilakukan.
Umpan balik yang efektif terhadap kinerja antara lain:
1.
Deskriptif, bukan evaluatif
2.
Spesifik, bukan umum (general)
3.
Diberikan atas perilaku yang sesuai
4.
Tepat Waktu
5.
Dikomunikasikan secara jelas
6.
Berasal dari si pemberi
7.
Didasarkan atas perilaku yang diamati
8.
Seimbang antara umpan balik yang positif
dengan umpan balik yang negative.
3.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja
merupakan kegia-tan yang secara formal dilakukan untuk mengetahui atau menilai
seberapa jauh pelaksanaan kinerja masih sesuai atau tidak dengan rencana yang
telah disepakati.Kegunaan penilaian kinerja bagi perusahaan antara lain :
1.
Perbaikan kinerja karyawan
2.
Penetapan Kompensasi (gaji, bonus dll)
3.
Keputusan Penempatan Karyawan (promosi,
mutasi dan suksesi)
4.
Pelatihan dan pengembangan yang
dibutuhkan.
5.
Perencanaan karir dan pengem-bangan,
dll.
Berbagai masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan
sistem penilaian kinerja, biasanya karena sistem evaluasi yang diterapkan
kurang dipahami oleh karyawan dan manajernya. Sehingga karyawan cendrung
melihat daerah penilaian sebagai daerah abu-abu atau daerah tak bertuan, bahkan
tak jarang system penilaian memicu permusuhan dan kecurigaan antara atasan
dengan bawahan sebagai pelaku yang dinilai dan menilai.
Masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan penerapan
system penilaian kinerja antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Hanya memfokuskan pada kinerja individu
dan terpisah dari sasaran perusahaan.
2.
Atasan merupakan orang yang paling
berhak dalam mengelola karyawan.
3.
Merupakan system yang terpisah dengan
sumber daya lainnya.
4.
Hanya merupakan kegiatan
adminis-trative.
5.
Terlalu menitik beratkan pada pengalaman
masa lalu.
Metode penilaian yang yang umum diterapkan oleh perusahaan untuk system
penilaian karya ini biasanya dilakukan dengan bantuan metode predeterminasi dan
formal antara lain :
·
Metode Skala Penilaian Grafik
Metode ini menggunakan skala yang
mendaftarkan sejumlah ciri (seperti mutu dan kehandalan) dan kisaran kinerja
(dari yang tidak memuaskan sampai yang luarbiasa memuaskan) setiap jabatan.
Karyawan kemudian dinilai dengan mengidentifikasi skor yang sesuai dan
menggambarkan kinerja untuk masing-masing ciri. Nilai yang ditetapkan untuk
ciri-ciri itu kemudian dijumlahkan.
·
Metode Peringkatan Alternasi
Metode ini dengan cara membuat peringkat
dari karyawan yang terbaik sampai terjelek berdasarkan ciri tertentu.
·
Metode Perbandingan Berpasangan
Pada metode ini dibuat peringkat karyawan dengan membuat peta dari semua
semua pasangan karyawan yang mungkin untuk setiap ciri (kuantitas kerja,
kualitas kerja dll) dan menunjukkan mana karyawan yang lebih baik dari
pasangannya
·
Metode Distribusi Paksa
Metode ini dengan membuat peringkat karyawan sebuah kurva. Persentase yang
sudah ditentukan dari peserta penilaian ditempatkan dalam berbagai kategori
kinerja
·
Metode Insiden Kritis
Metode ini adalah membuatkan catatan tentang contoh-contoh yang luar biasa
baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kerja seorang
karyawan dan meninjaunya bersama karyawan tersebut pada waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
·
Metode Skala Penilaian Berjang-karkan
Perilaku (BARS)
Suatu metode penilaian yang bertujuan mengkombinasikan man-faat dari
insiden kritis dan oenilaian berdasarkan kuantitas dengan men-jangkarkan skala
berdasarkan kuan-titas pada contoh-contoh naratif spesifik dari kinerja yang
baik dan kinerja yang jelek
·
Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran
(MBO)
Metode ini meliputi penetapan tujuan khusus yang dapat diukur bersama
dengan masing-masing kar-yawan dan selanjutnya secara berkala meninjau kemajuan
yang dicapai.
Metode-metode di atas meru-pakan alat bantu untuk mengukur kinerja
karyawan. Masing-masing metode tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan akan
tetapi ada 5 masalah utama yang dapat merusak alat penilaian diatas yaitu :
Standar yang tidak jelas, Efek halo (bias penilaian diakibatkan kedekatan
hubungan), kecendrungan sentral (kecendrungan menilai ditengah-tengah), terlalu
longgar atau terlalu keras (kecendrungan menilai terlalu tinggi atau terlalu
rendah), Prasangka (bias penilaian karena perbe-daan karakteristik seperti
usia, ras atau jenis kelamin).
Untuk menghindari kemung-kinan memberikan penilaian yang subyektif dan
meminimalisasi masalah-masalah dalam penilaian kinerja, banyak perusahaan yang
mulai menerapkan jalur penilaian 360 derajat. Pada penilaian ini karyawan bukan
hanya dinilai oleh atasannya akan tetapi juga dinilai oleh rekan kerja, kolega,
customer, manajer lain dan bawahan. Model penilaian 360 derajat ini merupakan
penilaian keroyokan dari orang disekitar karyawan tersebut dan ini dilakukan ditiap
level.
4.
Penghargaan Kinerja
Merupakan tindak
lanjut proses penilaian kinerja yaitu kegiatan untuk memberikan penghargaan
atas kinerja yang telah dicapai karyawan. Kegiatan tersebut berupa promosi dan
rotasi atau peningkatan kompetensi juga termasuk pembe-rian bonus atau
peningkatan indeks gaji.
Peranan manajer dalam
penghargaan kinerja adalah :
1.
Memberikan pujian (diberikan pada saat
khusus, tulus dan layak, pada waktu yang tepat)
2. Memberikan tambahan tanggung jawab (beri
kesempatan, monitor kesulitan, dukungan, selesaikan administrasinya).
3. Memberikan usulan promosi (kualifikasi
sesuai dengan permintaan, tidak merugikan system sdm dan karyawan lain dan
monitoring pengusulannya)
4. Memberikan usulan peng-hargaan khusus
(usulan sesuai dengan peraturan, informasi disimpan oleh atasn, monitor
pengusulan yang dilakukan)
5. Memberikan informasi untuk kenaikan
merit dan bonus (memahami keterkaitan system penggajian/penghitungan bonus
dengan hasil penilaian kinerja, tidak melakukan justifikasi nilai demi
peningkatan pendapatan, memastikan kenaikan merit atau pemberian bonus didapat
oleh bawahan jelas alasannya).
Dapat disimpulkan bahwa salah satu alat ukur untuk menentukan apakah
perusahaan memi-liki kinerja yang baik adalah tercapainya atau tidak sasaran
yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun pencapaian sasaran perusahaan sangat
didukung oleh kinerja dari sumberdaya manusia yang ada. Jika kinerja sumberdaya
manusianya baik maka diharapkan kinerja perusahaanpun akan baik pula. Namun
demikian untuk mendapatkan kinerja yang baik perlu memanajemeni kinerja secara
efektif.
Referensi:
· Dessler, Gary, “Human Resources Management”, Prentice-Hall, Inc, 2005
Lembaga Manajemen PPM, “Modul Pelatihan Performance Management”, PPM Institute
of Management, 2004
· Martoyo, Susilo, “Manajemen Sumberdaya Manusis”, BPFE, Yogyakarta, 1998 Nawawi,
Hadari, “Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif”, Gajah Mada
University Press, 2000.
· Nitisemito, Alex, “Manajemen Personalia”, Ghalia Indonesia, 1996 Suit,
Yusuf dan Almasli, “Aspek sikap mental dalam Manajemen Sumberdaya Manusia”,
Ghalia Indonesia, 1997
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.