Menurut Mathis (2006) dalam Primajaya (2010) dalam Fauziah (2013) ada
tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja, (1) kemampuan meliputi: bakat,
minat, faktor kepribadian, (2) usaha yang dicurahkan meliputi : motivasi, etika
kerja, kehadiran, rancangan tugas, (3) dukungan organisasi meliputi: pelatihan
dan pengembangan, peralatan dan teknologi, standar kinerja, serta manajemen dan
rekan kerja..
Menurut Fauzia (2013) Motivasi juga merupakan hal yang perlu diperhatikan
oleh perusahaan, karena jika ditinjau lebih lanjut, terdapat kecenderungan
bahwa karyawan yang mempunyai motivasi tinggi mampu mencapai prestasi kerja
yang tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai motivasi rendah kurang mampu
dalam memenuhi target yang diterapkan perusahaan.
1.
Pengertian Motivasi
Robbins (2006:213) dalam
Fauziah (2013) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang ikut menentukan intensitas,
arah dan ketekunan mahasiswa dalam usaha mencapai sasaran. Dari pengertian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi mengandung tiga unsur kunci
yaitu intensitas, arah dan berlangsung lama. Intensitas terkait dengan seberapa
keras seseorang berusaha. Hal ini adalah unsur yang mendapat perhatian paling besar
jika berbicara mengenai motivasi, akan tetapi intensitas yang tinggi
kemungkinan tidak akan menghasilkan kinerja yang diinginkan jika upaya tersebut
tidak disalurkan ke arah yang menguntungkan dan oleh karena itu perlu mempertimbangkan
kualitas upaya tersebut maupun intensitasnya. Upaya yang diarahkan ke sasaran
dan konsisten dengan sasaran yang ingin dicapai adalah hal yang harus
dilakukan. Pada akhirnya, motivasi memiliki dimensi berlangsung lama.
Berdasarkan pengertian di
atas menurut Fauziah (2013) dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi
kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja
individu atau kelompok terhadap pekerjaan guna mencapai tujuan. Motivasi kerja
karyawan adalah kondisi yang membuat
karyawan mempunyai kemauan/kebutuhan
untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas. Motivasi kerja
karyawan akan mensuplai energi untuk bekerja/mengarahkan
aktivitas selama bekerja, dan menyebabkan seorang karyawan mengetahui adanya tujuan yang relevan antara
tujuan organisasi dengan tujuan pribadinya.
2.
Teori Motivasi Kerja
Maslow dalam Robbins (2006: 214) dalam Fauziah (2013) menyatakan
bahwa dalam diri semua orang terdapat lima jenjang kebutuhan yaitu :
- Psikologis, antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan), seks dan kebutuhan jasmani lain.
- Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
- Sosial, mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan.
- Penghargaan, mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi dan prestasi serta penghormatan dari luar seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian
- Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi dan pemenuhan kebutuhan diri.
Dari sudut pandang
motivasi, teori tersebut diatas mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang dapat
dipenuhi sepenuhnya namun kebutuhan
tertentu yang telah dipuaskan secara substansial tidak lagi menjadi pendorong
motivasi. Maslow dalam Robbins (2006:115) memisahkan kelima kebutuhan tersebut
di atas sebagai tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kebutuhan psikologis dan
kebutuhan akan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan tingkat rendah sementara
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri didudukkan ke
dalam tingkat tinggi. Pembedaan antara kedua tingkat tersebut berdasarkan
alasan bahwa kebutuhan tingkat tinggi dipenuhi secara internal (dalam diri
orangtersebut) sedangkan kebutuhan tingkat rendah terutama dipenuhi secara
eksternal (misalnya dengan upah, kontrak kerja dan masa kerja).
Motivasi kerja merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Motivasi kerja erat hubungannya dengan kinerja atau performansi seseorang.
Pada dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbeda-beda. Ada motivasi kerjanya tinggi
dan ada motivasi kerjanya rendah, bila motivasi kerjanya tinggi maka akan
berpengaruh pada kinerja yang tinggi dan sebaliknya jika motivasinya rendah
maka akan menyebabkan kinerja yang dimiliki seseorang tersebut rendah. Jika
karyawan mempunyai motivasi kerja tinggi
maka ia akan bekerja dengan keras, tekun, senang hati, dan dengan dedikasi
tinggi sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kinerja seorang karyawan akan baik apabila kebutuhannya untuk
berprestasi (achievement), untuk mendapatkan kekuasaan (power)
dan untuk afiliasi (affilition)
terpenuhi. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi dalam diri seorang
karyawan, maka karyawan akan menjadi termotivasi bekerja dan bersedia melaksanakan
kegiatan kerja dengan kinerja yang baik. Seseorang yang sangat termotivasi,
yaitu orang yang melaksanakan upaya optimal untuk mencapai kinerjanya.
Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal
bekerja. Bila sekelompok karyawan dan atasannya mempunyai kinerja yang baik,
maka akan berdampak pada kinerja perusahaan yang baik pula (Robbins, 2006:117).
Fauziah, Lia.2013.Pengaruh Motivasi, Pelatihan dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Nadira Prima Semarang. dalam http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj3qrKp9e3LAhUBSY4KHUU4B-sQFgghMAE&url=http%3A%2F%2Feprints.dinus.ac.id%2F8740%2F&usg=AFQjCNHDd4ahk96thhIZNhCPcV4iP-qOug&sig2=RfmbRzOmZy_YuvAI7biSvg&bvm=bv.118443451,d.dGY (diakses 1, April 2016)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.