1.1 Pengertian
Motivasi berasal dari kata motive, yang berarti dorongan. Dengan
demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
Banyak pengertian motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli,
seperti:
· Mathis&
Jackson (2006) megatakan, motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang
menyebabkan orang tersebut melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, motivasi
merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan.
· Robbins (2003), motivation
as the processes that account for individual’s intensity, direction, and
persistence of effort toward attaining a goal
· Wexley& Yukl
(1977), memberikan batasan sebagai “the process by which behavior is
energized and directed”
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, motivasi dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar
berperilaku (to behave) secara teratur. Motivasi merupan tugas bagi seorang
manajer untuk mempengaruhi orang lain (karyawan) dalam suatu perusahaan.
Ada dua macam motivasi dilihat dari sumbernya:
§ Motivasi intrinsik (intrinsic motivation) adalah
motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang berupa kesadaran mengenai
pentingnya manfaat pekerjaan yang dilaksanakannya.
§ Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) adalah
dorongan kerja yang bersumber dari luar diri pekerja, yang berupa suatu kondisi
yang mengharuskannya melaksanaka suatu pekerjaan secara maksimal.
1.2 Pendekatan Motivasi Kerja
Dalam perkembangannya, motivasi dapat dipandang menjadi empat pendekatan,
antara lain:
1. Pendekatan Tradisional (traditional
approach)
Pertamakali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor dari manajemen
ilmiyah (scientific management school). Dalam model ini yang menjadi
titik beratnya adalah pengawasan dan pengarahan.
Pada pendekatan ini, manajer menentukan cara yang paling efisien
untuk pekerjaan berulang dan memotivasi karyawan dengan sistem insentif upah,
semakin banyak yang dihasilkan maka semakin besar upah yang diterima.
2. Pendekatan Hubungan Manusia (human
relation model)
Pendekatan ini selalu dikaitkan dengan pendapat Elton Mayo. Mayo
mengemukakan bahwa kebosanan dan pengulangan berbagai tugas merupakan faktor
yang dapat menurunkan motivasi, sedangkan kontak sosial membantu dalam
menciptakan dan mempertahankan motivasi.
Dari pendekatan ini manajer dapat memotivasi karyawan dengan
memberikan kebutuhan sosial serta dengan membuat mereka berguna dan lebih
penting.
3. Pendekatan Sumber Daya Manusia
(McGregor)
Dalam pendekatan ini dinyatakan bahwa para karyawan dimotivasi
oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan,
tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti.
4. Pendekatan Kontemporer (contemporary
approach)
Didominasi oleh tiga tipe motivasi: teori isi, teori proses, dan
teori penguatan. Dalam teori ini manajer harus dapat memahami kebutuhan para
anggotanya untuk meningkatkan tanggung jawab dan kesetiaannya atas pekerjaan
dan organisasi.
1.3 Jenis Motivasi
A. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang
senang membaca, tidak usah
ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari
buku-buku untuk dibacanya.
Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
(misalnya kegiatan belajar),
maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang
terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar,
karena betul-betul ingin
mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah
tingkah lakunya secara
konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik
motivations are inherent in the learning
situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya
motivasi intrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
berkait dengan aktivitas
belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang
benar-benar ingin
mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau
ganjaran.
B. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya
perangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang itu belajar,karena
tahu besok paginya akan ujian
dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji
oleh pacarnya, atau
temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui
sesuatu, tetapi ingin
mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau
dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan
esensi apa yang
dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
1.4 Teori-Teori Motivasi Kerja
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam motivasi
kerja ini, antara lain:
1) Teori Kebutuhan
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini
menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang munculnya sangat
bergantung pada kepentingannya secara individu.
Maslow membagi kebutuhan manusia tersebut menjadi lima tingkatan (hierarki
kebutuhan). Kelima tingkatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
ü Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan
sebagainya)
ü Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
ü Kebutuhan akan rasa cinta, sosial, dan rasa memiliki
(bersosialisasi dengan orang lain, diterima, saling memiliki)
ü Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi,
dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
ü Kebutuhan aktualisasi diri:
- kebutuhan
kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
- kebutuhan
estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
- kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya
2) Teori Dua Faktor (Frederick
Herzberg)
Dalam teori ini dikemukakan bahwa, pada umumnya karyawan baru
lebih cenderung untuk memusatkan perhatiannya pada kebutuhan mendasar dalam
pekerjaan, terutama keamanan. Selanjutnya mereka akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan yg lebih tinggi, seperti kebutuhan inisiatif, kreativitas, dan
tanggung jawab.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam
organisasi:
a. Faktor Kepuasan (satisfaction):
prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan kemajuan
b. Faktor Ketidakpuasan (dissatisfaction):
kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, penggajian, hubungan kerja,
kondisi kerja, keamanan kerja, dan status pekerjaan.
3) Teori ERG (Clayton Alderfer)
ERG merupakan singkatan dari tiga kata, yaitu Existence,
Relatedness, dan Grouth. Alderfer melanjutkan teori hierarki
kebutuhan yang dihubungkan secara lebih dekat dengan hasil penelitian empiris,
sehingga hasilnya mendekati kenyataan (real condition).
Secara konseptual hasil tersebut dapat dilihat persamaannya dengan
teori kebutuhan Maslow, yaitu:
a) Existence dapat dikatakan identik
dengan hierarki pertama dan kedua (kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa
aman)
b) Relatedness senada dengan
hierarki ketiga dan keempat (kebutuhan sosial dan kebutuhan penghargaan diri)
4) Teori Keadilan
Teori ini mengemukakan bahwa orang selalu membandingkan anatara
masukan-masuka yang mereka berikan pada pekerjaannya dengan hasil yang
diperoleh dari pekerjaannya tersebut. Dari sini muncul dua kemungkinan, antara
lain keadilan (equality) dan ketidakadilan (inequality).
Sesuatu akan dikatakan adil apabila masukan-masukan sebagai
sumbangan mereka kepada perusahaan sama dengan apa yang mereka terima dari
perusahaan. Sebaliknya, ketidakadilan terjadi bila masukan-masukan tidak sama
dengan apa yang mereka terima dari perusahaan.
5) Teori Pengharapan (Victor Vroom)
Vroom mengatakan bahwa morivasi seseorang untuk mengupayakan
usaha-usaha dalam tingkat tertentu adalah fungsi dari tiga hal:
i.
Harapan (expectancy)
seseorang berkaitan dengan probabilitas yang upaya-upaya tersebut menuju kepada
kinerja
ii.
Pendekatan psikologis
(instrumentaly), atau hubungan kepedulian dari kinerja yang berhasil dengan
pencapaian penghargaan sesungguhnya
iii.
Interaksi emosional
(valence), yang menggambarkan nilai-nilai kepedulian orang tersebut terhadap
penghargaan
Oleh karena itu dalam teori ini, motivasi adalah hasil dari 3 hal:
Motivasi=(E×I×V). Jika E, I, atau V adalah nol atau tidak signivikan, maka
tidak ada motivasi.
6) Teori Lapangan (Kurt Lewin)
Teori ini merupakan kognitif untuk mempelajari prilaku dan
motivasi. Teori lapangan lebih memfokuskan pada fikiran nyata seorang pegawai
ketimbang pada insting atau habit. Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku
merupakan suatu fungsi dari lapangan pada suatu waktu. Kurt Lewin juga percaya
pada pendapat para ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku itu
merupakan fungsi dari seorang pegawai dengan lingkungannya.
Arif,Solihuddin. 2014.”Makalah Motivasi Kerja SDM”. http://solihuddinarif.blogspot.sg/2014/05/motivasi-kerja-sdm.html
diakses tanggal 26 May 2016 6:06 PM
Ariandy,novita. 2012.”Konsep Dasar Motivasi”. https://novitaariandy.wordpress.com/2012/10/07/konsep-dasar-motivasi/diakses
tanggal 26 May 2016 6:15 PM
Purba,Fransisco,dkk. 2015.”Teori-teori Motivasi”. http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2015/06/TUGAS-MANAJEMEN-SUMBER-DAYA-MANUSIA.pdf diakses tanggal 26 May 2016 6:27 PM
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.