Oleh:
Adrina Wita Hilderia S
ABSTRAK
Menurut Baron & Byrne (1994)
ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor pertama yaitu faktor organisasi yang berisi
kebijaksanaan perusahaan dan iklim kerja.
Faktor kedua yaitu faktor individual atau karakteristik karyawan. Pada faktor individual ada dua predictor penting terhadap kepuasan kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan banyak kemungkinan mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal. (p.45). Pendekatan Wexley dan Yukl (1977) berpendapat bahwa pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan baik faktor pekerjaan maupun faktor individunya.
Faktor kedua yaitu faktor individual atau karakteristik karyawan. Pada faktor individual ada dua predictor penting terhadap kepuasan kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan banyak kemungkinan mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal. (p.45). Pendekatan Wexley dan Yukl (1977) berpendapat bahwa pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan baik faktor pekerjaan maupun faktor individunya.
PENDAHULUAN
Davis dan Werther mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memangdang pekerjaan
mereka. Serta kepuasan kerja adalah tingkat dimanan individu merasakan positif
atau negative tentang suatu pekerjaan.
Robbins (2001) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap
umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menurut interaksi dengan
rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi
standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang dari ideal, dan
hal serupa lainnya.
Gibson, Ivanevich dan Donnely mengatakan
bahwa kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan seseorang tentang
kesejahteraanuntuk melakukan pekerjaan bahwa kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan. Bahwa
sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaan, persepsi itu adalah
proses kognitif (pemberian arti)yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan
dan memahami cara pandang individu dalam melihat hal yang sama dengan cara yang
berbeda. Kepuasan kerja juga adalah sebagai hasil dari persepsi karyawan
mengenai seberapa baik pekerjaan merekadan memberikan hal yang dinilai penting.
Koesmono (2005) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian,
perasaan atau sikap seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya dan
berhubungan dengan lingkungan kerja dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kepuasan kerja adalah dipenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhannya
melalui kegiatan kerja atau bekerja.
PEMBAHASAN
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian orang
lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga
mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada
beberapa teori tentang kepuasan kerja yaitu :
1. Two Factor Theory
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian
dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene factors.
Pada teori ini ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan
(seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan
orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah
reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance factors. Sebaliknya
kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau
hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan,
peluang promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan. Karena
faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan motivators.
2. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil
pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima
hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini
adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan
seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
3. Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)
Teori pertentangan dari locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan
terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai : 1.
pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan
apa yang diterima ; 2. pentingnya apa yang diinginkan bagi individu.
Menurut Locke seseorang individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan
sesuatu yang pribadi, tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian
atau pertentangan antara keinginan dan hasil keluarnya.
4. Model dari Kepuasan Bidang/ Bagian (Facet Satisfication)
Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan dari
Adams, menurut model Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu dari
pekerjaan mereka jika jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima
untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah yang mereka persepsikan dari
yang secara aktual mereka terima. Jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang
sebagai sesuai tergantung dari bagaimana orang mempersepsikan masukan
pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan
keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding.
5. Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Proses Theory)
Teori proses bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari
perspektif yang berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain. Teori
ini menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional
(emotional equilibrium), berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang bervariasi
secara mendasar dari waktu ke waktu akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan
kerja perlu dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai.
6. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan
adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity
atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan
orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain.
Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan,
atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan
atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis
pekerjaannya.
4. Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5. Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau
tidak.
KESIMPULAN
Kepuasan kerja merupakan respons emosional terhadap situasi kerja. Dengan
demikian, kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja
sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau
melampaui harapan.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas,
merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana
individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka
sebagiah besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan
yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif.
Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang
konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan
keputusan yang rasional, yaitu : menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria
keputusan, mengalokasikan bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif,
mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
- http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
- http://more23dy.blogspot.co.id/2014/10/kepuasan-kerja-teori-kepuasan-kerja-dan.html
- https://mettatya.wordpress.com/tag/kepuasan-kerja/
- https://chanatha.wordpress.com/2010/01/04/kepuasan-kerja/
- http://dedylondong.blogspot.co.id/2011/11/kepuasan-kerja-job-satisfaction.html
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama: Adetha Muhammad Dzulfaqar
ReplyDeleteNIM: 41619010038
Terima kasih kepada penulis yang telah memberikan pembahasan lengkap mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Bagi Karyawan. Banyak sekali faktor-faktor yang dimana memberikan kepuasan kerja bagi karyawannya seperti upah, kondisi lingkungan kerja, hubungan dengan atasan, promosi sebagai tingkat jenjang karir, dan juga pekerjaan itu sendiri. Dimana jika dilihat faktor-faktor ini dapat muncul dari pekerja sendiri yang harus bisa memutuskan apa yang ia punya dengan tempat kerja yang ia tuju, dan juga oleh perusahaan yang harus selalu berusaha untuk dapat memberikan kesejahteraan bagi karyawannya dengan mendukung dan mengapresiasi pekerjaannya.