Suksesi merupakan satu hal penting dari tiga pilar
sustainabilitas perusahaan keluarga. Kegagalan dalam suksesi adalah mematikan,
tidak perduli seberapa besar dan kokohnya perusahaan.
Dalam perusahaan keluarga suksesi melibatkan interaksi di dalam internal keluarga atau antar anggota keluarga dan interaksi anggota keluarga dengan perusahaan.
Dalam perusahaan keluarga suksesi melibatkan interaksi di dalam internal keluarga atau antar anggota keluarga dan interaksi anggota keluarga dengan perusahaan.
Hal pertama adalah masalah individu dari suksesor yang
sering dikenal dengan istilah suksesor, masalah ini menyangkut beberapa hal
seperti: ketidakmampuan dari suksesor untuk menjadi pemimpin, tidak adanya
motivasi suksesor untuk melanjutkan dan atau memimpin perusahaan dengan alasan
apapun, hilangnya calon suksesor secara mendadak yang disebabkan oleh berbagai
hal seperti kematian, cacat, dan lain sebagainya, hal yang sama juga berlaku
pada hilangnya orang tua secara mendadak, dan adanya perceraian orang tua atau
orang tua menikah lagi.
Hal kelima dan yang tidak kalah pentingnya adalah masalah
proses dari suksesi itu sendiri, hal ini menyangkut ketidakjelasan peran dari
pimpinan lama dan suksesor, tidak terkomunikasinya dengan baik
keputusan-keputusan suksesi kepada para anggota keluarga, kesalahan dalam
mengevaluasi kesenjangan antara kemampuan dari suksesor dengan kebutuhan
perusahaan, kurang handalnya kriteria dalam pemilihan calon suksesor, kurang
terekspose nya calon suksesor kepada para stakeholder dan masalah-maslah proses
suksesi lainnya.
Ke lima hal ini merupakan hal yang
harus dipecahkan dan diselesaikan dengan baik, apabila tidak maka nasib
perusahaan keluarga tinggal menunggu waktu. Kegagalan dalam suksesi
kepemimpinan bisa berdampak pada banyak hal seperti meluasnya konflik, baik di
dalam perusahaan maupun pada internal keluarga, kurangnya dukungan kepada
pemimpin baru dari semua stakeholder yang berakibat pada penurunan kinerja yang
menjurus pada hancurnya perusahaan dalam dimensi waktu yang berbeda-beda pada
setiap perusahaan
Terdapat beberapa rujukan model yang
dapat digunakan oleh perusahaan
keluarga di Indonesia dalam melakukan suksesi. Khususnya
untuk perusahaan
keluarga yang tergolong pada skala
kecil dan menengah. Contoh model itu adalah:
Lombardi model, Lansberg
model, Gobel model, dan Mooryati
model. Dalam
mengaplikasikan model suksesi
terdapat beberap hal yang
perlu dijadikan
pertimbangan, yaitu:
1. Perbedaan budaya Indonesian dan barat
(American-European),
2. Perbedaan etika kerja,
3. Perbedaan situasi dan peluang kerja antar
Negara,
4. Perbedaan tanggungan keluarga (family bond),
5. Perbedaan tata nilai dalam memandang
konflik,
6. Perbedaan antar generasi (generational gap),
7. Perbedaan perhatian dalam berkonflik.
Oleh karenya, diperlukan model suksesi
yang sesuai dengan dengan kondisi
perusahaan keluarga di Indonesia,
khususnya untuk kelas
ekonomi kecil dan
menengah. Model suksesi juga diharapkan
dapat menjawab beberapa pertanyaan
seperti:
1. Kapan waktu yang paling tepat dalam melakukan
suksesi,
2. Bagaimana proses dan tahapan suksesi
berlangsung,
3. Apa yang perlu disiapkan,
4. Siapa yang harus berpartisipasi saat
perencanaan suksesi berlangsung
dan diimplementasikan,
5. Bagaimana komposisi saham diantara anggota
keluarga.
Soedibyo (2007)
menemukan dalam penelitiannya, bahwa
terdapat lima
fakta penting dalam proses suksesi di
perusahaan keluarga, yaitu:
1. Persiapan suksesi adalah sangat
penting, itulah sebabnya
persiapan
suksesi harus dikerjakan secara
bersama-sama antara generasi tua dan
generasi penerus. Keberlanjutan
perusahaan keluarga tergantung pada
kualitas persiapannya.
2. Generasi muda yang kompeten adalah prasyarat
untuk memelihara dan
meningkatkan kinerja perusahaan
keluarga.
3. Mutu suksesi ditentukan oleh variable yang
dapat mengkomunikasikan
konsep dan filosofi kepada generasi
muda.
4. Penanaman nilai-nilai keluarga adalah sangat
penting untuk dilakukan
bersama. Untuk menghindari konflik,
diperlukan pernyataan yang jelas
atas hak dan
kewajiban masing-masing
anggota keluarga sejak dini.
Konsep unit entity
(pembedaan antara milik
sendiri dan milik
perusahaan) harus betul-betul dipahami
dengan jelas diantara anggota
keluarga.
5. Factor
lain yang menentukan
keberhasilan suksesi adalah
semangat,
pamrih
(intention), kejujuran, dan honesty, and
ketulusan (sincerity)
dalam melakukan bisnis. Konflik antara
generasi tua dan muda berasal
dari perlakuan yang berbeda
dalam memandang bagaimana
melanjutkan perusahaan keluarga.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.