Oleh : Sylvia Della
A. PENGERTIAN KEPUASAN KERJA
Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan kerja adalah sikap umum
terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan
yag diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima
(Robbin, 2003:78).
Greenberg dan Baron (2003:148)
mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang
dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Selain itu Gibson (2000:106)
menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para pekerja tentang
pekerjaan mereka. Hal itu merupakan hasil dari persepsi mereka tentang
pekerjaan.
Kepuasan kerja merupakan respon
afektif atau emosional terhadap berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang
sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif
puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih
aspek lainnya.
Kepuasan Kerja merupakan sikap
(positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian
terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu
pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah
satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai
situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Locke mencatat bahwa
perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja
cenderung mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalaman-pengalaman
kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-harapan untuk masa depan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam kepuasan
kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah
nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan
selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja secara keseluruhan
bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan kerja (dari setiap aspek
pekerjaan) dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu.
Menurut Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas terhadap
pekerjaannya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung
bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara
keinginan-keinginannya dengan hasil keluarannya (yang didapatnya).
Tidak ada satu batasan dari
kepuasan kerja/ pekerjaan yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang
menyimpulkan ada dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai
pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari
tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Howell dan Dipboye (1986)
memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau
tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Selanjutnya dibahas tiga model
yang mencerminkan hubungan-hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi
untuk performance secara efektif.
CONTOH:
Pada model A, kondisi kerja
mempengararuhi sikap tenaga kerja terhadap pekerjaan dan organisasi, dan sikap
ini secara langsung mempengaruhi secara langsung besarnya upaya untuk melakukan
pekerjaan.
Pada model B,Sikap kerja
merupakan akibat dari, dan bukan yang menetukan motivasi kerja dan unjuk kerja.
Pada model C,mengungkapkan bahwa
tidak ada hubungan kausal langsung antara sikap kerja dan unjuk kerja. Sikap
tidak menyebabkan timbulnya unjuk kerja tertentu.
Sikap kerja yang dibicarakan
dalam model A,B, dan C mengungkapkan kepuasan kerja. Makin positif sikap
kerjanya, makin besar kepuasan kerjanya.
Motivasi ( Effort), kemampuan,
dan persepsi peran, menghasilkan unjuk kerja (performance)dan memperoleh
imbalan ( reward). Imbalan dinilai apakah adil (perceived equittable reward),
hasilnya menentukan besar kecilnya kepuasan kerja. Motivasi menetukan tinggi
rendahnya unjuk kerja. Unjuk kerja menghasilkan imbalan ( dinilai adil atau
tidak) yang menetukan tinggi rendahnya kepuasan kerja.
B. TEORI KEPUASAN KERJA
Teori kepuasan kerja mencoba
mengungkapkan apa yang membuat sebagian orang lebih puas terhadap suatu
pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga mencari landasan tentang
proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang
kepuasan kerja yaitu :
1. Two Factor Theory
Teori ini menganjurkan bahwa
kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda
yaitu motivators dan hygiene factors.
Pada teori ini ketidakpuasan
dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah,
keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan bukan dengan
pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai
hygiene atau maintainance factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari
faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung
daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi
dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini
berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan motivators.
2. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja
terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti
diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan
sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek
pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar
perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
3. Teori Pertentangan
(Discrepancy Theory)
Teori pertentangan dari locke
menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari
pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai : 1. pertentangan yang
dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang
diterima ; 2. pentingnya apa yang diinginkan bagi individu.
Menurut Locke seseorang individu
akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung
bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan
dan hasil keluarnya.
4. Model dari Kepuasan Bidang/
Bagian (Facet Satisfication)
Model Lawler dari kepuasan bidang
berkaitan erat dengan teori keadilan dari Adams, menurut model Lawler orang
akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika jumlah dari bidang
mereka persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama
dengan jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima.
Jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang sebagai sesuai tergantung dari
bagaimana orang mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan
bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang
dijadikan pembanding.
5. Teori Proses-Bertentangan
(Opponent-Proses Theory)
Teori proses bertentangan dari
Landy memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar
daripada pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin
mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium),
berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang bervariasi secara mendasar dari
waktu ke waktu akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan
secara periodik dengan interval waktu yang sesuai.
6. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau
tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu
situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang
dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,
maupunditempat lain.
C. ASPEK-ASPEK KEPUASAN KERJA
Lima aspek yang terdapat dalam
kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It
self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik berarti mau
menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai
figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan
dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik
yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan
dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama
bekerja.
5. Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan
kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Aspek-aspek lain yang terdapat
dalam kepuasan kerja :
1. Kerja yang secara mental
menantang
Kebanyakan Karyawan menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan
gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai
kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan sistem
upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris
dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan
pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas,
kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang.
Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam
lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau
mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam
kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak
yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula
karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak,
dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang
mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and
just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan
kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.
Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik
yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan,
dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau
sedikit).
4. Rekan kerja yang mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih
daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi
kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu
bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan
kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan
utama dari kepuasan.
5. Kesesuaian kepribadian dengan
pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe
kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih
seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat
untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar
kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini,
mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi
dari dalam kerja mereka.
D. MENGUKUR KEPUASAN KERJA
Greenberg dan Baron menunjukkan
tiga cara untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja yaitu :
1. Rating Scale dan Kuesioner
Dengan metode ini orang menjawab
pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan rating scales sehingga mereka
melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical incidents
Individu menjelaskan kejadian
yang menghubungkan pekerjaan mereka yang dirasaka terutama memuaskan atau tidak
memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkap tema yang mendasari.
Sebagai contoh misalnya apabila banyak pekerja yang menyebutkan situasi pekerjaan
dimana mereka mendapatkan perlakuan kurang baik oleh supervisor atau
sebaliknya.
3. Interviews
Dengan melakukan wawancara tatap
muka dengan pekerja dapat diketahui sikap mereka secara langsung dan dapat
mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur.
Sementara itu menurut Robbins
(Wibowo:2007) ada dua pendekatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
kepuasan kerja yaitu :
1. Single Global Rating yaitu
meminta individu merespon atas suatu pertanyaan seperti; dengan mempertimbangkan
semua hal, seberapa puas anda dengan pekerjaan anda? Individu bisa menjawab
puas dan tidak puas.
2. Summation Scoren yaitu dengan
mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan pekerja
tentang maing-masing elemen. Faktor spesifik yang diperhitngkan adalah sifat
pekerjaan, supervisi, upah, kesempatan promosi dan hubungan dengan rekan kerja.
Penelitian dari Spector (Yuwono,
2005, p. 69) mendefinisikan kepuasan sebagai cluster perasaan evaliatif tentang
pekerjaan dan ia dapat mengidentifikasikan indikator kepuasan kerja dari
sembilan aspek yaitu :
1. Upah : jumlah dan rasa
keadilannya
2. Promosi : peluang dan rasa
keadilan untuk mendapatkan promosi
3. Supervisi : keadilan dan
kompetensi penugasan menajerial oleh penyelia
4. Benefit: asuransi, liburan dan
bentuk fasilitas yang lain
5. Contingent rewards : rasa
hormat, diakui dan diberikan apresiasi
6. Operating procedures :
kebijakan, prosedur dan aturan
7. Coworkers : rekan kerja yang
menyenangkan dan kompeten
8. Nature of work : tugas itu
sendiri dapat dinikmati atau tidak
9. Communication : berbagai
informasi didalam organisasi (vebal maupun nonverbal)
E. PENGARUH KEPUASAN KERJA
1. Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa
produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan
kerja mungkin merpakan akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas
yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang
mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan
performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja
menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat
mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.
2. Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers,
ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan ketidakpuasan
kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran.
Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan
kemampuan untuk hadir.
Sementara itu menurut Wibowo
(2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi
negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan
bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
3. Keluarnya Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau keluar
dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka besar kemungkinannya
berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan
kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan
meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik
perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan
lainnya.
4. Respon terhadap Ketidakpuasan
Kerja
Ada empat cara tenaga kerja
mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):
a. Keluar (Exit) yaitu
meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
b. Menyuarakan (Voice) yaitu
memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk
memperbaiki kondisi.
c. Mengabaikan (Neglect) yaitu
sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau
semakin sering membuat kesalahan.
d. Kesetiaan (loyality) yaitu
menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela
perusahaan terhadap kritik dari luar.
F. CIRI PEKERJA YANG MEMILIKI KEPUASAN KERJA
Menurut Herzberg (1959), ciri
perilaku pekerja yang puas adalah mereka mempunyai motivasi untuk bekerja yang
tinggi, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaanya, sedangkan ciri pekerja
yang kurang puas adalah mereka yang malas berangkat ke tempat bekerja dan malas
dengan pekerjaanya. Tingkah laku karyawan yang malas tentunya akan menimbulkan
masalah bagi perusahaan berupa tingkat absensi yang tinggi, keterlambatan
kerja, dan pelanggaran disiplin yang lainnya. Sebaliknya tingkah laku karyawan
yang merasa puas akan lebih menguntungkan bagi perusahaan.
G. FUNGSI KEPUASAN KERJA
• Untuk meningkatkan disiplin
karyawan dalam menjalankan tugasnya. Karyawan akan datang tepat waktu dan akan
menyeleseikan tugasnya sesuai dengan waktu yng telah ditentukan.
• Untuk meningkatkan semangat
kerja karyawan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan (Luthans, 1998:126).
H. FAKTOR KEPUASAN KERJA
Menurut Kreitner dan Kinicki
(2005) (12) terdapat lima faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan
yaitu:
1) Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan).
Model ini mengajukan bahwa kepuasan ditentukan tingkatan karakteristik pekerjaan yang memungkinkan kesempatan pada individu untuk
memenuhi kebutuhannya.
2) Discrepancies (perbedaan). Model ini
menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh
individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar daripada apa yang
diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya
diperkirakan individu akan puas apabila mereka menerima manfaat diatas
harapan.
3) Value attainment (pencapaian nilai).
Gagasan value attainment adalah bahwa kepuasan merupakan hasil dari persepsi
pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4) Equity (keadilan). Dalam model ini
dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari persepsi orang
bahwa perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih menguntungkan
dibandingkan dengan perbandingan antara keluaran dan masukkan pekerjaan
lainnya.
5) Dispositional/genetic components (komponen
genetik). Beberapa rekan kerja atau
teman tampak puas terhadap variasi lingkungan kerja, sedangkan lainnya
kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja
sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Model menyiratkan
perbedaan individu hanya mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan
kerja seperti halnya karakteristik lingkungan pekerjaan.
I. KOMPONEN-KOMPONEN KEPUASAN KERJA
Menurut Yudha kepuasan kerja
merupakan kombinasi dari beberapa komponen pendekatan, yaitu :
• Pendekatan Psikologi Sosial
(the social psychological approach)
Berkaitan dengan bagaimana
persepsi individu terhadap pekerjaan itu sendiri.
• Pendekatan Ekonomi neo-klasik (neo
-classical economic approach)
Berhubungan dengan berapa jumlah
kompensasi yang diperoleh melalui pekerjaan tersebut guna memenuhi kebutuhan
hidupnya (termasuk keluarganya).
• Pendekatan Sosiologi
(sociological approach)
Menekankan bagaimana kondisi hubungan
interpersonal dalam konteks lingkungan sosial.
Menurut Greenberg dan Baron
kepuasan kerja meliputi beberapa unsur
• Komponen Evaluatif (evaluative
component)
Adalah dasar afeksi (perasaan,
emosi) yang berfungsi untuk menilai suatu objek.
• Komponen Kognitif (cognitive
component)
Yaitu mengacu pada unsure
kecerdasan (intelektual) untuk mengatahui suatu objek, yakni sejauh mana
individu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan objek yang dimaksud.
• Komponen Perilaku (behavioral
component)
Adalah bagaimana individu
menentukan tindakan terhadap apa yang diketahui.
Referensi :
1. S
P Brown, “A Meta Analysis and Reviews of Organization Research and
Involvement”, Psychological Bulletin, September 199, page 235 – 255
2. Robbins
dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat
3. Bianca,
A. Susihono, W. 2012. Pengaruh Iklim
Organisasi Dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.Spektrum
Industri. Vol 10, No. 2. Diunduh tanggal 31 mei 2016.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.