Thursday, June 15, 2023

KUIZ 10 : KEPEMIMPINAN WANITA DALAM ORGANISASI

 Oleh : Nopi Febriani (@AA17-Nopi)

ABSTRAK

Kepemimpinan adalah suatu peran yang penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, peran wanita dalam kepemimpinan telah mengalami peningkatan signifikan di berbagai sektor, baik di bidang politik, bisnis, sosial, dan lainnya. Abstrak ini menggambarkan peran dan karakteristik kepemimpinan yang khas pada wanita. Penelitian dan pengalaman praktis menunjukkan bahwa kepemimpinan pada wanita memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari kepemimpinan pada pria. Wanita cenderung lebih terfokus pada kepentingan kolektif, dengan kecenderungan untuk berkolaborasi, membangun tim, dan mengedepankan kerja sama. Mereka juga memiliki kepekaan emosional yang kuat, yang memungkinkan mereka untuk mengenali dan merespons perasaan dan kebutuhan orang lain dengan lebih baik. Keterampilan komunikasi yang efektif juga menjadi ciri kepemimpinan wanita, dengan kemampuan untuk mendengarkan, menginspirasi, dan mempengaruhi orang lain secara positif. Secara keseluruhan, kepemimpinan pada wanita memiliki keunikan dan kelebihan yang signifikan. Dengan pengembangan lebih lanjut dan dukungan yang tepat, wanita dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Kata kunci: kepemimpinan, Wanita, kolektif


ABSTRACT

Leadership is an important role in every aspect of human life. In recent decades, the role of women in leadership has increased significantly in various sectors, both in the political, business, social, and other fields. This abstract describes the leadership roles and characteristics typical of women. Research and practical experience show that leadership in women has several distinctive traits that distinguish it from leadership in men. Women tend to be more focused on collective interests, with a tendency to collaborate, build teams, and promote cooperation. They also have strong emotional sensitivity, which allows them to better recognize and respond to the feelings and needs of others. Effective communication skills also characterize female leadership, with the ability to listen, inspire, and influence others positively. Overall, leadership in women has significant uniqueness and advantages. With further development and the right support, women can make a valuable contribution in shaping a more inclusive and sustainable future.

Keywords: leadership, Women, collective


PENDAHULUAN

A.      Latar belakang

Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan paraanggotanya. Pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitaskehidupan kerja dan juga tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan perananpenting dalam membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan.Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Gibson (2005).

Menurut Nawawi dan Hadari (2004) Kepemimpinan yang diyakini salah satu faktor penting yang mempengaruhi prestasi bawahan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses kepemimpinan adalah perilakupemimpin yang bersangkutan atau gaya pemimpin. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dandipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, danperilaku organisasinya. Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagaicaraseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama danbekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Dalam sebuah organisasi atauinstitusi, dominasi pria sebagai pemimpin memang masih begitu kuat. Padahal kenyataannya, wanitapun mempunyai potensi yang tidak kalah dengan pria dalam hal memimpin. Kepemimpinan, tidak mungkin bisa terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin itu sendiri. Banyak yang menghubungkan antara kemampuan individu dalam memimpin dengan aspek biologis yang melekat pada diri sang pemimpin yaitu berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin laki-lakidan perempuan. Hal tersebut kemudian mengakibatkan timbulnya istilah ketimpangan gender (jenis kelamin laki-laki dan perempuan) yang kemudian menempatkan perempuan pada kondisi yang tidak menguntungkan, walaupun perempuan adalah sumber daya manusia yang bahkan di seluruh dunia jumlahnya jauh lebih besar daripada laki-laki (Mathiz, 2003).

Dalam dunia modern yang fokus kepada kompetensi dan performance, gender sudah bukan merupakan faktor pembeda dominan. Hal ini terlihat dari pekerjaan yang dulunya di dominasi kaum priasekarang dapat dikerjakan oleh kaum wanita dengan sangat baik mulai, dinas ketentaraan, sopir Taxi /Bus,driver alat berat pertambangan, mandor pertambangan, pengisian bahan bakar dan lain sebagainya, haltersebut membuktikan bahwa pria dan wanita sama- sama memiliki kemampuan sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami. Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia bisnis, gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dariitu, tantangan dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas terutama terletak pada organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan (Porter, 2004).

Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagaifaktor terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi (Bass, 1990). Pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadapkeberhasilan organisasi. kepemimpinanmerupakan suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi, karena kualitas suatu organisasi dapat dilihat dari kerja sama antara anggota organisasi dan pemimpinnya. Lazimnya, sebuah berkembangnya zaman, wanita pun mampu memimpin sebuah organisasi. Telah banyak sosok wanita-wanita hebat yangmenjadi pemimpin, baik itu sebagai presiden, direktur perusahaan, pemimpin organisasi atau komunitas dan sebagai pemimpin lainnya. Pria dan wanita memiliki gaya kepemimpinan yangberbeda. Pria lebih menggunakan norma keadilan sementara wanita menggunakan norma persamaan. Pria juga menggunakan strategi yang lebih luas dan lebih positif, perbedaan manajemen tidak akan terlihat jika wanita memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Di Indonesia RA Kartini merupakan tokoh penting bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak untuk belajar disekolah dan hak untuk memimpin sebuah organisasi.

Seorang wanita memiliki sifat demokratis dan rasa kepedulian yang tinggi. Hal ini membuat wanita berkompeten untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi sekalipun organisasi (Eagly, 1990). Namun apakah kepemimpinan Wanita dalam organisasi akan lebih efektif dan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan kepemimpinan pria? Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai pembahasan mengenai gaya kepemimpinan perempuan.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
  2. Apa yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan?
  3. Apakah kepemimpinan Wanita dalam organisasi akan lebih efektif dan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan kepemimpinan pria?

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
  2. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan.
  3. Untuk mengetahui kepemimpinan perempuan.

Pembahasan

A.      Pengertian Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain,terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas, atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahiran-kemahiran yang dimilikinya (Bass, 1990).

Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Ada banyak pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandangmasing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan diantaranya: Menurut Nurkolis (2003) Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi selanjutnya definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Mullins (2005) kepemimpinan adalah a relationship through which one person influencesthe behaviour or actions of other people. Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut.

Seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila secara genetika memiliki bakat-bakat kepemimpinan, kemudian bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinan serta ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

B.      Tipe Kepemimpinan

(Sumber: kompasiana.com)

Kepemimpinan yang efektif dan efisien akan terwujud apabila dijalankan berdasarkan fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus berusaha menjadi bagian dari situasi kelompok atau organisasi yang dipimpinnya (Northouse, 2018). Dalam mewujudkan tujuan dan fungsi kepemimpinan secara internal maka akan berlangsung suatu aktifitas kepemimpinan dan aktifitas tersebut akan dipilah-pilah maka akan terlihat secara jelas kepemimpinan dengan pola masing-masing. Pemimpin sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai karakter yang berbeda-beda dapat menentukan jalannya sendiri. Organisasi yang dipimpinnya dapat digotongkan da1am berbagai tipe atau bentuk yang dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut :

a.     Tipe Otoritas (Autocrat)

Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi otokrat berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi (Siagian, 2007). Dimana setiap perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya dan harus dilakukan. Seorang pemimpin yang autokratik adalah seorang yang sangat egois, egoisme yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan keinginannya apa yang secara subjektif diinterprestasikan sebagai kenyataan.

b.     Tipe peternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat diwarnai oleh harapan para pengikutnya. Harapan itu pada umumnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layaknya dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi nilai organisasi yang dianut biasanya seorang pemimpin yang peternalistik mengutamakan nilai kebersamaan, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol. Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.

c.     Tipe kharismatik

Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi daya tarik yang bisa untuk mempengaruhi orang lain. Sehingga ia mempunyai pengikut yang besar jumlahnya (Kartono, 2010). Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang di kagumi oleh orang banyak pengikut tersebut tidak selalu menjelaskan secara kongkrit mengapa tipe pemimpin yang kharismatik sangat dikagumi. Orang cenderung mengatakan bahwa orangorang tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di pimpin oleh orang kharismatik, tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap perilaku dan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang kharismatik mengunakan otokratik para bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada seorang pemimpin yang kharismatik.

d.     Tipe demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Seorang pemimpin yang berdemokratis dihormati dan disegani bukan ditakuti karena perilaku pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional mendorong pada bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh pemimpin demokratis mendengarkan pendapat, saran bahkan kritik dari orang lain, terutama dari bawahannya. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan faktor manusia sebagai faktor utama yang terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Tipe demokrasi ini lebih menunjukan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat serta perilaku menunjukan dan mengembangkan organisasi atau kelompok. Seorang pemimpin mengikut sertakan seluruh anggota kelompok dalam mengambil keputusan. Pemimpin perusahaan yang bersifat demikian akan selalu menghargai pendapat atau kreasi bawahannya. Pemimpin memberikan sebagian para bawahannya turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program yang akan dicapai (Yunus, 2009). 

A.    Kepemimpinan Perempuan

Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunan, tapi juga sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Perjuangan akan figure R.A. Kartini dapatdirasakan dengan adanya pergerakkan emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pimpinan kinimulai dihargai dan disetarakan. Sejalan dengan gerakan emansipasi dan gerakan kesetaraan gender yang intinya berusaha menuntut adanya persamaan hak wanita dalam berbagai bidang kehidupan, maka setahap demi setahap telah terjadi pergeseran dalam mempersepsi tentang sosok wanita. Mereka tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang, namun mereka bisa tampil di garis depan sebagai pemimpin yang sukses dalam berbagai sektor kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum lakilaki.Wanita memiliki kemampuan yang sama untuk berada di posisi puncak dalam karier,” Faktanya, dalam berbagai organisasi saat ini, saat gaya kepemimpinan yang keras dan kaku tidak lagi sesuai untuk karyawan, gaya kepemimpinan wanita yang komprehensif serta nilai-nilai positif lainnya membuat mereka lebih cocok untuk menduduki posisi puncak. Wanita dapat menjadi pemimpin bila dididik dengan cara berbeda dan tidak melulu menganggap diri mereka sebagai wanita melainkan bagian dari sesama manusia (Fitriani, 2015).

Dewasa ini, makin banyak wanita yang bekerja di bidang pekerjaan laki-laki. Mereka tidak saja bisa bertahan, namun juga sukses menjadi pemimpin. Kaum wanita pun bisa menunjukkan dirinya sebagai makhluk yang luar biasa kuat dan berani, dan tidak kalah dari kaum pria. Secara esensial dalam manajemen dan kepemimpinan pun pada dasarnya tidak akan jauh berbeda dengan kaum pria. Beberapa tokoh perempuan yang berhasil menjadi pemimpin, Margareth Tatcher di Inggris yang dijuluki sebagai “SiWanita Besi”, Indira Gandhi di India, Cory Aquino di Philipina. Emansipasi bukan diartikan pertukaran fungsi karena seorang pemimpin wanita yang memahami posisi dirinya sebagai wanita jangan diartikan sebagai sebuah kelemahan melainkan kekuatan & kecerdasan dalam menempatkan diri di rumah, dunia kerja, tempat ibadah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Peran sebagai wanita tidak dapat digantikan oleh kaum pria, maka secara tidak langsung pemimpin wanita sudah memiliki ekstra posisi yang tidak dapat digantikan.Dengan memberi kesempatan dan menyemangati wanita untuk berperan sebagai pemimpin,pemerintah dan organisasi dapat memperluas bakat yang ada,” Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu, peneliti menemukan lima ciri yang banyak dimiliki oleh wanita pemimpin:

 

1)    Kemampuan untuk membujuk, wanita pemimpin umumnya lebih persuasif bila dibandingkan dengan pria, la cenderung lebih berambisi dibandingkan pria – keberhasilannya dalam membujuk orang lain untukberkata “ya” akan meningkatkan egonya dan memberinya kepuasan. Meskipun demikian, saat memaksakan kehendaknya, sisi sosial, feminin, dan sifat empatinya tidak akan hilang,

2)    Membuktikan kritikan yang salah, mereka “belum bermuka tebal”, wanita pemimpin memiliki tingkat kekuatan egoyang lebih rendah dibandingkan pria, artinya mereka masih bisa merasakan rasa sakit akibat penolakan dan kritik. Namun, tingkat keberanian, empat, keluwesan, dan keramahan yang tinggi membuat merekacepat pulih, belajar dari kesalahan, dan bergerak maju dengan sikap postif “akan saya buktikan”,

3)    Semangat kerja tim, wanita pemimpin yang hebat cenderung menerapkan gaya kepemimpinan secara komprehensif saat harus menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Mereka juga lebih fleksibel, penuh pertimbangan, dan membantu stafnya. Bagaimanapun, wanita masih harus banyak belajar dari pria dalam hal ketelitian saat memecahkan masalah dan membuat keputusan,

4)    Sang pemimpin, Wanita pemimpin yang hebat umumnya memiliki karisma yang kuat, begitu juga pria. Mereka persuasif, percayadiri, serta berkemauan kuat untuk menyelesaikan tugas dan energik,

5)    Berani mengambil risiko, tidaklagi berada di wilayah yang aman, wanita pemimpin pada dasarnya berani melanggar aturan dan mengambil risiko, sama seperti pria sekaligus memberi perhatian yang sama pada detail. Merekaberspekulasi di luar batas-batas perusahaan, dan tidak sepenuhnya menerima aturan struktural yang ada, seperti peraturan dan kebijakan perusahaan.

Pada dasarnya, wanita memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin. Merekacenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking—mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus. Wanita juga memiliki bakat untuk menjalin networking dan melakukan negosiasi. Demikian menurutHelen Fisher, seorang penulis dan profesor di Rutgers University. Kemampuan-kemampuan itu tentu sajatidak eksklusif hanya ada pada wanita. Namun ketimbang lakilaki, kaum wanita yang cenderung lebih sering menunjukkan sifat-sifat tersebut. Wanita juga bertanggung jawab dan suka mengatasi tantangan-tantangan dalam pekerjaannya. Ada banyak tantangan yang dihadapi kaum wanita dalam mendaki puncak karier di organisasi.

Salah satu yang utama adalah faktor budaya. Sejak jaman dahulu, wanita dan laki-laki telah melakukan pekerjaan yang berbeda. Tugas-tugas yang mereka kerjakan membutuhkan keahlian yang berbeda. Faktor budaya ini juga mempengaruhi bagaimana cara wanita dan laki-laki bertindak dan berpikir. Faktor budayaini juga terlihat dalam organisasi. Laki-laki dituntut untuk bersikap tegas dalam memimpin. Tetapi ketika wanita bersikap tegas, dia kerap disebut agresif. Kebanyakan pemimpin laki-laki juga mementor anak buahnya yang laki-laki. Masih jarang ada pemimpin laki-laki yang mementor wanita. Dari contoh tersebut, terlihat bahwa masalah budaya menjadi faktor utama dalam kemajuan perempuan.

Dalam kehidupan jaman modern saat ini wanita tidak lagi dilihat sebelah mata. Wanita jaman sekarang sudah memiliki kekuatan untuk berdiri sejajar dengan pria. Banyak wanita pekerja keras, yang bahkan ada yang bekerja untuk membantu menambah penghasilan orangtuanya ketika mereka sudah dewasa, atau bahkan membantu suaminya mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari. Peran wanita dalam segala aspek memiliki peran yang sangat penting. Wanita dewasa ini mampu menempatkan dirinya dalam lingkungan yang berbeda-beda. Berbeda dalam hal ini adalah, ketika wanita menjadi seorang istri dari suami yang dicintainya, kedudukannya sebagai istri tentunya menurut kepada suami, membantu melayani suami dalam segala permasalahan rumah tangga. Wanita mampu mendampingi suami dalam situasi apapun (Angraeni, 2020:56).

Pada era ini wanita memiliki banyak kesempatan untuk lebih mengembangkan diri, menyuarakan aspirasi wanita lain dan saling membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri. Kedudukan wanita yang diperjuangkan untuk mendapat kesetaraan dengan pria di mata masyarakat saat ini sudah mulai terlihat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya wanita yang memulai terjun ke dalam urusan publik. Wanita saat ini tidak lagi terikat dalam urusan domestik tetapi sudah ada yang memulai untuk menjangkau urusan publik baik dalam tatanan pemerintahan (politik), sektor ekonomi, dan bidang pendidikan. Keterlibatan wanita dalam berbagai ranah publik saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya wanita menjadi pemimpin dalam suatu organisasi baik nasional maupun internasional dan melahirkan berbagai macam prestasi. Keikutsertaan wanita sebagai pemimpin di masyarakat memberikan nuansa baru bagi perkembangan pandangan masyarakat terhadap wanita itu sendiri. Wanita tidak lagi dilihat sebagai sosok yang lemah.

KESIMPULAN

Efektivitas kepemimpinan tidak tergantung pada jenis kelamin seseorang, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas kepemimpinan individu, karakteristik pribadi, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin.

Berdasarkan penelitian dan pengamatan, terdapat manfaat unik yang terkait dengan kepemimpinan wanita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih berempati, kolaboratif, dan memiliki kecenderungan untuk mengadopsi gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan partisipatif dapat merangsang partisipasi anggota tim, membangun hubungan yang kuat, dan mendorong keberagaman pendapat yang mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih baik.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua wanita memiliki karakteristik ini, dan beberapa pria juga dapat mempraktikkan gaya kepemimpinan yang sama. Ada beragam gaya kepemimpinan yang efektif, termasuk kepemimpinan transformasional, transaksional, demokratis, otoriter, dan lainnya. Setiap gaya kepemimpinan dapat berhasil dalam konteks yang berbeda tergantung pada tugas, lingkungan, dan karakteristik tim yang dipimpin.

Penting untuk tidak menggeneralisasi bahwa satu jenis kelamin secara umum lebih efektif dalam kepemimpinan. Dalam upaya mencapai kesetaraan gender, penting untuk memilih pemimpin berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kemampuan mereka, tanpa memandang jenis kelamin mereka.

Jadi, kesimpulannya, tidak dapat dikatakan dengan pasti bahwa kepemimpinan wanita secara keseluruhan lebih efektif daripada kepemimpinan pria. Efektivitas kepemimpinan tergantung pada sejumlah faktor yang kompleks dan individual yang tidak dapat disederhanakan menjadi perbedaan gender semata.


DAFTAR PUSTAKA

Bass, B. M. 1990. Handbook of leadership: Theory, research & managerial applications (3rd Ed). New York: The Free Press.

Eagly, A.H., and johnson, B.T. 1990. Gender and Leadership style: A Meta Analisys CHIP Documents.

Fitriani, A. (2015). Gaya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 11(2), 1-22.

Gibson, James, L. 2005. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses . Edisi ke 5. Cetakan ke 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartono, K. (2018). Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press.

Mathis, Robert dan John Jackson. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Buku 2. Jakarta: PT. Salemba 4.

Mullins J. Laurie. 2005. Management and Organisational Behavior, 7thEdition. Essex: Pearson Education Limited.

Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Nurkolis. 2003. Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi", Grasindo.

Porter, L. W., Crampon, W. J., & Smith, F. J. 2004. Organizational commitment and managerial turnover. Organizational Behavior and Human Performance.

Siagian, Y. M. (2007). Leadership Non Finito. Jakarta: Grasindo

Yunus, A. L. (2009). Leadership model: Konsep dasar, dimensi kinerja, dan gaya kepemimpinan. Malang: UIN-Maliki Press

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.