Tuesday, May 24, 2016

Faktor Penting dalam Suksesi Perusahaan Keluarga


Suksesi merupakan satu hal penting dari tiga pilar sustainabilitas perusahaan keluarga. Kegagalan dalam suksesi adalah mematikan, tidak perduli seberapa besar dan kokohnya perusahaan.
Dalam perusahaan keluarga suksesi melibatkan interaksi di dalam internal keluarga atau antar anggota keluarga dan interaksi anggota keluarga dengan perusahaan.

 Berkenaan dengan interaksi dan kesiapan seluruh anggota keluarga dalam perencanaan dan proses suksesi kepemimpinan, para ahli manajemen perusahaan keluarga menegaskan ada lima hal penting yang menyangkut masalah internal keluarga yang sangat mempengaruhi keberhasilan dari suksesi kepemimpinan tersebut. Apabila salah satu dari kelima masalah ini ada dalam mekanisme dan


Hal pertama adalah masalah individu dari suksesor yang sering dikenal dengan istilah suksesor, masalah ini menyangkut beberapa hal seperti: ketidakmampuan dari suksesor untuk menjadi pemimpin, tidak adanya motivasi suksesor untuk melanjutkan dan atau memimpin perusahaan dengan alasan apapun, hilangnya calon suksesor secara mendadak yang disebabkan oleh berbagai hal seperti kematian, cacat, dan lain sebagainya, hal yang sama juga berlaku pada hilangnya orang tua secara mendadak, dan adanya perceraian orang tua atau orang tua menikah lagi.

 Hal kedua adalah masalah ketidakharmonisan hubungan antara para pihak, seperti halnya adanya konflik persaingan antara orang tua dan anak, konflik di antara para anggota keluarga, konflik antara suksesor-orang tua-dan para professional di dalam perusahaan, adanya kurangnya kepercaraan terhadap suksesor dari para professional perusahaan, kurangnya dukungan dan atau komitmen dari para professional terhadap calon suksesor, serta ketidak harmonisan lainnya antara suksesor dengan stakeholder lainnya.

 Hal ketiga adalah adanya masalah-masalah keuangan, seperti ketidakmampuan membayar pajak-pajak atas kekayaan atau saham yang diwariskan dari orang tua kepada anak (apabila ada), dan yang paling penting adalah keluarga belum menyiapkan perencanaan keuangan yang memadai kepada orang tua setelah dia melepaskan jabatan dan tidak lagi mendapatkan penghasilan rutin dari perusahaan.

 Hal keempat adalah masalah-masalah kontekstual, seperti adanya perubahan yang drastis pada kinerja perusahaan, menurunnya skala usaha, adanya kehilangan pemasok dan pelanggan utama perusahaan. Hal-hal ini akan sangat mempengaruhi motivasi dari suksesor untuk meneruskan usaha keluarga.

Hal kelima dan yang tidak kalah pentingnya adalah masalah proses dari suksesi itu sendiri, hal ini menyangkut ketidakjelasan peran dari pimpinan lama dan suksesor, tidak terkomunikasinya dengan baik keputusan-keputusan suksesi kepada para anggota keluarga, kesalahan dalam mengevaluasi kesenjangan antara kemampuan dari suksesor dengan kebutuhan perusahaan, kurang handalnya kriteria dalam pemilihan calon suksesor, kurang terekspose nya calon suksesor kepada para stakeholder dan masalah-maslah proses suksesi lainnya.

Ke lima hal ini merupakan hal yang harus dipecahkan dan diselesaikan dengan baik, apabila tidak maka nasib perusahaan keluarga tinggal menunggu waktu. Kegagalan dalam suksesi kepemimpinan bisa berdampak pada banyak hal seperti meluasnya konflik, baik di dalam perusahaan maupun pada internal keluarga, kurangnya dukungan kepada pemimpin baru dari semua stakeholder yang berakibat pada penurunan kinerja yang menjurus pada hancurnya perusahaan dalam dimensi waktu yang berbeda-beda pada setiap perusahaan
Terdapat beberapa rujukan model yang dapat digunakan oleh perusahaan

keluarga  di  Indonesia  dalam  melakukan  suksesi.  Khususnya  untuk  perusahaan

keluarga yang tergolong pada skala kecil dan menengah. Contoh model itu adalah:

Lombardi  model,  Lansberg  model,  Gobel  model,  dan  Mooryati  model.    Dalam

mengaplikasikan  model  suksesi  terdapat  beberap  hal  yang  perlu  dijadikan

pertimbangan, yaitu:  

1.  Perbedaan budaya Indonesian dan barat (American-European), 

2.  Perbedaan etika kerja, 

3.  Perbedaan situasi dan peluang kerja antar Negara, 

4.  Perbedaan tanggungan keluarga (family bond), 

5.  Perbedaan tata nilai dalam memandang konflik, 

6.  Perbedaan antar generasi (generational gap), 

7.  Perbedaan perhatian dalam berkonflik. 

 Oleh karenya, diperlukan model suksesi yang sesuai dengan dengan kondisi

perusahaan  keluarga  di  Indonesia,  khususnya  untuk  kelas  ekonomi  kecil  dan

menengah. Model suksesi juga diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan

seperti:  

1.  Kapan waktu yang paling tepat dalam melakukan suksesi,

2.  Bagaimana proses dan tahapan suksesi berlangsung,

3.  Apa yang perlu disiapkan,

4.  Siapa yang harus berpartisipasi saat perencanaan suksesi berlangsung

dan diimplementasikan,

5.  Bagaimana komposisi saham diantara anggota keluarga.

 Soedibyo  (2007)  menemukan  dalam  penelitiannya,  bahwa  terdapat  lima

fakta penting dalam proses suksesi di perusahaan keluarga, yaitu:

1.  Persiapan  suksesi  adalah  sangat  penting,  itulah  sebabnya  persiapan

suksesi harus dikerjakan secara bersama-sama antara generasi tua dan

generasi penerus. Keberlanjutan perusahaan keluarga tergantung pada

kualitas persiapannya.

2.  Generasi muda yang kompeten adalah prasyarat untuk memelihara dan

meningkatkan kinerja perusahaan keluarga.

3.  Mutu suksesi ditentukan oleh variable yang dapat mengkomunikasikan

konsep dan filosofi kepada generasi muda.

4.  Penanaman nilai-nilai keluarga adalah sangat penting untuk dilakukan

bersama. Untuk menghindari konflik, diperlukan pernyataan yang jelas

atas  hak  dan  kewajiban  masing-masing  anggota  keluarga  sejak  dini. 

Konsep  unit  entity  (pembedaan  antara  milik  sendiri  dan  milik

perusahaan) harus betul-betul dipahami dengan jelas diantara anggota

keluarga.

5.  Factor  lain  yang  menentukan  keberhasilan  suksesi  adalah  semangat,

pamrih  (intention),  kejujuran,  dan  honesty,  and  ketulusan  (sincerity)

dalam melakukan bisnis. Konflik antara generasi tua dan muda berasal

dari  perlakuan  yang  berbeda  dalam  memandang  bagaimana

melanjutkan perusahaan keluarga.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.