BAB I. PENDAHULUAN
Motivasi berasal dari
kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini
sangat diperlukan seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Dalam menjalankan hidup, seseorang memerlukan banyak motivasi agar ia dapat menjalankan segala sesuatu yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam dunia pendidikan, seorang anak memerlukan motivasi baik dari orang tua, guru, maupun teman-temannya agar ia mampu meningkatkan prestasi belajarnya.Hal ini pula yang dibutuhkan orang dalam dunia kerja. Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia mendapatkan motivasi kerja yang baik pula. Motivasi kerja tidak hanya bersumber dari dalam diri orang itu saja, melainkan memerlukan perpaduan baik dari diri sendiri, atasan, mapun lingkungan kerja itu sendiri. Namun di balik semuanya itu, kita perlu mengetahui cara meningkatkan motivasi kerja karyawan. Terdorong akan rasa keingintahuan serta kenyataan seperti yang tersebut itulah yang membuat penulis memilih topik mengenai cara meningkatkan motivasi kerja. Selanjutnya, hasil pengkajian itu penulis uraikan dalam makalah berjudul “Meningkatkan Unjuk Kerja dengan Memberikan Motivasi Kerja yang Baik”
Dalam menjalankan hidup, seseorang memerlukan banyak motivasi agar ia dapat menjalankan segala sesuatu yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam dunia pendidikan, seorang anak memerlukan motivasi baik dari orang tua, guru, maupun teman-temannya agar ia mampu meningkatkan prestasi belajarnya.Hal ini pula yang dibutuhkan orang dalam dunia kerja. Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia mendapatkan motivasi kerja yang baik pula. Motivasi kerja tidak hanya bersumber dari dalam diri orang itu saja, melainkan memerlukan perpaduan baik dari diri sendiri, atasan, mapun lingkungan kerja itu sendiri. Namun di balik semuanya itu, kita perlu mengetahui cara meningkatkan motivasi kerja karyawan. Terdorong akan rasa keingintahuan serta kenyataan seperti yang tersebut itulah yang membuat penulis memilih topik mengenai cara meningkatkan motivasi kerja. Selanjutnya, hasil pengkajian itu penulis uraikan dalam makalah berjudul “Meningkatkan Unjuk Kerja dengan Memberikan Motivasi Kerja yang Baik”
BAB II. PEMBAHASAN
Motivasi berasal dari
kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini
diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Adapun
kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan motivasi
adalah mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar
mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya
untuk mewujudkan tujuan organisasi.[3]Motif adalah apa yang menggerakkan
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya
mengembangkan suatu kecenderungan perilaku tertentu. Dorongan untuk bertindak
ini dapat dipicu (touched off) oleh suatu rangsangan luar, atau lahir dari
dalam diri orang itu sendiri dalam proses fisiologis dan pemikiran individu
itu.[4] Definisi motivasi kerja menurut para penulis sebagai berikut:· Ellen A Benowitz, “motivasi kerja
adalah kekuatan yang menyebabkan individu bertindak dengan cara tertentu. Orang
punya motivasi tinggi akan lebih giat bekerja, sementara yang rendah
sebaliknya.”
·
John R. Schemerhorn, “motivasi
kerja yaitu mengacu pada pendorong di
dalam individu yang berpengaruh atas tingkat, arah dan gigihnya upaya seseorang
dalam pekerjaannya.”
·
George R. Terry, “motivasi kerja adalah
suatu keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak
sesuatu”.
·
Dr. Sondan P. Siagia, MPA, “motivasi
kerja merupakan keseluruhan proses pemberian motif bekerja para bawahan
sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis”.
·
Wahjosumadjo, “motivasi kerja merupakan
suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap kebutuhan
persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri seseorang
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh
dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan
dan keterampilan yang dimilikinya.[5]
A.
Pentingnya Motivasi Kerja
Motivasi kerja bisa
naik turun bahkan tak jarang hilang sama sekali. Kehilangan motivasi kerja bisa
disebabkan karena kita kekurangan alasan mengapa harus bekerja misalnya karena
kita tidak ada lagi motivasi untuk hidup. Hidup tentu mampunyai arti yang luas,
bukan sekedar bernafas saja. Hidup menjadi lebih hidup ketika seseorang hidup
seleranya, cita-citanya, semangatnya, tenaganya, visinya, bisnisnya, amalannya,
kontribusinya pada sesama dan banyak lagi.Kehilangan motivasi kerja dalam arti
luas berarti seperti kehilangan motivasi hidup dalam arti luas pula, jika
kehilangan motivasi kerja dalam waktu yang lama maka resikonya dalam jangka
panjang adalah mati. Kalau sekali waktu kehilangan motivasi hidup dalam waktu
pendek misalnya sejam dua jam atau sehari dua hari itu normal saja, namun
kehilangan motivasi kerja tersebut tetaplah penyakit yang perlu disembuhkan.[6]
B. Teori-teori Motivasi Kerja
1.
Teori Tata Tingkat Kebutuhan
Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia
berada dalam kondisi mengajar yang bersinambung. Jika satu kebutuhan dipenuhi,
langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. Maslow mengajukan
bahwa ada lima kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan faali (fisiologikal), rasa
aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Adapun uraian dari kelima kebutuhan
itu adalah sebagai berikut:
a)
Kebutuhan fisik (physical needs) yang
meliputi kebutuhan sehari-hari untuk makan, minum, berpakaian, bertempat
tinggal, berrumahtangga dan sejenisnya.
b)
Kebutuhan keamanan (safety needs) yang
meliputi kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau
perlindungan dari ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya.
c)
Kebutuhan Sosial (social need) Kebutuhan
untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, bermasyarakat dan
sejenisnya.
d)
Kebutuhan pengakuan/haraga diri (the
needs of esteems)Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian,
penghargaan dan pengakuan.
e)
Kebutuhan mengaktualisasikan diri .(the
needs for self actualization)Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untk menjadi kreatif,
kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh.[7]
2.
Teori Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan
Teori motivasi ini yang
dikenal sebagai teori ERG sebagai singkatan dari Existence, Relatedness, dan
Growth need, dikembangkan oleh Alderfer, dan merupakan salah satu modifikasi
dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow. Alderfer
mengelompokkan kebutuhan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a)
Kebutuhan eksistensi (existence need),
merupakan kebutuhan akan substansi material seperti keinginan untuk memperoleh
makanan, air, perumahan, uang, mebel, dan mobil. Kebutuhan ini mencakup
kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman dari Maslow.
b)
Kebutuhan hubungan (relatedness need),
merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan
membiarkan mereka menikmati hal-hal yang sama dengan kita. Kebutuhan ini
mencakup kebutuhan sosial dan bagian eksternal dari kebutuhan esteem (penghargaan
dari Maslow).
c)
Kebutuhan pertumbuhan (growth needs),
merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan
kecakapan mereka secara penuh. Selain kebutuhan aktualisasi diri, juga mencakup
bagian intrinsik dari kebutuhan harga diri dari Maslow.
3.
Teori Dua Faktor
Teori dua faktor
disebut juga teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg. Dengan
menggunakan metode insiden kritikal, ia mengumpulkan data dari 203 akuntan dan
sarjana teknik. Ia tanyakan kepada mereka untuk mengingat kembali saat-saat
mereka merasakan sangat senang atau sangat tidak senang dengan pekerjaan
mereka, apa saja yang menentukan rasa demikian dan dampaknya terhadap unjuk
kerjanya dan rasa secara menyeluruh dan kesehatan.[8]
Herzberg menyimpulkan
bahwa terdapat dua perangkat factor terpisah yang mempengaruhi motivasi.
Sebelumnya orang-orang berasumsi bahwa motivasi dan kurangnya motivasi hanya
merupakan dua hal yang bertentangan dalam satu kontinum. Herzberg menggoyahkan
pandangan tradisional itu dengan menyatakan bahwa factor pekerjaan tertentu
hanya membuat pegawai tidak puas apabila tidak ada kondisi tertentu. Factor
yang dapat menimbulkan ketidakpuasan ini diacu sebagai factor iklim baik
(hygiene factor) atau factor pemeliharaan (maintenance factor), karena factor
itu diperlukan untuk mempertahankan tingkat kepuasaan secukupnya dalam diri
pegawai.
Kondisi kerja lainnya
terutama berfungsi untuk menimbulkan motivasi, tetapi ketiadaan hal itu jarang
sangat mengecewakan. Kondisi ini disebut sebagai factor motivasi (motivasional
factors), motivator, atau pemuas (satisfiers). Telah lama para manajer
mempertanyakan mengapa kebijaksaan kepegawaian dan tunjangan tambahan mereka
yang kelihatan begitu hebat tidak mampu mempertinggi para motivasi pegawai. Gagasan
tentang pemisahan factor motivasi dan factor pemeliharaan membentu menjawab
pertanyaan mereka, karena tunjangan tambahan dan kebijaksaan kepegawaiaan hanya
merupakan factor pemeliharaan menurut Herzberg.Model herzberg hanya menunjukkan
kecenderungan umum.
Factor pemeliharaan
boleh jadi merupakan motivasi sebagian orang yang menginginkan imbalan itu.
Sebaliknya, beberapa motivator mungkin hanya merupakan factor pemeliharaan bagi
orang lain. Seperti halnya dengan hampir seluruh situasi manusia lainnya, hanya
ada kecenderungan ke satu arah atau ke arah lain. Tidak ada perbedaan mutlak
tidak satu factor pun yang mempengaruhnya yang bersifat satu
dimensi.[9]Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yang ia namakan
faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi dari
pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan, yaitu:
a.
Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja.
b. Kemajuan (advancement), besar kecilnya
kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
c. Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya
tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
d.
Capaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai
prestasi kerja yang tinggi.
e. Pengakuan (recognition), besar
kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk kerjanya.
Kelompok faktor lain yang menimbulkan
ketidakpuasan berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor
ekstrinsik dari pekerjaan dan meliputi faktor-faktor:
a. Administrasi dan kebijakan
perusahaan.
b. Penyeliaan, derajat kewajaran
penyeliaan yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.
c. Gaji
d. Hubungan antar pribadi.
e. Kondisi kerja
4.
Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Orang termotivasi untuk
mencapai tujuan yang jelas, sebaliknya orang akan bermotivasi kerja rendah bila
tujuan dari pekerjaannya tidak jelas. Orang yang tugasnya jelas tujuannya dan
lebih “menantang” akan menunjukkan motivasi kerja yang lebih besar daripada
orang yang tujuan tugasnya kabur atau terlalu mudah untuk mencapainya. Pendapat
tersebut di atas dikemukakan oleh Locke.[10]Memberi tujuan yang jelas akan
lebih memorivasi daripada hanya sekedar mengatakan “kerjakan dengan sebaik-baiknya”
padahal tujuan yang harus dicapai tidak jelas. Penentuan tujuan yang jelas
merupakan kepemimpinan tersendiri. Oleh karena itu, rumuskan tujuan setiap
pekerjaan dengan jelas agar orang-orang yang akan mengerjakan mengetahui dengan
baik.
5.
Teori Kesamaan atau Keseimbangan (Equity Theory)
Orang cenderung akan
membandingkan insentif atau reward yang diperolehnya dengan insentif yang
diterima oleh orang lain yang mempunyai beban kerja serupa. Bila besarnya
insentif antara dua orang itu sama, maka akan muncul motivasi kerja. Bila lebih
kecil maka akan timbul rasa kecewa yang kemudian mengurangi motivasinya untuk
bekerja dengan baik. Bila salah seorang menerima lebih banyak, maka dia akan
termotivasi lebih kuat. Teori keseimbangan ini menyatakan orang cenderung untuk
selalu melihat rasio antara beban kerja (effort) dengan penghargaan yang
diterimanya.[11]
C.
Pola Motivasi
Setiap orangg cenderung
mengembangkan pola motivasi tertentu sebagai hasil dari lingkungan budaya
tempat orang itu hidup. Pola ini sikap yang mempengaruhi cara orang-orang
memandang pekerjaan dn menjalani kehidupan mereka. Empat pola motivasi yang
sangat penting adalah prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan.[12]
·
Prestasi
: Doronga ntuk mengatasi tantangan, untuk maju dan berkembang.
·
Afiliasi : Doongan untuk berhubungan dengan
orang-orang secara efektif
·
Kompetensi: Dorongan untuk mencapai
hasil kerja dengan kualitas tinggi
·
Kekuasaan: Dorongan untuk mempengaruhi
orang-orang dan situasi
D. Model Harapan
Pendekataan motivasi
yang diterima secara luas adalah model harapan (expectancy model) juga dikenal
sebagai teori harapan, yang dikembangkan oleh Victor H. Vroomdan telah
diperluas dan disempurnakan oleh poster dan lawyer serta yang lain. Vroom
menjelaskan bahwa motivasi adalah hasil dari tiga factor: seberapa besar orang
menginginkan imbalan (valensi), perkiraan orang itu tentang kemungkinan bahwa
upaya yang dilakukan akan menimbulkan prestasi yang berhasil (harapan), dan
perkiraan bahwa prestasi itu akan menghasilkan perolehan imbalan
(instrumentalitas) hubungan ini dinyatakan dalam rumus berikut: Valensi x
Harapan x Instrumentalisasi = Motivasi
a.
Valensi
Valensi mengacu pada kekuatan preferensi
seseorang untuk memperole imbalan. Ini merupakan umgkapan kadar keinginan seseorang
untuk mencapai suatu tujuan. Pegawai akan menemukan valensi intrinsik dalam
pekerjaan tu sendiri, terutama apabila mereka memegang teguh etika kerja dan
bermotivasi kompetensi. Mereka memperoleh kepuasan langsung dari pekerjaan yang
dilakukan melalui perasaan menyelesaikan sesuatu, melakukan pekerjaan dengan
benar, atau menciptakan sesuatu.
b.
Harapan
Harapan adalah kadar
kuatnya keyakinan bahwa upaya kerja akan
menghasilkan penyelesaian suatu tugas. Harapan dinyatakan sebagai kemungkinan,
perkiraan pegawai tentang kadar sejauh mana prestasi yang dicapai ditentukan
oleh upaya yang dilakukan. Karena harapan merupakan hubungan antara upaya dan
prestasi.
c.
Instrumentalitas
Instrumentalitas
menunjukkan keyakinan pegawai bahwa ia akan memperoleh suatu imbalan apabila
tugas dapat diselesaikan. Kemungkinan bahwa organisasi menghargai prestasi itu
dan akan memberikan imbalan atas dasar kemungkinan.
BAB III. KESIMPULAN
Motivasi
berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”.
Motivasi ini diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau
pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk
mengerjakan sesuatu pekerjaan.Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut
dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri
seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan
yang dimilikinya.Teori-teori Motivasi Kerja adalah sebagai berikut:
1. Teori Tata Tingkat Kebutuhan
2. Teori Eksistensi-Relasi-Kebutuhan
3. Teori Dua factor
4. Teori Penetapan Tujuan
5. Teori Kesamaan atau Keseimbangan
Empat pola motivasi
yang sangat penting adalah prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan:
·
Prestasi : Doronga ntuk mengatasi tantangan, untuk
maju dan berkembang.
·
Afiliasi : Doongan untuk berhubungan dengan
orang-orang secara efektif
·
Kompetensi:
Dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi
·
Kekuasaan:
Dorongan untuk mempengaruhi orang-orang dan situasi
Vroom
menjelaskan bahwa motivasi adalah hasil dari tiga factor: seberapa besar orang menginginkan imbalan
(valensi), perkiraan orang itu tentang kemungkinan bahwa upaya yang dilakukan
akan menimbulkan prestasi yang berhasil (harapan), dan perkiraan bahw prestasi
itu akan menghasilkan perolehan imbalan (instrumentalitas) hubungan ini
dinyatakan dalam rumus berikut:
Valensi x Harapan x
Instrumentalisasi = Motivasi
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. J. Winardi,
SE. Manajemen Perilaku Organisasi cetakan ke-2, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP 2004.Fremot. E. kast James dan E. Rosenzweig. Organisasi dan Manajemen.
Jakarta: BUMI AKSARA 1990.Keith Davis dan John. W. Newstrom. Human Behavior at
Work: Organizational Behavior, Seventh Edition (Perilaku Dalam Organisasi Eds.
7). Jakarta: Erlangga
1994.http://jeffy-louis.blogspot.com/2012/04/makalah-motivasi-kerja.html.
[1] J. Winardi.
Manajemen Perilaku Organisasi cetakan ke-2, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP 2004, Hal. 347
[2] J. Winardi.
Manajemen Perilaku Organisasi cetakan ke-2, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP 2004, Hal. 347
[3]
http://jeffy-louis.blogspot.com/2012/04/makalah-motivasi-kerja.html
[4] Fremot. E. kast
James dan E. Rosenzweig. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: BUMI AKSARA 1990
[5] Fremot. E. kast
James dan E. Rosenzweig. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: BUMI AKSARA 1990
[9] Keith Davis dan
John. W. Newstrom. Human Behavior at Work: Organizational Behavior, Seventh
Edition (Perilaku Dalam Organisasi Eds. 7). Jakarta: Erlangga 1994, Hal. 72
[12] Keith Davis dan
John. W. Newstrom. Human Behavior at Work: Organizational Behavior, Seventh
Edition (Perilaku Dalam Organisasi Eds. 7). Jakarta: Erlangga 1994, Hal. 87
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
ReplyDeleteBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^