Kepuasan Kerja Dalam Manajemen Organisasi
Manusia merupakan unsur
yang terpenting dalam menjalankan roda suatu organisasi, mengingat bahwa sumber
daya manusia merupakan unsur yang terpenting, pemeliharaan hubungan kontinyu
dan serasi dengan para karyawan dalam setiap organisasi menjadi sangat penting.
Dalam sebuah organisasi, terdapat fenomena permasalahan yang sering muncul yang
mana organisasi harus dapat mempertahankan karyawan yang dimiliki untuk dapat
tetap bekerja sesuai dengan tuntutan yang ada. Seringkali hal ini terkait
dengan Kepuasan Kerja, yang mana secara umum dapat dikatakan bahwa kepuasan ini
merupakan sebuah sikap karyawan secara emosional yang menyenangkan, mencintai
pekerjaannya dengan sepenuh hati. Hal ini akan tercermin dalam moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja yang baik dari karyawan (Kartika & Kaihatu,
2010).
A.
Definisi
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja
secara umum dapat ditentukan dengan perbedaan yang terjadi antara perasaan yang
seharusnya dirasakan oleh karyawan dari pekerjaan yang dilakukan dengan kondisi
nyata yang saat ini dirasakan oleh karyawan. Definisi lain dikatakan juga bahwa
Kepuasan Kerja merupakan sebuah kondisi emosional yang menyenangkan sebagai
hasil dari penilaian seseorang atas pekerjaannya dalam mencapai sebuah prestasi
kerja yang telah dilakukannya (Astrauskaite, Vaitkevicius, & Perminas,
2011).
Kepuasan Kerja
seorang karyawan dalam sebuah organisasi, akan selalu dikaitkan dalam sebuah konteks
yang lebih luas yaitu kinerja. Seperti dalam Performance-Satisfaction-Effort
Loop, yang mana terdapat hubungan sebab akibat yang muncul dengan adanya
kinerja yang lebih baik, akan mengarah ke penghargaan secara ekonomi, sosiologi,
dan psikologi yang lebih tinggi bagi karyawan. Dengan adanya penghargaan yang
dirasa adil dan cukup, akan timbul kepuasan yang akan mengarah kepada
peningkatan komitmen seorang karyawan terhadap organisasinya. Komitmen yang
tinggi akan memberikan pengaruh kepada usaha yang dilakukan karyawan dan akan kembali
berpengaruh kepada kinerja karyawan (Newstrom, 2007).
B.
Dimensi
Yang Memberikan Kepuasan Kerja
Smith et al.,
(1995), menyatakan ada tiga dimensi yang utama dimana akan memberikanrespon
terhadap kepuasan kerja, yaitu:
1. Individu.
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pengalaman dan sebagainya.
2. Pekerjaan.
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh otonomi pekerjaan, kreatifitas yang beragam
identitas tugas, keberartian tugas (task significancy), rekan sekerja, gaji,
dan kesempatan promosi serta pekerjaan tertentu yang bermakna dalam organisasi
dan lain-lain.
3. Organisasional.
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh skala usaha, kompleksitas organisasi,
formalisasi, sentralisasi, jumlah anggota kelompok, lamanya beroperasi, usia
kelompok kerja, kepemimpinan.
3.
C.
Faktor
Kepuasan Kerja
Ada lima faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki, 2007), yaitu:
1.
Pemenuhan kebutuhan (Need Fulfillment)
Kepuasan
kerja ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan dalam memberikan kesempatan
pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Perbedaan
(Discrepancies)
Kepuasan
kerja merupakan suatu hasil dalam memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan
perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh individu dari
pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterimanya, maka orang
tidak akan puas, sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat melebihi harapannya.
3. Pencapaian
Nilai (Value Attainment)
Kepuasan
kerja merupakan hasil dari persepsi individu terhadap pekerjaan dalam memberikan
pemenuhan nilai kerja secara individual yang penting.
4. Keadilan
(Equity)
Kepuasan
kerja merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat
kerja.
5. Komponen
Genetik (Genetic Components)
Kepuasan
kerja merupakan fungsi dari sifat pribadi dan factor genetic. Hal ini menyiratkan
bahwa perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan
kerja disamping karakteristik lingkungan kerja.
D.
Dampak
dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
1. Terhadap
Produktivitas Kerja
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa produktivitas
dapat dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja, namun hasil penelitian tidak
mendukung pandangan ini, karena hubungan antara produktivitas kerja dengan
kepuasan kerja sangat kecil. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor
– faktor moderator disamping kepuasan kerja. Lawler dan Porter berpendapat
produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja jika
tenaga kerja mempresepsikan bahwa ganjaran intrinsik (misalnya rasa telah mencapai
sesuatu) dan ganjaran intrinsik (misalnya gaji) yang diterima kedua -duanya
adil dan wajar dibuktikan dengan unjuk kerja yang unggul (Ashar Sunyoto M,
2001:364).
2. Terhadap
Kemangkiran dan Keluarnya Tenaga Kerja
Ketidakhadiran lebih bersifat spontan dan kurang
mencerminkan ketidakpuasan kerja, berbeda dengan berhenti atau keluar dari
pekerjaan. Steersdan Rhodes mengembangkan model pengaruh dari kehadiran. Ada
dua faktor pada perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk
hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan
kerja.
Model meninggalkan pekerjaan dari Mobley, Horner,
dan Hollingworth menunjukkan bahwa setelah tenaga kerja menjadi tidak puas
terjadi beberapa tahap (misalnya berfikir untuk meninggalkan pekerjaan) sebelum
keputusan untuk meninggalkan pekerjaan diambil. Menurut Robbins (1998)
ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat diungkapkan melalui berbagai cara
misalkan selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh, membangkang,
mencuribarang milik organisasi, menghindar dari tanggung jawab ( Ashar Sunyoto
M,2001:365 - 366 ).
E.
Kesimpulan
Faktor yang akan
meningkatkan kinerja adalah kepuasan kerja, dimana kepuasan kerja itu sendiri
didapat dari kecocokan individu dengan organisasi (person-organization fit).
Kesesuaian yang dapat menciptakan kepuasan kerja terutama adalah kesesuaian
tujuan dan pemenuhan kebutuhan karyawan, baru kemudian kesesuaian budaya dengan
kepribadian karyawan, serta kesesuaian nilai.
F.
Daftar
Pustaka
Astuti, Sih Darmi. 2010. Model Person-Organization Fit (P-O Fit Model) Terhadap Kepuasan Kerja,
Komitmen Organisasional Dan Kinerja Karyawan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol
17, No 1.
Han, Sia Tjun ; Nugroho, Agustinus ; Kartika, Endo
W. ; Kaihatu, Thomas S. 2012. Komitmen
Afektif Dalam Organisasi, Perceived Organizational Support, Dan Kepuasan Kerja.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 14, No 2.
Bianca, Audra; Susihono, Wahyu. 2012. Pengaruh Iklim Organisasi Dan Pengembangan
Karir Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Spektrum Industri Vol 10, No 2.
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2013/10/teori-kepuasan-kerja.html.
Diakses tanggal 11 Desember 2016 Pukul 20.06 WIB.
Artikel bagus.
ReplyDeleteupload tepat waktu.
mind map point 3
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
ReplyDeleteBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
ReplyDeleteBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^