KEPUASAN KERJA
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam
era globalisasi ini setiap perusahaan baik penghasil barang maupun jasa harus
mampu menunjukkan keunggulan baik dari barang maupun jasanya agar lebih bisa
bersaing dalam persaingan yang begitu ketat. Keunggulan- keunggulan yang
dimiliki harus dipertahankan, diperbaharui, dan ditingkatkan secara
terus-menerus, sedangkan kelemahan-kelemahannya wajib diperbaiki ataupun
dihilangkan. Hal ini harus dilakukan agar proses pencapaian tujuan perusahaan
yang ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam
menunjang kinerja perusahaan untuk mencapai tujuan, maka sumber daya manusia
yang dimiliki oleh perusahaan perlu dimanfaatkan secara optimal. Perhatian di
bidang sumber daya manusia tidaklah boleh diabaikan karena pada bidang tersebut
merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja untuk menciptakan sumber
daya yang berkualitas (Rini, 2010)
Produktivitas
karyawan dalam sebuah perusahaan sangat penting, untuk mencapainya dengan
optimal salah satunya dengan memperhatikan kepuasan kerja karyawan. Karyawan
dapat dikatakan puas dalam bekerja apabila mereka merasa senang, nyaman
terhadap pekerjaannya dan merasa bahwa pekerjaannya sebagai hobi. Seorang
karyawan yang memiliki dedikasi yang tinggi berupaya memprioritaskan apa yang mengorbankan
waktu pribadi dan lupa jam pulang kantor. Tipe karyawan ini biasanya tidak lagi
memandang pekerjaan sebagai tugas, apalagi paksaan, melainkan hobi. Karyawan
ini memiliki perasaan puas terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan, mereka
menyukai pekerjaan dan merasa nyaman bekerja (Sutrisno, 2012).
Selain
kepuasan kerja, perusahaan juga harus memperhatikan mengenai bagaimana menjaga
dan mengelola motivasi karyawan dalam bekerja agar selalu tinggi dan fokus pada
tujuan perusahaan. Menjaga motivasi karyawan itu sangatlah penting karena
motivasi itu adalah motor penggerak bagi setiap individu yang mendasari mereka
untuk bertindak dan melakukan sesuatu (Prasetyo, 2003).
BAB II. PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan
kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup,
karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Berikut ini
beberapa pengertian kepuasan kerja yang diambil dari beberapa sumber:
1. Kondisi menyenangkan atau secara
emosional positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau
pengalaman kerjanya (Setiawan dan Ghozali, 2006:159).
2.
Suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
evaluasi karakteristiknya (Robbins & Judge, 2008:107).
3.
Keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya (Handoko, 2001:193).
4.
Hasil
dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal
yang dinilai penting (Luthans, 2006:243).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Kerja.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
1. Kondisi kerja, artinya jika
seluruh kebutuhan seseorang untuk bekerja terpenuhi baik itu dari bahan yang
dibutuhkan ataupun dari lingkungan yang menunjang maka kepuasan kerja akan
terjadi.
2.
Peraturan,
budaya serta karakteristik yang ada dalam organisasi tersebut, yang jika
peraturan dalam menjalankan pekerjaannya dapat mendukung terhadap pekerjaannya
maka karyawan atau para pekerja akan merasakan kepuasan kerja.
3.
Kompensasi
dari pekerjaannya yang seimbang dengan pekerjaan yang telah ia lakukan.
4.
Efisiensi
kerja, dalam hal ini dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam pekerjaannya,
sehingga apabila kepuasan kerja itu ada salah satunya adalah dengan bekerja
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
5.
Peluang
promosi, yaitu di mana adanya suatu peluang untuk mendapatkan penghargaan atas
prestasi kerja seseorang dimana diberikan jabatan dan tugas yang lebih tinggi
dan disertai dengan kenaikan gaji. Promosi ini sangat mempengaruhi kepuasan
kerja dapat dihargai dengan dinaikan posisinya disertai gaji yang akan
diterimanya.
6. Rekan kerja atau partner kerja,
kepuasan kerja akan muncul apabila dalam suatu organisasi terdapat hubungan
yang baik. Misalnya anggota kerja mempunyai cara atau sudut pandang atau
kebiasaan yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dalam bekerja juga
tidak ada hambatan karena terjalin hubungan yang baik.
Sedangkan
dalam pandangan Islam kepuasan kerja itu terjadi apabila suatu pekerjaan yang
dilakukan dapat membantu orang lain dalam meringankan pekerjaannya,
karena“sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain”.
2.3
Aspek-aspek Kepuasan Kerja.
1.
Kerja yang Secara Mental Menantang.
Kebanyakan
karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk
menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan
dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini
membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang
menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan
perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan
mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2.
Ganjaran yang Pantas.
Para
karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan
sebagai adil, dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar
pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tidak semua
orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil
untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang
kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang
mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan
kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah
persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh
karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat
dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan
dari pekerjaan mereka.
3.
Kondisi Kerja yang Mendukung.
Karyawan
peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai
keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu),
cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem
(terlalu banyak atau sedikit).
4.
Rekan Kerja yang Mendukung
Orang-orang
mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam
kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh
karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenangkan dapat
menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi perilaku atasan juga
merupakan determinan utama dari kepuasan.
5.
Kesesuaian Kepribadian dengan Pekerjaan
Pada
hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan
pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat
dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan
demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut,
dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai
kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
2.4 Teori Motivasi dan Kepuasan Kerja.
Ada
beberapa teori tentang motivasi dan kepuasan kerja, di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Discrepancy Theory
Teori
ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara
harapan dengan kenyataan.
2. Equity Theory
Teori
ini mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas terhadap
aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Misalnya gaji/upah, rekan kerja, dan
supervisi.
3. Opponent Theory – Process Theory
Teori
ini menekankan pada upaya seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
emosionalnya.
4. Teori Maslow
Menurut
Maslow, kebutuhan manusia berjenjang atau bertingkat, mulai dari tingkatan yang
paling rendah sampai yang paling tinggi. Tingakatan-tingakatan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
c. Kebutuhan akan rasa memiliki
d. Kebutuhan untuk dihargai
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
5. Teori ERG Alderfer
Alderfer
membagi hierarki kebutuhan manusia menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a.
Eksistensi
b.
Keterkaitan
kebutuhan-kebutuhan akan adanya hubungan sosial dan interpersonal yang baik
c.
Pertumbuhan
6. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Teori
ini memandang kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan
bahwa kepuasan kerja berasal dari ketidak-adaan faktor-faktor ekstrinsik.
7. Teori McClelland
McClelland
mengajukan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari, yaitu teori yang
menyatakan bahwa seseorang dengan suatu kebutuhan yang kuat akan termotivasi
untuk menggunakan tingkah laku yang sesuai guna memuaskan kebutuhannya. Tiga
kebutuhan yang dimaksud adalah :
a. Kebutuhan berprestasi
b. Kebutuhan berafiliasi
c. Kebutuhan akan kekuasaan
2.5 Profil Kepuasan Kerja Individu dalam
Organisasi.
Profil
atau kriteria kepuasan kerja dalam organisasi sangat banyak pengaruhnya, hal ini
dapat dibuktikan dengan banyaknya ragam orang dalam bekerja dan bagaimana cara
mereka mengatasi pekerjaan yang ia miliki serta keinginan atau kemampuannya
untuk bertahan dalam organisasi tersebut.
Pegawai
yang merasa puas dalam bekerja, yaitu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Selalu datang tepat waktu,
artinya pegawai tersebut menghargai pekerjaannya dan bertanggung jawab atas
tugas yang harus dikerjakannya.
2.
Senang
dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu pekerja dalam bekerja berusaha menyukai
pekerjaan yang dikerjakannya.
3.
Tidak
mengeluh terhadap tugas dan pekerjaan yaitu selalu dapat menerima pekerjaan
yang baru dan sulit dengan lapang dada.
4.
Selalu
semangat dalam bekerja yaitu pegawai dalam bekerja mempunyai suatu energi yang
penuh dalam bekerja.
5.
Betah
berada di tempat kerja yaitu karyawan merasa nyaman berada di tempat kerja.
6.
Mempunyai
hubungan harmonis dengan pegawai lain dan atasannya.
7. Selalu belajar untuk lebih baik
sehubungan dengan pekerjaan yang dikerjakannya misalnya seorang guru sejarah
yang selalu belajar dan mengikuti perkembangan sejarah yang terjadi.
2.6 Pengukuran Kepuasan Kerja.
Ada
beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, di antaranya akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pengukuran kepuasan kerja dengan
skala job description index.
Cara
penggunaannya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada karyawan
mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh karyawan
dengan jawaban ‘Ya’, ‘Tidak’, atau ‘Ragu ragu’. Dengan cara ini dapat diketahui
tingkat kepuasan kerja karyawan.
2. Pengukuran kepuasan kerja dengan
Minnesota Satisfaction Questionare.
Skala
ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu dari
alternatif jawaban : ‘Sangat tidak puas’, ‘Tidak puas’, ‘Netral’, ‘Puas’, dan
‘Sangat puas’ terhadap pernyataan yang diajukan. Beradsarkan jawaban-jawaban
tersebut dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
3. Pengukuran kepuasan kerja
berdasarkan ekspresi wajah.
Pada
pengukuran metode ini responden diharuskan memilih salah satu gambar wajah
orang, mulai dari wajah yang sangat gembira, gembira, netral, cemberut, dan
sangat cemberut. Kepuasan kerja karyawan akan dapat diketahui dengan melihat
pilihan gambar yang diambil responden.
2.7 Bagaimana Karyawan Dapat Mengungkapkan
Ketidakpuasan.
Ketidakpuasan
karyawan dapat diungkapkan dengan sejumlah cara. Misalnya daripada berhenti,
karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik organisasi, atau
mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kepada mereka. Berikut ini adalah
contoh respon yang biasa diungkapkan karyawan jika mereka merasa tidak puas
menurut Stephen Robbins (2003:105):
1. Exit, perilaku yang mengarah
untuk meninggalkan organisasi, mecakup pencarian suatu posisi baru maupun
meminta berhenti.
2.
Suara
(Voice), dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi. Mencakup
saran, perbaikan, membahas problem-problem dengan atasan, dan beberapa bentuk
kegiatan serikat buruh.
3.
Kesetiaan
(Loyality), pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi. Mencakup
berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi
dan manajemennya untuk “melakukan hal yang tepat”.
4. Pengabaian (Neglect), secara
pasif membiarkan kondisi memburuk, temasuk kemangkiran atau datang terlambat
secara kronis, upaya yang dikurangi, dan tingkat kekeliruan yang meningkat.
2.8 Korelasi Kepuasan Kerja.
Hubungan
antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif.
Kekuatan
hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat. Menurut Kreiter dan Knicki
(2001;226), hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi
dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatnya kepuasan kerja. Beberapa
korelasi kepuasan kerja sebagai berikut:
1. Motivasi.
Antara
motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan
dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku
mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat
meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
kepuasan kerja.
2. Pelibatan Kerja.
Hal
ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan
peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan
kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang
memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3. Organizational Citizenship
Behavior.
Merupakan
perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4. Organizational Commitment.
Mencerminkan
tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai
komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan
terdapat hubungan yang siknifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja
akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang
lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5. Ketidakhadiran (Absenteisme).
Antara
ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata
lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6. Perputaran (Turnover).
Hubungan
antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat
mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer
dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
7. Perasaan stres.
Antara
perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan
meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
8. Prestasi Kerja/Kinerja.
Terdapat
hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan kepuasan
kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih
produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja
atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan
kepuasan.
BAB III. KESIMPULAN
Kepuasan
kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan
mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk
mengembangkan organisasinya tersebut.
Kepuasan
kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang telah dikerjakannya,
namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara individu satu dengan
individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu mempunyai kriteria
kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan hidupnya, namun kepuasan
pegaawai dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana kinerja pegawai tersebut
namun hal tersebut tidak menjamin pegawai merasa puas karena pada hakikatnya
manusia tidak mempunyai rasa puas.
Kepuasan
kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan sikap yang akan terjadi pada
diri setiap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja di antaranya kondisi kerja/lingkungan kerja,
peraturan atau budaya organisasi serta karakteristik organisasi, kompensasi
yang memuaskan, efisiensi kerja dan partner kerja.
Berdasarkan
uraian-uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Motivasi
adalah keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada
pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu.
2.
Kepuasan
kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan
kondisi kerja.
3.
Aspek-aspek
kepuasan kerja : kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas,
kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, dan kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan.
4.
Ada
beberapa teori tentang motivasi dan kepuasan kerja, di antaranya adalah sebagai
berikut : Discrepancy Theory, Equity Theory, Opponent Theory – Process Theory,
Teori Maslow, Teori ERG Alderfer, Teori dua faktor dari Herzberg, dan Teori
McClelland.
5.
Ada
beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, di antaranya akan dijelaskan
sebagai berikut : Pengukuran kepuasan kerja dengan skala job description index,
pengukuran kepuasan kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionare, dan
pengukuran kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Robins,
Stepent P. dan Timoty A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi.
Jakarta:Salemba Empat.
·
Setiawan,
Ivan Aris dan imam Ghozali. 2006. Akuntansi Keperilakuan.
Semarang: Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro
·
Handoko,
Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:
·
BPFE
Jogja.
·
Luthans,
Fred. 2006. Prilaku Organisasi edisi 10.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
·
Prasetyo,
E. (2003). Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan
Riyadi Palace Hotel di Surakarta. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia
Tesis.
Pascasarjana Universitas Muhammadyah Surakarta
·
Rini, R. (2010). Pengaruh Motivasi Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan PT. Permodalan
Nasional Madani Banjarmasin. Jurnal Manajemen dan
Akuntansi. Vol.11 No.1 April, Hal 63-67.
·
Sutrisno, E. (2012). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Surabaya: Gramedia.
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
ReplyDeleteBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^