Kepuasan kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaanya, situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja.
Dengan demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seorang karyawan, dimana mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Pengertian kepuasan kerja
1. Menurut
Malayu SP Hasibuan (2006:41) kepuasan kerja adalah sikap emosial yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral
kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
2. Menurut
Marihot Tua Efendi (2002:290) kepuasan kerja adalah sejauh mana individu
merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas
dalam pekerjaannya.
3. Menurut
Stephen Robbins (2003:91) kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seorang dengan tingkat kepuasan
kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu, seseorang yang
tidak puas dengan pekerjaannya akan menunjukan sikap yang negatif terhadap
pekerjaan itu, karena pada umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap
karyawan lebih sering mereka memaksudkan kepuasan kerja.
Teori-teori kepuasan kerja
1. Teori
ketidaksesuaian (Discrepancy theory)
Teori ini mengukir kepuasan kerja seseorang dengan
menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi apa yang diinginkan,
maka orang akan menjadi lebih puas lagi sehingga terdapat disparancy tetapi merupakan disparancy
yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu
yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
2. Teori
keadilan (Equity theory)
Teori ini mengungkapkan bahwa orang akan merasa puas atau
tidak puas tergantung pada ada atau tidaknya ada atau tidaknya keadilan dalam
suatu situasi khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam
teori keadilan adalah input, hasil keadilan dan ketidakadilan. Input adalah
faktor bernilai bagi karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya seperti
pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan
yang digunakan untuk melakukan pekerjaannya.
3. Teori
dua faktor (Two factor theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
itu merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan
itu bukan suatu variable yang kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik
pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies
atau motivator dan disatisfies. Satisfies adalah faktor-faktor atau
situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari
pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi,
kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor-faktor tersebut
akan menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini tidak selalu
mengakibatkan ketidakpuasan. Disatisfies
adalah faktor-faktor yang menjadi surber ketidakpuasan seperti gaji, upah,
pengawasan, hubungan antar personal, kondisi kerja dan status. Jika tidak
terpenuhi faktor ini karyawan tidak akan puas.
4. Teori Motivator-Hygiene (M-H)
Teori ini dikembangkan oleg Frederick Herzberg. Teori M-H
sebenarnya berujung pada kepuasan kerja. Namun penelitian menunjukan hubungan
yang posotif antara kepuasan kerja dan turn over SDM serta antara kepuasan
kerja dan komitmen SDM. Pada intinya teori M-H justru kurang sependapat dengan
pemberian balas jasa yang tinggi, karena balas jasa yang tinggi hanya mampu
menghilangkan ketidakpuasan kerja dan tidak mampu mendatangkan kepuasan kerja.
Untuk mendatangkan kepuasan kerja, Hezberg menyarankan agar perusahaan
melakukan job enrichment yaitu suatu upaya menciptakan pekerjaan dengan
tantangan, tanggung jawab, dan otonomi yang lebih besar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja
Mangkunegara (2005:120) mengemukakan bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:
1. Faktor
yang ada pada diri pegawai
Faktor ini yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur,
jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,
kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja.
2. Faktor
pekerjaan
Faktor
ini yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan,
mutu pengawasan, jaminan keuangan, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial
dan hubungan kerja.
Pendekatan
untuk mengukur kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan sikap umu dari seorang pekerja
terhadap pekerjaannya. Pekerjaan biasanya menuntut interaksi dengan rekan
sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, memenuhi
standar kinerja, dan hidup pada kondisi yang kurang ideal. Oleh karena itu,
penilaian seorang karyawan mengenai perasaan puas atau tidak puas terhadap
pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan
yang diskrit. Menurut Robbins (1996:179) ada dua pendekatan:
1. Pendekatan
single global rating (angka nilai
global tunggal)
Mengukur tingkat kepuasan kerja yang dilakukan terhadap
masing-masing aspek atau faktor pekerjaan secara utuh, misalnya kalau kita
menilai tingkat kepuasan kerja karyawan dengan melihat faktor atau unsur
prestasi, kemajuan, dan pengakuan maka kita akan memiliki tiga nilai (skor)
tingkat kepuasan kerja yang masing-masing terpisah. Yaitu dari faktor prestasi,
kemajuan dan pengakuan.
2. Pendekatan
summation score (skor penjumlahan)
Mengukur tingkat kepuasan kerja yang dilakukan dengan
cara menjumlahkan skor kepuasan atas faktor-faktor pekerjaan sehingga nantinya
akan diperoleh nilai kepuasan kerja total seorang pekerja.
Skala
pengukuran kepuasan kerja
Ada tiga macam skala yang bisa digunakan untuk mengukur
kepuasan kerja, diantaranya yaitu:
1. Indeks
deskripsi jabatan (Job Description Index)
Dalam penggunaannya, pegawai ditanya mengenai pekerjaan
dan jabatannya yang dirasakan sangat baik dan sangat buruk. Skala sikap ini
mengukur lima bidang, yaitu mengenai pekerjaan, pengawasan, upah, promosi dan
mitra kerja. Setiap pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh pegawai dengan
cara menandai jawaban ya, tidak atau tidak ada jawaban
2.
Minnesota
Satisfaction Questionnaire
Skala ini terdiri dari pekerjaan yang dirasakan sangat
tidak puas, tidak puas, netral, memuaskan, dan sangat memuaskan. Pegawai
diminta untuk memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi
pekerjaanya.
3.
“Face”
Job-Satisfaction Scale
Skala ini merupakan gambar wajah-wajah orang mulai dari
sangat gembira, gembira, netral, cemberut, dan sangat cemberut. Pegawai diminta
memilih ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang dirasakan pada
saat itu.
Ciri-ciri
karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi
Beberapa ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja
yang tinggi menurut Munandar, Sjabahni dan Wutun (2004) antara lain:
1. Adanya
kepercayaan bahwa organisasi akan memuaskan dalam jangka waktu yang lama
2. Memperhatikan
kualitas kerjanya
3. Lebih
mempunyai komitmen organisasi
4. Lebih
produktif
Bibliografi
- Wahab, Burhanudding Rahmatullah. 2012. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Makassar. Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.
- Natalina. 2011. Kepuasan Kerja. Universitas Sumatera Utara
- Malayu, S.P. Hasibuan. 2006. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Bumi Aksara Jakarta
- Haruman, Tendi dan Paramarta, Vip. 2005. Kepuasan Kerja: Konsep, Teori, Pendekatan, dan Skala Pengukurannya. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, Volume 6 Nomor 3
- Soegandhi, Marchelle Vannecia. 2013. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Loyalitas Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior pada karyawan PT. Surya Timur Sakti Jatim. AGORA Volume 1 Nomor 1
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
ReplyDeleteBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^