Haneman et al. (1983) mengatakan bahwa
“Perjalanan karir seorang pegawai dimulai pada saat ia menerima pekerjaan di
suatu organisasi. Perjalanan karir ini mungkin akan berlangsung beberapa jam
saja atau beberapa hari, atau mungkin berlanjut sampai 30 atau 40 tahun
kemudian.
Perjalanan karir ini mungkin berlangsung di satu pekerjaan di satu lokasi, atau melibatkan serentetan pekerjaan yang tersebar di seluruh negeri atau bahkan di seluruh dunia”.
Perjalanan karir ini mungkin berlangsung di satu pekerjaan di satu lokasi, atau melibatkan serentetan pekerjaan yang tersebar di seluruh negeri atau bahkan di seluruh dunia”.
Konsep
karir adalah konsep yang netral (tidak berkonotasi positif atau negatif).
Karena itu karir ada yang baik, ada pula karir yang buruk. Ada perjalanan karir
yang lambat, ada pula yang cepat. Tetapi, tentu saja semua orang mendambakan
memiliki karir yang baik dan bila mungkin bergulir dengan cepat.
Apapun
artinya, karir amatlah penting bagi pegawai maupun bagi organisasi. Menurut
Walker (1980), bagi pegawai, karir bahkan dianggap lebih penting dari pada
pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai bisa meninggalkan pekerjaannya jika
merasa prospek keriernya buruk. Sebaliknya, pegawai mungkin akan tetap rela
bekerja di pekerjaan yang tidak disukainya asal ia tahu ia mempunyai prospek
cerah dalam karirnya.
Sebaliknya,
bagi organisasi, kejelasan perencanaan dan pengembangan karir pegawai akan
membawa manfaat langsung terhadap efisiensi manajemen. Dikemukakan oleh Walker
(1980) bahwaturn over pegawai cenderung lebih kecil di perusahaan-perusahaan
yang sangat memperhatikan pengembangan karir pegawainya. Di samping itu,
penanganan karir yang baik oleh organisasi akan mengurangi tingkah frustasi
yang dialami oleh pegawai serta meningkatkan motivasi kerja mereka. Oleh karena
itu, manajemen karir bukan hanya menjadi kewajiban bagi organisasi, tetapi juga
merupakan kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Pendakian menuju tangga karir yang makin
menjulang bukan sebuah proses yang mudah. Sebagian orang mungkin bisa menembus
jalan yang berliku itu, dan tiba pada destinasi karir yang diharapkan. Sebagian
yang lain mungkin stuck on the middle of
nowhere. Kita ndak tahu apakah Anda akan masuk kategori yang pertama, atau
nyungsep pada golongan yang kedua.
Pertanyaan yang lebih fundamental mungkin
adalah seperti ini : lalu kira-kira jalan karir semacam apa yang layak ditempuh,
dan pada fase usia berapa saja career path itu harus dilalui?
Dari sejumlah studi mengenai career path
(jalur karir) kita bisa membayangkan pergerakan karir seperti berikut ini:
·
Usia 22 – 25 tahun. Entry Level : staf, pelaksana, atau management
trainee.
Ini adalah pintu gerbang pertama yang harus dilalui oleh semua orang yang mau merajut sebuah karir yang panjang. Dalam rentang usia itu, seseorang yang baru saja mendapat gelar Sarjana S-1 bisa masuk menjadi karyawan untuk posisi entry level; misal sebagai staf, officer atau masuk dalam program management trainee/management development program (sebuah program penyiapan kader pimpinan dan biasanya mempunyai pola career fast track – karirnya bisa cepat melaju).
Ini adalah pintu gerbang pertama yang harus dilalui oleh semua orang yang mau merajut sebuah karir yang panjang. Dalam rentang usia itu, seseorang yang baru saja mendapat gelar Sarjana S-1 bisa masuk menjadi karyawan untuk posisi entry level; misal sebagai staf, officer atau masuk dalam program management trainee/management development program (sebuah program penyiapan kader pimpinan dan biasanya mempunyai pola career fast track – karirnya bisa cepat melaju).
·
Usia 26 – 29 tahun . First line leader : supervisor/asisten
manajer.
Setalah dua atau tiga tahun menjadi staf, mestinya kita sudah bisa bergerak untuk menjadi asisten manajer (dalam usia 26 tahunan). Disini kita sudah mulai diuji kecakapan leadership-nya. Inilah sebuah fase dimana kita bisa mendapat bekal yang berharga untuk mendaki menuju karir yang lebih tinggi.
Setalah dua atau tiga tahun menjadi staf, mestinya kita sudah bisa bergerak untuk menjadi asisten manajer (dalam usia 26 tahunan). Disini kita sudah mulai diuji kecakapan leadership-nya. Inilah sebuah fase dimana kita bisa mendapat bekal yang berharga untuk mendaki menuju karir yang lebih tinggi.
·
Usia 29 – 35 tahun. Middle Management : Manajer.
Dalam rentang usia ini, semestinya kita sudah harus menapak jalan karir sebagai manajer (entah menjadi Marketing/Brand manager, HR manager, Finance atau IT Manager). Kalau dalam rentang usia ini kita masih belum juga menjadi manajer, mungkin saatnya kita harus melakukan self exploration : dan kemudian merajut action plan apa yang harus segera dijalankan.
Dalam rentang usia ini, semestinya kita sudah harus menapak jalan karir sebagai manajer (entah menjadi Marketing/Brand manager, HR manager, Finance atau IT Manager). Kalau dalam rentang usia ini kita masih belum juga menjadi manajer, mungkin saatnya kita harus melakukan self exploration : dan kemudian merajut action plan apa yang harus segera dijalankan.
·
Usia 36 – 42 tahun. Senior Management : General Manager/VP/Senior
Manager
Dalam rentang usia ini, kita telah bergerak menduduki posisi sebagai senior manajer (general manager atau vice president). Inilah fase usia menuju puncak kematangan; dan tentu saja limpahan fasilitas benefit dan gaji yang besar dari perusahaan.
Dalam rentang usia ini, kita telah bergerak menduduki posisi sebagai senior manajer (general manager atau vice president). Inilah fase usia menuju puncak kematangan; dan tentu saja limpahan fasilitas benefit dan gaji yang besar dari perusahaan.
·
Usia 42 tahun dan seterusnya. Top Management : Direktur/Managing
Director/C-Level.
Dalam usia 40-an tahun, mestinya kita sudah bisa menjadi direktur. Beberapa bulan lalu, dua teman saya yang masing-masing masih berusia 39 tahun dipromosikan menjadi direktur pada dua perusahaan besar multinasional. Kalau kita baru menjadi direktur pada usia 47 atau 50 tahun, wah ya sudah terlalu tua ya.
Dalam usia 40-an tahun, mestinya kita sudah bisa menjadi direktur. Beberapa bulan lalu, dua teman saya yang masing-masing masih berusia 39 tahun dipromosikan menjadi direktur pada dua perusahaan besar multinasional. Kalau kita baru menjadi direktur pada usia 47 atau 50 tahun, wah ya sudah terlalu tua ya.
Pencapaian karir diatas dapat mudah terlaksana apabila kita
masuk di perusahaan yang baru tumbuh & berkembang. Karena kita sudah
mengetahui seluk-beluk perusahaan tersebut dengan baik. Dan jenjang karir
tentunya bisa lebih cepat tercapai bila tidak ada kesenioritasan. Di perusahaan
manufaktur Jepang, kesenioritasan terhadap jenjang karir sangat terasa.
Kekurangan dari hal ini adalah tenaga muda yang kreatif, aktif dan lebih baik dibandingkan
karyawan senior tidak dapat menempati posisi/ jabatan tinggi. Kelebihannya
adalah pengalaman yang dimiliki oleh karyawan senior sangat banyak, sehingga
pengetahuan yang dimiliki pun luas. Oleh karena itu, dalam pengembangan karir
kita, untuk tahapan awal dari pengembangan karir kita , perusahaan jepang bisa
kita jadikan batu loncatan pertama, karena manajemen training yang diberikan
cukup terencana. Namun, bila kita merasa mampu dan layak untuk mendapatkan
karir yang lebih baik, Perusahaan Eropa maupun Amerika bisa dijadikan tempat
untuk mendapatkan karir yang lebih baik.
Daftar Pustaka
·
Anwar Prabu Mangkunegoro.2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Rosda Karya.
·
Manajemen Karir Individual (
Individual Career Management )
- Hasibuan,Malayu.S.P,Manajemen
Sumber Daya Manusia,Jakarta:Bumi Aksara 2002
- McKenna,
Gugene, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 2002
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.