Tuesday, June 15, 2021

Komunikasi dalam Organisasi



Adrian Rahadi (rahadiadrian@gmail.com)

1.                  Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi merupakan bentuk pertukaran pesan antara unit-unit komunikasi yang berada dalam organisasi tertentu. Organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

 

Adrian Rahadi (rahadiadrian@gmail.com)

Kepemimpinan dan Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi

A.                Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan dapat secara formal maupun informal yang timbul diluar struktur organisasi. Tidak semua pemimpin adalah para manajer dan tidak semua manajer adalah para pemimpin, karena dengan adanya hak-hak yang dimiliki oleh manajer, tidak menjamin mereka untuk dapat memimpin secara efektif.

Kepemimpinan menurut para ahli :

1.                  Menurut George R. Terry (1972:458)

Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

2.                  Menurut Ralph M. Stogdill dalam Sutarto (1998b:13)

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.

3.                  Menurut Sutarto (1998b:25)

Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 

B.                 Teori Kepemimpinan

1.                  Teori Sifat (Traits Theory)

Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat-sifat, cirri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap situasi. Seorang pemimpin akan berhasil apabila memiliki sifat-sifat, ciri-ciri perangai tersebut. Teori ini berkesimpulan bahwa kepemimpinan “orang besar” didasarkan ada sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan suatu yang diwariskan. Itulah sebabnya teori ini dikenal sebagai “teori genetis”. Artinya, pemimpin-pemimpin adalah dilahirkan dan dibentuk.

2.                  Teori Lingkungan (Environmental Theory)

Teori ini berasumsi bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan atau situasi dan kondisi.Situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu.Dan dengan sendirinya diperlikan orang-orang yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang cocok.Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin dixebabkan oleh situasi dan kondisi.

3.                  Teori Interaksi dan Harapan

Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interkasi dan partisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai atau menyayangi astu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok. Demikian pula semakin tinggi seseorang dalam kelompok,semakin mendekati kesesuaian kegiatannya denagn norma-norma, semakin luas jangkauan interaksinya dan semakin besar pula jumlah anggota kelompok yang tergerak. Yang penting harus dijaga agar aksi-aksi pemimpin tidak menegecewakan.

4.                  Teori Humanistik (Humanistik Theory)

Teori ini berasumsi bahawa seorang pemimpin bisa dikatakan berahsil dalam mengolah sesuatu organisasi jika ia mampu memberdayakan orang-orang yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, ia mampu membuat organisasi sedemikian rupa sehingga member kebebasan dan kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi kebutuhannya dan pada saat yang bersamaan member sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.

C.                 Gaya Kepemimpinan

 

1.                  Gaya Kepemimpinan Otokratik

Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kata otokratik diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau rasa aku yang keberterimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Kepemimpinan otokratik disebut juga kepemimpinan otoriter.

2.                  Gaya Kepemimpinan Demokratis

Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuantujuan yang bermutu tercapai. Mifta Thoha (2010: 50) mengatakan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

3.                  Gaya Kepemimpinan Permisif

Menurut Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu permasalahan. Pemimpin yang permisif cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.

 

D.                Karakteristik Kepemimpinan

Berikut ini terdapat beberapa karakteristik kepemimpinan, terdiri atas:

1.                  Penyingkapan diri

Penyingkapan diri adalah menempatkan posisi dan mempresentasikan pandangan atau pendapat Anda dengan hal yang positif dan baik. Dengan demikian, orang lain akan merasa aman dan nyaman dalam mengungkapkan perasaan.

2.                  Wawasan

Maksudnya kemampuan seorang pemimpin dalam membaca atau mengenal karakter orang lain. Hal ini akan bermanfaat dalam menyelesaikan bila ada timbul masalah.

3.                  Tanggung jawab pribadi

Merealisasikan berarti memiliki tanggung jawab pribadi untuk menggapai hasil. Banyak pemimpin sekarang mengharapkan perubahan dan menuntut hasil tetapi tidak berpartisipasi dalam berusaha dan tidak diperhitungkan dlm menentukan kesuksesan perusahaan. Pemimpin semacam ini perlu umpan balik dan duduk bersama dalam membuat keputusan. Pemimpin sekarang perlu terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap proses pengembangan dan implementasi.

4.                  Agen perubahan ( Agent of Change)

Pemimpin yang kreatif,inovatif dan enerjik penuh dengan gagasan,ide yang brillian.

5.                  Pengembang

Pandai atau bijaksana dalam menempatkan diri. Kapan harus diam,bicara, berempati dan memberikan pemahaman.

6.                  Pemegang saham

Pemimpin yang mampu dalam memberi kepercayaan kepada bawahannya, mendelegasikan dan memberikan peluang kepada karyawan untuk menyumbangkan kreatifitas kepada suatu posisi.

7.                  Keterampilan mengatasi stres

Masalah pasti akan selalu ada, namun yang terpenting bagi seorang pemimpin adalah mengerti bagaimana ilmu menangani masalah (jangan sampai menuju ke titik stress)

8.                  Ekspresi

Menghargai seseorang, empati terhadap  situasi, fokus pada masalah,  bukan pada pribadi,

E.                 Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan tahap yang sangat menentukan dari sebuah proses manajemen. Oleh karenanya, kemampuan untuk melaksanakan pengendalian adalah salah satu fungsi serta peran manajer yang penting. Dalam hal ini pengendalian adalah “proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar bisa terlaksana sebagaimana yang telah direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti.”

Beberapa pengertian pengendalian menurut beberapa ahli :

1.                  Menurut Mulyadi (2007:89) Pengendalian merupakan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yg diharapkan.

2.                  Sedangkan menurut Indra Bastian (2006:70) pengendalian merupakan tahap penentu keberhasilan manajemen.

3.                  Dessler dan Dharma (2009.:62) mengemukakan bahwa pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yg dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi resiko.

4.                  Selanjutnya Hasibuan (2008:39) mendefinisikan pengendalian merupakan suatu proses penjaminan di mana perusahaan dan orang - orang yg berada dalam perusahaan tersebut bisa mencapai tujuan yg sudah ditetapkan.

F.                  Asas-asas Pengendalian

Asas pengendalian Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel (2007:89) menetapkan asas pengawasan sebagai berikut :

1.                  Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreks) untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan/deviasi dari perencanaan.

2.                  Asas efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control). Pengawasan itu efisien bila bisa menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yg diluar dugaan.

3.                  Asas tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility). Pengawasan hanya bisa dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab penuh thd pelaksanaan rencana.

4.                  Asas pengawasan thd masa depan (principle of future control). Pengawasan yg efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan perencanaan yg akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yg akan datang.

5.                  Asas pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol yg paling efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yg berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah .Cara yg paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yg sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan sebisa mungkin para petugas memiliki kualitas yg baik.

G.                Jenis-jenis Pengendalian

Ada berbagai jenis pengendalian di dalam manajemen. Salah satunya ialah jenis pengendalian yang memfokuskan pada masukan-proses-keluaran (Input – Process – Output) seperti halnya yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1.                  Metode Pengendalian Umpan Maju (Mengantisipasi Masalah Sebelum Terjadi)

Metode pengendalian jenis ini mebutuhkan berbagai standar kualitas dan kuantitas yang layak dari berbagai masukan (input), seperti misalnya sumber daya manusia, material, modal, mesin, dan sebagainya. Sumber daya informasi juga sangat dibutuhkan oleh manajer dalam menentukan sumber daya yang mana saja yang diperlukan untuk memenuhi standar yang ditetapkan sehingga terhindar dari masalah potensial.

2.                  Metode Pengendalian Berjalan atau Bersamaan (Mengelola Masalah pada Saat Terjadi)

Metode ini membutuhkan standar perilaku, kegiatan serta pelaksanaan dari aktivitas secara layak. Sumber informasi utama bagi metode pengendalian jenis ini ialah hasil observasi dari first line manager. Tindakan perbaikan (korektif) ditujukan pada perbaikan kualitas serta kuantitas sumber daya dan operasi.

3.                  Metode Pengendalian Umpan Balik (Mengelola Masalah Setelah Terjadi)

Metode pengendalian jenis ini membutuhkan standar kualitas dan kauntitas yang layak dari keluaran yang diharapakan (output). Informasi ini harus merepresentasikan karakteristik dari keluaran. Berbeda halnya dengan metode sebelumnya, para manajer disini mengambil tindakan korektif untuk memperbaiki masukan serta operasi bukan pada standar kualarannya saja. Seperti misalnya dengan memperbaiki proses produksi ketika banyak produk yang dikembalikan oleh konsumen karena cacat ataupun rusak.

H.                Proses Pengendalian

Pengendalian manajemen merupakan sebuah proses untuk menjamin bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan. Proses pengendalian adalah mengukur kemajuan kegiatan yang berdasarkan atas perencanaan yang sudah ditetapkan dalam rangka tujuan organisasi, lalu kemudian dievaluasi serta dicari alternative solusi dalam rangka penyelesaian masalah yang terjadi dalam pelaksanaannya. Terdapat 4 (empat) langkah dalam proses pengendalian manajemen, antara lain yaitu:

           LANGKAH 1: Menetapkan standar kinerja dan target sebagai dasar untuk evaluasi kinerja

           LANGKAH 2: Mengukur kinerja nyata (actual)

           LANGKAH 3: Membandingkan kinerja nyata dengan standar kinerja yang ditetapkan

           LANGKAH 4: Mengevaluasi hasil dan melakukan tindakan koreksi jika standar tidak tercapai

I.                    Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap pendayagunaan semua sumber daya, untuk mengetahi kelemahan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk pengembangan unit/organisasi kerja di masa depan.

Dalam waskat, pelaku pengawasan adalah atasan yang dianggap memiliki kekuasaan dan setiap pimpinan atau manajer memiliki fungsi yang melekat di dalam jabatannya untuk melaksanakan pekerjaannya atau pada personil yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Dalam konsep waskat, para pelaku pengawasan lainnya seperti bawahan, orang lain, dan masyarakat kurang diperhatikan dengan anggapan atasan dapat menjalankan kekuasaannya sehingga bebas mengawasi bawahannya.





Daftar Pustaka

Sumber :

https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/01/proses-pengendalian-manajemen.html

https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/01/pengendalian-manajemen-pengertian-fungsi-dan-jenis-pengendalian-manajemen.html

https://pa-karanganyar.go.id/index.php/id/peraturan-dan-kebijakan/pengawasan/pengawasan-melekat

https://www.dosenpendidikan.co.id/teori-kepemimpinan/

 

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

Nama : Ni Wayan Andini Pitaloka

(andnptlka21@gmail.com)


PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

ABSTRAK

keputusan adalah memilih satu pilihan dari beberapa alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan biasanya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan.


        I.            PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang terutana bagi seorang pemimpin. Organisasi akan berjalan sesuai fungsinya, apabila para pemimpinya memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan dan mampu menerapkannya kepada anggota organisasi.

Keputusan biasanya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk mengatasi permasalahan tersebut.

 

      II.            RUMUSAN MASALAH

a.         Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan

b.         Apa saja faktor & tujuan dalam pengambilan keputusan

c.          Apa saja dasar – dasar dalam pengambilan keputusan

d.         Baagaimana proses dalam pengambilan keputusan

 

    III.            PEMBAHASAN

1.         Pengertian Pengambilan Keputusan

Menurut Eisenfuhr (dalam Lunenburg, 2010) pengambilan keputusan adalah proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, menurut Terry (1994) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

Sementara Wang dan Ruhe (2007) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, pengambilan keputusan bisa disimpulkan bahwa suatu proses pemilihan dari antara alternatif untuk mencapai suatu hasil.

 

2.         Tujuan Pengambilan Keputusan

a.    Bersifat Tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.

b.    Bersifat Ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

 

3.         Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan. Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu:

a.    Faktor dari dalam

Menurut Noorderhaven, faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian, intuisi, umur. Sedangkan Cervone dalam penelitiannya menemukan bahwa suasana hati yang positif dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengambilan keputusan.

Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan. Secara alami, manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan secara alami juga ia dilatih mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup yang dialaminya.

 Oleh karena itu sesungguhnya manusia akan terus menerus menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan.

b.    Faktor dari luar diri individu.

Menurut Millet dalam bukunya Hasan, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

·      Pria dan wanita

·      Peranan pengambil keputusan

·      Keterbatasan kemampuan

Menurut Terry (1989), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan yaitu :

·      Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

·      Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.

·      Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.

·      Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.

·      Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.

·      Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.

·      Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

·      Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.

·      Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya

 

4.         Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :

·      Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.

·      Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.

·      Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

·      Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

·      Logika/Rasional

Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

 

5.         Proses Pengambilan Keputusan

Thohiron (2013) menjelaskan proses pengambilan keputusan meliputi sebagai berikut:

a.         Perumusan Masalah

Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan masalah yang ada di dalam suatu organisasi. Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta yang ada. Sebuah perumusan yang baik mengidentifikasikan semua elemenelemen yang relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang perlu ditambahkan.

b.         Pengumpulan dan Penganalisis Data

·      Fase pengumpulan data/fakta meliputi kegiatan mendefinisikan masalah serta mengumpulkan masalah serta meng-analisis data yang penting.

·      Fase penemuan ide meliputi kegiatan pengumpulan ide-ide yang mungkin dipakai dan kemudian mencari ide yang terbaik. Dapat saja berbagai ide yang ada dimodifikasi dan dikombinasikan.

·      Fase penemuan solusi ini meliputi kegiatan mengidentifi-kasi dan mengevaluasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan bagaimana cara melakukan. Kegiatan dalam fase ini meliputi penentuan pendapat, analisis dan penerimaan/pemberian kritik.

c.          Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan

Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif.

Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik.

d.         Pemilihan salah satu alternatif terbaik

Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.

e.         Pelaksanaan keputusan

Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang.

f.           Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan

Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak setelah pelaksanaan ber-jalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.

 

    IV.            KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Pengambilan keputusan (Decision Making) merupakan suatu proses pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai prediksikedepan. Proses Pengambilan Keputusan: Identifikasi Masalah, Pengumpulandan Penganalisis data, Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, Pemilihansalah satu alternatif terbaik, Pelaksanaan keputusan dan Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan

Selain itu pengambilan keputusan ini dapat dipengaruhi oleh faktor baik dari luar maupun dari dalam, adapun faktor dari luar ini seperti kedudukan ataupun gaya kepemimpinan sangat mengambil andil yang cukup besar dalam mengambil suatu keputusan dimana orang yang berkedudukan lebih tinggi lah yang akan menentukan suatu putusan dan juga faktor dari dalam ini meliputi kepribadian dan juga ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi akan berhati hati dan mempertimbangkan dan juga memikirkan segala hal yang akan terjadi.

 

      V.            DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1824/5/128600032_File5.pdf

https://sarjanaekonomi.co.id/pengambilan-keputusan/

https://osf.io/preprints/inarxiv/r5ztv/download?format=pdf;Faktor

https://osf.io/9853s/download

https://ismaan.wordpress.com/2015/05/19/definisi-dan-dasar-pengambilan-keputusan/


PERENCANAAN STRATEGIS

 


Nama : Ni Wayan Andini Pitaloka

(andnptlka21@gmail.com)

 

PERENCANAAN STRATEGIS

 

ABSTRAK

    Perencanaan strategis merupakan perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada. Perencanaan strategis sangat penting dalam organisasi karena perencanaan strategis ini berlaku bagi organisasi secara keseluruhan. Perencanaan strategis dirancang sebagai perencanaan organisasi dalam jangka panjang dan dijadikan pedoman untuk menjabarkan perencanaan-perencanan lainnya sebagai perencanaan jangka pendek. Organisasi yang memiliki perencanaan strategis berarti memiliki dasar yang kuat dalam menjalankan semua aktivitasnya sehingga berguna untuk memastikan agar semua anggota organisasi bekerja ke arah tujuan yang sama. Perencanaan strategis sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan organisasi.


        I.            PENDAHULUAN

Perencanaan dinilai sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting dan mempunyai keterkaitan yang erat dengan setiap fungsi manajemen lainnya. Hal ini mengingat bahwa perencanaan memuat segala sesuatu yang bersifat menyeluruh sebagai pedoman untuk melaksanakan semua aktivitas organisasi.

Robbin et al (2000 : 247) mengemukakan planning is a process that defining the organisation’s objectives or goals, establishing an overall strategy for achieving those goals, and developing a comprehensive hierarchy of plans to integrate and coordinate activities.

Robbin dan Mary Coulter (2004 : 174) menyatakan bahwa perencanaan mencakup mendefinisikan sasaran organisasi, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan organisasi.

Dengan demikian jelaslah bahwa perencanaan merupakan suatu fungsi yang sangat pokok dalam organisasi. Perencanaan sudah sangat sering dikatakan sebagai fungsi yang paling mendasar. Perencanaan selalu menyajikan penentuan tujuan organisasi dan yang disertai dengan cara meraih tujuan tersebut.


      II.            RUMUSAN MASALAH

a.         Apa yang dimaksud dengan perencanaan

b.         Apa saja jenis, tujuan & sifat perencanaan

c.          Bagaimana proses perencanaan strategis

d.         Apa saja kendala dalam menyusun perencanaan strategis

 

    III.            PEMBAHASAN

A.        Pengertian Perencanaan Menurut Para Ahli

·      Erly Suandy

Erly Suandy berpendapat bahwa pengertian perencanaan adalah sebuah proses dalam menentukan tujuan organisasi dan juga menyajikannya secara lebih jelas dengan berbagai strategi, taktik, dan operasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan utama organisasi secara keseluruhan.

·      Jacqueline Alder

Alder menerangkan bahwa pengertian perencanaan merupakan suatu proses dalam menentukan apa yang sebenarnya sangat ingin dicapai di masa depan dan juga menetapkan berbagai langkah yang diperlukan guna mencapai tujuan tujuan tersebut.

·      John Douglas

Douglas mengatakan bahwa pengertian perencanaan adalah suatu proses yang terus-menerus dalam hal pengkajian, membuat tujuan dan saran, serta mengimplementasikan dan mengevaluasi ataupun memantaunya.

Jadi, pengertian perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang paling penting, yang mana di dalam perencanaan itu sendiri terdapat kegiatan dalam menjelaskan tujuan organisasi, membuat strategi, dan juga mengembangkan rencana kerja organisasi.

 

B.         Jenis-Jenis Perencanaan

Pada umumnya, perencanaan terbagi menjadi tiga, yakni berdasarkan tingkatannya, berdasarkan jangka waktunya, dan juga berdasarkan ruang lingkupnya.

1.    Perencanaan Berdasarkan Tingkatan

·      Master Plan atau Rencana Induk, adalah suatu perencanaan yang lebih menekankan pada kebijakan perusahaan yang mana didalamnya tercantum tujuan dalam kurun waktu dan ruang lingkup yang lebih luas.

·      Operational Planning atau Rencana Operasional, adalah suatu perencanaan yang lebih menekankan pada pedoman ataupun petunjuk dalam hal melaksanakan berbagai program perusahaan.

·      Day to Day Planning atau Rencana harian, adalah perencanaan yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan yang lebih bersifat rutin.

2.    Perencanaan Berdasarkan Jangka Waktu

·      Rencana Jangka Panjang atau long term Planning, adalah suatu perencanaan yang dibuat dan akan tetap berlaku dalam kurun waktu 10 hingga 25 tahun.

·      Rencana Jangka Menengah atau Medium Range Planning, adalah suatu perencanaan yang dibuat dan akan tetap berlaku dalam kurun waktu 5 hingga 4 tahun

·      Rencana jangka pendek atau short range planning, adalah suatu perencanaan yang dibuat dan akan tetap berlaku dalam kurun waktu 1 tahun

3.    Perencanaan Berdasarkan Ruang Lingkup

·      Rencana strategis atau strategic planning, adalah suatu perencanaan yang didalamnya memiliki penjelasan terkait kebijakan dalam kurun waktu yang lama dan waktu pelaksanaannya pun juga lama. Biasanya, jenis perencanaan ini sangat sulit untuk dimodifikasi.

·      Rencana taktis atau tactical planning, adalah suatu bentuk perencanaan yang didalamnya memiliki penjelasan yang lebih bersifat pendek, serta lebih mudah untuk disesuaikan kegiatannya selama tujuannya masih sama.

·      Rencana terintegrasi atau integrated planning, adalah suatu bentuk perencanaan yang didalamnya memiliki penjelasan secara menyeluruh dan lebih terpadu.

 

C.         Tujuan Perencanaan

Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan banyak tujuan perencanaan.

1.    Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.

2.    Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.

3.    Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.

4.    Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada.

 

D.        Proses Perencanaan Strategis

Handoko (2009 : 94- 98) menjelaskan bahwa secara ringkas langkah-langkah proses penyusunan strategik dapat diuraikan sebagai berikut :

1.    Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan-pernyataan umum tentang misi dan tujuan organisasi

2.    Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan. Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan tujuan-tujuan dan strategi-strategi yang ada sekarang. Suatu profil perusahaan adalah hasil analisa internal perusahaan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan strategi- strategi yang ada sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya-sumber daya perusahaan yang tersedia

3.    Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan ling

4.    Analisa internal perusahaan – kekuatan dan kelemahan organisasi. Analisis ini dilakukan dengan memperbandingkan profil perusahaan dengan lingkungan eksternal. Tujuan proses analisa internal adalah untuk mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan strategik yang penting bagi perumusan strategi perusahaan

5.    Identifikasi kesempatan dan ancaman strategik. Penentuan berbagai kesempatan yang tersedia bagi organisasi dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi

6.    Pembuatan keputusan strategik, mencakup identifikasi, penilaian dan pemilihan berbagai alternatif strategik

7.    Pengembangan strategi perusahaan. Setelah tujuan jangka panjang dan strategi dipilih dan ditetapkan, organisasi perlu menjabarkannya ke dalam sasaran-sasaran jangka pendek (tahunan) dan strategi-strategi operasional

8.    Implementasi strategi, yang menyangkut kegiatan manajemen untuk mengoperasikan strategi

9.    Peninjauan kembali dan evaluasi, untuk menilai apakah organisasi berjalan ke arah tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.

 

E.         Sifat Perencanan

Perencanaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    Faktual (dibuat berdasarkan fakta/data; memperkirakan kejadian yang akan datang dalam tindakan pelaksanaan kelak)

b.    Rasional (masuk akal, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan angan-angan)

c.     Fleksibel (dapat mengikuti perkembangan kemajuan masyarakat, perubahan situasi dan kondisi; dapat diubah /disempurnakan sesuai keadaan/tidak merubah tujuan)

d.    Kontiniu/berkesinambungan (dipersiapkan untuk tindakan yang terus menerus dan berkelanjutan; tidak untuk sekali tetapi untuk selamanya)

e.    Dialektis (memperkirakan peningkatan dan perbaikan untuk kesempurnaan masa yang akan datang)

 

F.         Kendala-Kendala Dalam Perencanaan

1.    Ketidakmampuan membuat Rencana atau Rencana yang tidak cukup Baik. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pengalaman, pendidikan atau bahkan karena diajari atau tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana membuat rencana yang benar.

2.    Kurangnya Komitmen dalam proses pembuatan rencana. Mengembangkan sebuah rencana adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang cukup banyak dan menyita waktu. Kebanyakan manajer beralasan mereka tidak cukup punya waktu untuk mengikuti proses pembuatan rencana yang cukup panjang, atau bahkan mereka tidak membuat rencana yang memadai karena sebenarnya mereka takut gagal tidak mencapai yang mereka targetkan dalam rencana tersebut.

3.    Lemahnya informasi. Karena yang menjadi dasar dari sebuah rencana adalah informasi, maka bagaimanapun canggihnya seorang manajer dalam teknik pembuatan rencana, namun apabila informasi yang digunakan dalam penyusunan rencana tersebut kurang memadai (informasi kurang akurat, kurang lengkap, basi), maka rencana tersebut juga akan kurang bermutu atau bahkan rencana yang gagal.

4.    Terlalu berfokus pada masa kini. Kegagalan mempertimbangkan efek jangka panjang sebuah rencana karena terlalu menekankan pada penanganan persoalanpersoalan jangka pendek, justru dapat menyebabkan kegagalan organisasi mempersiapkan masa depan.

5.    Terlalu mengandalkan diri pada unit/Bagian Perencanaan. Banyak organisasi/perusahaan yang memiliki bagian perencanaan atau bagian perencanaan dan pengembangan tersendiri. Bagian ini yang melakukan penelitian, studi, membangun model, percobaan, dll, tapi sesungguhnya tidak mengembangkan perencanaan itu sendiri. Hasil dari bagian ini hanyalah merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh manajer dalam membuat rencana, apalagi menyusun sebuah rencana organisasi tetaplah tanggung-jawab manajer.

6.    Memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang dapat dikuasainya. Misalnya memusatkan perhatian pada pembuatan gagasangagasan dan ide-ide baru, namun mengabaikan bagaimana cara menjadikan gagasan/ide tersebut teraplikasikan karena kurang menguasai operasional organisasinya

 

    IV.            KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas mengenai “ Perencanaan Strategis”, dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategis adalah proses penentuan strategi dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi untuk mencapai suatu tujuan jangka panjang. Perencanaan strategi tiap organisasi berbeda-beda namunmemiliki manfaat dan tujuan yang sama yaitu mempersiapkan strategi untuk masadepan. Perencanaan strategi erat hubungannya dengan visi dan misi suatuorganisasi dimana fungsinya adalah sebagai langkah spesifik untuk mewujudkanvisi dan misi organisasi.

 

      V.            DAFTAR PUSTAKA

https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-perencanaan/

https://dykaandrian.blogspot.com/2014/12/pengantar-manajemen-4-fungsi-perencanaan.html

https://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/intekna/article/view/178/167

https://media.neliti.com/media/publications/publications/56645-ID-perencanaan-strategis-dan-prilaku-manaje.pdf

https://irwanahrif.wordpress.com/2011/11/14/proses-perencanaan/