Monday, April 24, 2023

"Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria pada Proses Seleksi Karyawan: Tinjauan Pustaka"

"Rahasia Sukses Seleksi Karyawan Terungkap: Metode AHP sebagai Solusi Cerdas dalam Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria"

Oleh : Ika Devi Mayang Sari (2023)

Gambar 1. Peta Pikiran Artikel Ilmiah Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria pada Proses Seleksi Karyawan: Tinjauan Pustaka

Abstrak

Artikel ini membahas penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperjelas konsep dan prinsip dasar AHP serta aplikasinya dalam proses seleksi karyawan. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka dari berbagai sumber terkait dengan topik yang dibahas. Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa AHP dapat membantu dalam pengambilan keputusan multi-kriteria dengan memprioritaskan kriteria yang paling penting dan memungkinkan pengambil keputusan untuk mempertimbangkan bobot dari masing-masing kriteria secara objektif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa AHP dapat menjadi alat yang efektif dalam proses seleksi karyawan dengan memberikan informasi yang lebih akurat dan objektif dalam pengambilan keputusan.

Kata kunci : AHP, pengambilan keputusan, multi-kriteria, selesi karyawan, tinjauan pustaka

 Abstract

This article discusses the use of Analytic Hierarchy Process (AHP) method in multi-criteria decision making for employee selection process. The aim of this research is to clarify the concept and basic principles of AHP as well as its application in the employee selection process. The methodology used is a literature review from various sources related to the topic being discussed. The main findings of this research are that AHP can assist in multi-criteria decision making by prioritizing the most important criteria and enabling decision makers to consider the weight of each criterion objectively. The conclusion of this research is that AHP can be an effective tool in the employee selection process by providing more accurate and objective information in decision making.

Keywords: AHP, decision making, multi-criteria, employee selection, literature review.

I.         Pendahuluan

  1. Latar Belakang

Pengambilan keputusan dalam seleksi karyawan menjadi hal yang krusial bagi perusahaan. Perusahaan harus memastikan bahwa calon karyawan yang dipilih memiliki keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam era digital saat ini, perusahaan perlu mempertimbangkan keterampilan teknologi informasi dalam proses seleksi karyawan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan akan keterampilan teknologi informasi pada berbagai jenis pekerjaan, yang mana menjadi tren dalam perkembangan pasar kerja (Reimers-Hild & King, 2020).

Semakin ketatnya persaingan dalam dunia kerja, untuk menemukan kandidat Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas menjadi semakin sulit. Karena itu, perusahaan perlu menggunakan metode yang efektif dan efisien untuk memilih calon karyawan terbaik yang dapat membawa dampak positif bagi perusahaan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP adalah metode analisis keputusan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang berbeda.

Menurut studi yang dilakukan oleh Mardlijah dan Karya (2005), AHP dapat membantu memilih calon karyawan yang paling sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain itu, Mazurchenko dan Maršíková (2019) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dalam manajemen sumber daya manusia juga dapat memainkan peran penting dalam proses seleksi karyawan. Dalam hal ini, perusahaan perlu memperhatikan soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, dan kepemimpinan yang menjadi faktor penting dalam memilih calon karyawan. Menurut Vrabec (2019), soft skills menjadi semakin penting dalam era digital saat ini, karena kemampuan teknologi saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja. Artinya perlu dibuat batasan-batasan untuk mempertimbangkan kriteria seleksi karyawan yang akan direkrut sebelum proses seleksi karyawan dilakukan.

Oleh karena itu, artikel ini akan membahas tentang cara penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan. Langkah-langkah dalam penggunaan AHP dalam seleksi karyawan juga akan dijelaskan, serta kelebihan dan kekurangan metode AHP dalam proses seleksi karyawan. Selain itu, akan dibahas kriteria seleksi karyawan yang digunakan dan peran metode AHP dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan. Diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam memilih karyawan yang tepat untuk menghadapi tantangan di era digital.

  1. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan penerapannya dalam proses seleksi karyawan. Untuk itu, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Bagaimana cara penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan?

2.     Apa saja langkah-langkah dalam penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam proses pengambilan keputusan multi-kriteria pada seleksi karyawan?

3.     Apa saja kelebihan dan kekurangan metode AHP dalam seleksi karyawan?

4.     Apa saja kriteria seleksi karyawan yang digunakan dalam pengambilan keputusan multi-kriteria?

5.     Bagaimana peran metode AHP dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan?

  1. Tujuan Penelitian

Tujuan dibuatnya artikel ilmiah ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam proses seleksi karyawan dengan menggunakan pendekatan multi-kriteria. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang cara menggunakan metode AHP dalam pengambilan keputusan multi-kriteria dalam proses seleksi karyawan, serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari metode AHP dalam proses seleksi karyawan. Tujuan dari artikel ini juga adalah untuk memberikan panduan dan rekomendasi praktis bagi perusahaan-perusahaan yang ingin menggunakan metode AHP dalam proses seleksi karyawan.

  1. Metode Penelitian

Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode pendekatan studi pustaka dengan melakukan analisis terhadap teori dan konsep dasar dari metode AHP serta hasil penelitian terdahulu yang relevan. Selain itu, penulis juga melakukan analisis terhadap implementasi metode AHP pada seleksi karyawan di berbagai perusahaan dan membahas hasil penelitian terkait penggunaan AHP dalam seleksi karyawan. Data dikumpulkan melalui studi literatur dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, buku, dan publikasi online, yang telah terverifikasi dan diverifikasi oleh para ahli terkait. Sumber referensi yang digunakan dalam penelitian ini akan disertakan di dalam daftar pustaka dengan penulisan yang sesuai dengan aturan penulisan daftar pustaka yang berlaku.

II.       Tinjauan Pustaka

  1. Teori dan Konsep Dasar

Pengambilan keputusan (Decision making) adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran (Hidayat, 2021). Keputusan adalah hasil dari proses pemikiran dalam memilih alternatif terbaik untuk memecahkan suatu masalah, sedangkan pengambilan keputusan adalah langkah-langkah dalam proses pemilihan alternatif tersebut dengan mempertimbangkan fakta dan data. Menurut Siagian (2006), Keputusan dan pengambilan keputusan merupakan unsur kegiatan yang sangat vital dalam suatu organisasi. Menurut Terry (2018), Proses pengambilan keputusan harus dilakukan dengan sengaja dan tidak boleh sembarangan, dengan mempertimbangkan disiplin yang harus ditegakkan serta sikap manusiawi terhadap bawahan. Pengambilan keputusan melibatkan pendekatan terhadap hakikat masalah, pengumpulan fakta dan data, serta penentuan alternatif terbaik sebelum akhirnya diambil tindakan yang dianggap paling tepat. Oleh karena itu, keputusan harus didasarkan pada proses yang jelas dan matang (Hidayat, 2021).

AHP atau Analytical Hierarchy Process adalah metode pengambilan keputusan multi-kriteria yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an (Saaty, 1990). AHP membantu pengambil keputusan dalam menilai kriteria yang berbeda dan memberikan bobot yang tepat pada masing-masing kriteria. AHP sangat berguna dalam berbagai bidang seperti manajemen, ekonomi, dan ilmu sosial. Sejarah pengembangan AHP dimulai pada tahun 1970-an ketika Saaty mengembangkan metode untuk membantu pengambil keputusan dalam mengevaluasi alternatif dalam situasi multi-kriteria (Saaty, 1990). Pada tahun 1980-an, AHP mulai digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi bisnis dan industri. Seiring dengan perkembangan teknologi, AHP sekarang dapat diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak dan aplikasi web.

Prinsip-prinsip dan prosedur penggunaan AHP meliputi langkah-langkah seperti pembentukan hierarki kriteria, penilaian kriteria, dan pembobotan kriteria (Saaty, 1990; Saaty, 2008). Pembentukan hierarki kriteria melibatkan pembagian masalah ke dalam sub-masalah yang lebih kecil dan lebih terkelompok. Penilaian kriteria melibatkan pemberian nilai pada masing-masing kriteria berdasarkan preferensi subjektif pengambil keputusan. Pembobotan kriteria melibatkan perhitungan bobot relatif untuk masing-masing kriteria.

Seleksi karyawan adalah proses penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Seleksi karyawan adalah proses pemilihan kandidat yang terbaik untuk posisi tertentu berdasarkan kemampuan, keterampilan, dan sifat pribadi yang diinginkan (Armstrong & Taylor, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses seleksi karyawan meliputi kebutuhan organisasi, persyaratan pekerjaan, dan profil kandidat. Metode-metode yang sering digunakan dalam proses seleksi karyawan termasuk tes, wawancara, dan asesmen pusat.

  1. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan

Beberapa studi yang relevan dengan penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam seleksi karyawan telah dilakukan. Salah satunya studi yang telah dilakukan oleh Nuryadi dan Rustam (2017), menunjukkan bahwa AHP dapat membantu perusahaan dalam memilih karyawan yang paling sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sarwar dkk. (2018) menemukan bahwa meskipun AHP lebih kompleks daripada TOPSIS, AHP memberikan hasil yang lebih akurat dan terstruktur dalam menentukan kriteria dan bobot yang tepat dalam seleksi karyawan. Sementara itu, Zhang dkk. (2019) menemukan bahwa metode AHP dapat membantu perusahaan dalam menentukan karyawan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan memberikan hasil yang lebih akurat daripada metode pengambilan keputusan lainnya.

Selain itu, Mardlijah dan Karya (2005) mengevaluasi penggunaan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) dalam seleksi karyawan di PT. XYZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FAHP dapat digunakan dalam seleksi karyawan dengan baik dan efektif. Metode ini mampu menghasilkan karyawan terbaik dengan nilai akurasi mencapai 90%. Namun, Marpaung dan Widayati (2019) menemukan kekurangan dari metode AHP dalam menangani masalah multi-tahap dalam seleksi karyawan. Salah satu kekurangan dari metode AHP dalam seleksi karyawan adalah ketidakpastian pada penilaian subjektif. Hal ini terjadi karena penilaian subjektif cenderung dipengaruhi oleh faktor personal dan pengalaman masing-masing evaluator, sehingga dapat menghasilkan hasil yang tidak konsisten antara evaluator yang satu dengan yang lain

Dalam perbandingan antara metode AHP dengan metode pengambilan keputusan lainnya dalam seleksi karyawan, Susanto dan Wahyudi (2017) menemukan bahwa metode AHP lebih baik daripada metode Weighted Sum Model (WSM) dalam seleksi karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode AHP mampu mempertimbangkan berbagai kriteria secara seimbang dan memberikan hasil seleksi karyawan yang lebih baik. Namun, perlu diingat bahwa masing-masing metode pengambilan keputusan memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan dengan matang sebelum digunakan dalam proses seleksi karyawan.

III.    Pembahasan

  1. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

1.     Pengertian Metode AHP

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Menurut Saaty (1990), AHP merupakan metode yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif dalam pengambilan keputusan. Metode ini juga mampu menangani masalah ketidakpastian dalam pengambilan keputusan (Mardlijah & Karya, 2005). Prinsip dasar AHP adalah memecah suatu masalah keputusan kompleks menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola.

Dalam AHP, suatu masalah keputusan diwakili oleh hierarki kriteria dan alternatif. Hierarki kriteria terdiri dari beberapa kriteria yang saling terkait dan diletakkan dalam struktur hierarki, sedangkan alternatif adalah solusi yang mungkin untuk masalah yang diberikan (Wibowo et al., 2021). Proses pengambilan keputusan pada AHP dilakukan dengan memberikan nilai bobot pada setiap kriteria dan alternatif, yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai total setiap alternatif dan menentukan alternatif terbaik yang sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan(Marpaung & Widayati, 2019).

2.     Langkah-langkah Metode AHP

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah metode pengambilan keputusan yang digunakan untuk membandingkan alternatif keputusan yang berbeda dengan kriteria yang berbeda pula, sehingga dapat memberikan prioritas dan bobot pada setiap alternatif (Saaty, 1990). Langkah-langkah metode AHP yang umumnya dilakukan adalah sebagai berikut:

a.  Menentukan tujuan dan alternatif keputusan yang akan dibandingkan. Identifikasi tujuan: Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari pengambilan keputusan. Tujuan harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berada dalam jangka waktu tertentu. Identifikasi alternatif: Tentukan alternatif yang dapat dijadikan pilihan dalam pengambilan keputusan. Alternatif dapat berupa tindakan atau keputusan yang berbeda yang dapat diambil.

b.  Membuat hierarki kriteria. Kriteria yang digunakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu kriteria utama dan subkriteria. Kriteria utama adalah kriteria yang berhubungan langsung dengan tujuan akhir, sedangkan subkriteria adalah kriteria yang berhubungan dengan kriteria utama.

c.  Menentukan bobot setiap kriteria. Pada tahap ini, dilakukan penentuan tingkat kepentingan setiap kriteria dengan menggunakan skala 1-9 atau skala yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tingkat kepentingan 1 menunjukkan kriteria yang sama pentingnya dengan kriteria lainnya, sedangkan nilai 9 menunjukkan kriteria yang sangat penting.

d.   Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antara kriteria. Matriks ini digunakan untuk menentukan bobot relatif antara kriteria. Setiap elemen matriks menunjukkan tingkat preferensi terhadap dua kriteria yang dibandingkan dengan skala 1-9.

e.   Menghitung bobot relatif setiap kriteria. Dalam tahap ini, dilakukan perhitungan dari matriks perbandingan berpasangan menggunakan metode konsistensi (eigenvalue dan eigenvector).

f.  Membuat matriks perbandingan berpasangan antara alternatif. Matriks ini digunakan untuk menentukan bobot relatif antara alternatif.

g.  Menghitung bobot relatif setiap alternatif. Dalam tahap ini, dilakukan perhitungan dari matriks perbandingan berpasangan menggunakan metode konsistensi.

h.  Menghitung konsistensi hasil perhitungan. Tahap ini digunakan untuk mengecek konsistensi hasil perhitungan dengan menggunakan rasio konsistensi.

i.   Melakukan analisis sensitivitas. Tahap ini digunakan untuk menguji sensitivitas hasil perhitungan dengan mempertimbangkan perubahan bobot yang mungkin terjadi pada kriteria atau alternatif.

j. Menentukan alternatif terbaik. Alternatif terbaik ditentukan berdasarkan hasil perhitungan bobot relatif dari setiap alternatif.

3.     Kelebihan dan Kekurangan Metode AHP

Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, di antaranya:

v Kelebihan Metode AHP:

1) Fleksibilitas: AHP dapat digunakan dalam berbagai macam keputusan dan permasalahan yang melibatkan banyak kriteria dan alternatif.

2)  Mudah digunakan: Dalam AHP, pengambil keputusan tidak harus memiliki latar belakang matematika yang tinggi, karena AHP menggunakan pendekatan hierarki dalam penyusunan kriteria dan alternatif.

3)  Konsisten: AHP membantu dalam menjaga konsistensi antara prioritas kriteria dan alternatif, sehingga dapat meminimalkan konflik antara keputusan yang dibuat.

4) Mengintegrasikan kualitatif dan kuantitatif: AHP dapat mengintegrasikan aspek kualitatif dan kuantitatif dalam pengambilan keputusan, yang dapat membantu dalam menangani ketidakpastian yang terkait dengan preferensi dan pendapat subjektif.

v Kekurangan Metode AHP:

1) Subjektivitas: AHP tergantung pada subjektivitas pengambil keputusan dalam penilaian relatif antar kriteria dan alternatif.

2)   Kompleksitas: AHP dapat menjadi kompleks ketika jumlah kriteria dan alternatif yang terlibat cukup banyak.

3)     Ketergantungan pada data: AHP memerlukan data yang cukup valid dan akurat untuk mendapatkan hasil yang tepat dan objektif.

4)  Rentan terhadap perubahan: AHP dapat menghasilkan hasil yang berbeda-beda ketika kriteria dan alternatif berubah atau ditambah.

4.     Penggunaan AHP dalam seleksi karyawan

Penggunaan AHP atau Analytical Hierarchy Process dalam seleksi karyawan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam memilih kandidat yang paling sesuai untuk posisi yang tersedia (Saaty, 2012). Dalam proses seleksi karyawan, AHP dapat membantu dalam menentukan bobot atau tingkat kepentingan setiap kriteria yang diperlukan untuk memilih karyawan yang ideal. Dengan menggunakan AHP, perusahaan dapat mengevaluasi kandidat berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman, keahlian, sikap, dan lain-lain. AHP juga dapat membantu dalam menyeimbangkan antara kriteria kualitatif dan kuantitatif dalam penilaian kandidat. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan kesalahan dalam memilih karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pekerjaan.

Contoh penerapan AHP dalam seleksi karyawan didemonstrasikan dalam penelitian oleh Nuryadi dan Rustam (2017) pada sebuah perusahaan manufaktur. Dalam studi kasus tersebut, perusahaan menentukan tiga kriteria penting dalam seleksi, yaitu keahlian dalam pemrograman, pengalaman kerja, dan kemampuan berkomunikasi, serta memberikan bobot pada setiap kriteria. Setelah melakukan wawancara dan uji kompetensi pada calon karyawan, perusahaan menggunakan AHP untuk menentukan calon yang paling sesuai. Berdasarkan hasil AHP, calon karyawan dengan keahlian pemrograman yang kuat dan pengalaman kerja lebih dari 2 tahun menjadi kandidat terbaik. Dalam hal kemampuan berkomunikasi, perusahaan juga menilai calon karyawan tersebut cukup baik (Nuryadi & Rustam, 2017). Dengan demikian, perusahaan dapat merekrut karyawan yang paling sesuai untuk posisi yang dibutuhkan.

5.     Implementasi Metode AHP pada Seleksi Karyawan di Berbagai Perusahaan

Berbagai perusahaan telah mengimplementasikan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam proses seleksi karyawan, berikut beberapa contoh studi kasus yang telah dilakukan:

Pada studi kasus pertama, Nuryadi dan Rustam (2017), melakukan studi kasus implementasi metode AHP pada seleksi karyawan di sebuah perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AHP dapat membantu perusahaan dalam memilih karyawan yang tepat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kelebihan metode AHP dalam studi ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai kriteria dan sub-kriteria yang berbeda, sehingga memberikan hasil yang akurat dalam seleksi karyawan. Namun, kelemahan metode AHP yang diidentifikasi adalah proses perhitungan bobot yang memerlukan waktu dan keterampilan khusus.

Pada studi kasus kedua, Zhang dkk. (2019), melakukan penelitian untuk mengembangkan model pengambilan keputusan multi-kriteria untuk seleksi karyawan berbasis AHP. Studi kasus dilakukan pada perusahaan teknologi. Metode AHP digunakan untuk membantu dalam menentukan kriteria seleksi karyawan yang paling penting bagi sebuah perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode AHP dapat membantu dalam menyelesaikan masalah seleksi karyawan dengan kriteria dan sub-kriteria yang kompleks. Kelebihan metode AHP yang diidentifikasi adalah kemampuan untuk menilai kriteria yang berbeda dengan bobot yang berbeda, serta memperhitungkan preferensi individu dalam pengambilan keputusan. Namun, kelemahan metode AHP adalah bahwa proses perhitungan bobot dapat menjadi kompleks dan memakan waktu.

Sementara pada studi kasus ketiga yang dilakukan oleh Sarwar, Jamshed, dan Sami (2018), mereka melakukan penelitian perbandingan antara AHP dan metode TOPSIS dalam seleksi karyawan di sebuah perusahaan jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AHP memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah seleksi karyawan dengan kriteria yang kompleks. Kelebihan metode AHP yang diidentifikasi adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai kriteria dan sub-kriteria yang berbeda, serta dapat memperhitungkan preferensi individu dalam pengambilan keputusan. Namun, kelemahan metode AHP yang diidentifikasi adalah kompleksitas dalam perhitungan bobot dan potensi untuk kesalahan manusia dalam memperkirakan skala prioritas.

  1. Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria pada Proses Seleksi Karyawan

1.     Pengertian Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria

Pengambilan keputusan multi-kriteria adalah metode pengambilan keputusan yang mempertimbangkan beberapa kriteria atau faktor dalam pengambilan keputusan. Keuntungan dari metode ini adalah memungkinkan kita untuk mempertimbangkan banyak faktor dalam pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang lebih baik dan komprehensif. Namun, kelemahan dari pengambilan keputusan multi-kriteria adalah kompleksitas metodenya, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis, dan pengambilan keputusan yang lambat akibat adanya penilaian dan analisis yang terus-menerus (Saaty, 1990).

Untuk mengatasi kelemahan ini, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan multi-kriteria, seperti Analytical Hierarchy Process (AHP), Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), dan Simple Additive Weighting (SAW). AHP adalah metode yang paling umum digunakan dalam pengambilan keputusan multi-kriteria karena dapat memperhitungkan bobot relatif dari setiap kriteria dan alternatif yang berbeda secara efektif. Sedangkan TOPSIS menghitung jarak relatif dari setiap alternatif ke ideal positif dan ideal negatif untuk menentukan urutan preferensi alternatif. SAW adalah metode yang sederhana dan mudah diimplementasikan karena hanya memperhitungkan bobot dari setiap kriteria tanpa menghitung jarak relatif atau memperhitungkan bobot dari setiap alternatif.

2.     Proses Seleksi Karyawan

Proses seleksi karyawan memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah pengumpulan data calon karyawan, penilaian data, wawancara, uji keterampilan, tes kepribadian, dan pengecekan referensi (Sudarmanto, 2018). Tahapan-tahapan tersebut bertujuan untuk memastikan kualitas karyawan yang direkrut sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tahapan yang dilakukan dapat berbeda-beda tergantung pada perusahaan yang menerapkannya. Namun, pada umumnya tahapan-tahapan tersebut sudah mencukupi untuk memastikan bahwa karyawan yang direkrut sudah melewati seleksi yang ketat dan layak untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Metode-metode yang dapat digunakan dalam proses seleksi karyawan antara lain adalah tes tertulis, wawancara, tes keterampilan, tes kepribadian, dan pengecekan referensi. Tes tertulis bertujuan untuk menguji kemampuan calon karyawan dalam hal pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Wawancara dilakukan untuk menilai kemampuan interpersonal dan kemampuan komunikasi calon karyawan. Tes keterampilan digunakan untuk menguji kemampuan calon karyawan dalam melakukan pekerjaan yang diinginkan. Tes kepribadian digunakan untuk mengetahui apakah calon karyawan memiliki kepribadian yang sesuai dengan perusahaan. Pengecekan referensi dilakukan untuk mengetahui riwayat kerja dan latar belakang calon karyawan. Kombinasi dari beberapa metode tersebut dapat memberikan hasil yang lebih akurat dalam memilih karyawan yang tepat. Namun, perusahaan perlu memastikan bahwa metode yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan juga memastikan bahwa metode yang digunakan tidak diskriminatif terhadap calon karyawan.

3.     Kriteria Seleksi Karyawan

Dalam melakukan seleksi karyawan, terdapat berbagai jenis kriteria yang dapat digunakan. Kriteria tersebut meliputi pendidikan, pengalaman kerja, keterampilan, kepribadian, dan lain-lain. Reimers-Hild dan King (2020) menyebutkan bahwa dalam era digital, kemampuan teknologi dan soft skill juga menjadi faktor penting dalam seleksi karyawan. Proses penentuan bobot kriteria dilakukan dengan memberikan skor atau nilai kepentingan pada setiap kriteria yang dianggap penting. Bobot kriteria ini digunakan untuk memberikan perhitungan dalam penilaian karyawan. Menurut Armstrong dan Taylor (2014), bobot kriteria harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan kebutuhan jabatan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar seleksi karyawan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

Untuk menentukan bobot kriteria dalam seleksi karyawan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Metode tersebut meliputi Analytic Hierarchy Process (AHP), Analytic Network Process (ANP), Simple Additive Weighting (SAW), dan lain-lain. Metode AHP adalah metode yang sering digunakan dalam menentukan bobot kriteria karena mampu memberikan perbandingan nilai antar kriteria secara komprehensif dan konsisten (Saaty, 1990). Sedangkan metode ANP mempertimbangkan pengaruh antar kriteria yang lebih kompleks dan terkait erat dalam sebuah jaringan. Selain itu, metode SAW juga dapat digunakan dalam menentukan bobot kriteria dengan mengalikan setiap nilai kriteria dengan bobot yang telah ditentukan (Mardlijah & Karya, 2005). Proses penentuan bobot kriteria yang tepat sangat penting dalam seleksi karyawan karena dapat mempengaruhi kualitas calon karyawan yang dipilih dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

IV.    Penutup

  1. Kesimpulan

Dalam artikel ini, disimpulkan bahwa metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis keputusan yang efektif dalam memecahkan masalah seleksi karyawan dengan pendekatan multi-kriteria. Langkah-langkah penggunaan AHP, kelebihan dan kekurangan metode, serta kriteria seleksi karyawan dan peran AHP dalam pengambilan keputusan dibahas dalam artikel ini. Pengambilan keputusan dalam seleksi karyawan merupakan tindakan manajemen yang sangat penting dan harus dilakukan dengan proses yang jelas dan matang. AHP adalah metode analisis keputusan yang efektif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang berbeda, seperti pengalaman kerja, keahlian teknis, dan kepribadian.

Metode AHP telah terbukti efektif dalam membantu perusahaan dalam memilih karyawan yang paling sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa metode AHP memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan metode pengambilan keputusan lainnya dalam seleksi karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang penggunaan metode AHP dalam proses seleksi karyawan dan memperhatikan baik kelebihan dan kekurangan dari metode ini. Faktor-faktor seperti pengalaman kerja, keahlian teknis, dan kepribadian merupakan faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan karyawan, sehingga perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam memilih karyawan yang tepat.

  1. Implikasi praktis

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada artikel ilmiah ini, terdapat beberapa implikasi praktis yang dapat diterapkan dalam konteks seleksi karyawan dan pengambilan keputusan multi-kriteria secara umum. Pertama, penggunaan metode AHP dapat membantu proses seleksi karyawan dengan lebih efektif dan efisien, karena metode ini dapat mengurangi tingkat subjektivitas dan meningkatkan akurasi dalam menentukan alternatif terbaik. Kedua, aplikasi metode AHP dapat digunakan dalam berbagai konteks pengambilan keputusan multi-kriteria, seperti dalam pemilihan vendor atau pemilihan investasi, karena metode ini mampu menangani masalah ketidakpastian dan memecah masalah keputusan kompleks menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Namun, di sisi lain, metode AHP juga memiliki kelemahan, seperti tergantung pada penilaian subjektif pengambil keputusan dalam menentukan bobot pada setiap kriteria dan alternatif serta sensitif terhadap perubahan bobot yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penggunaan metode AHP perlu dilakukan dengan hati-hati dan disertai dengan evaluasi yang cermat untuk menghindari kesalahan pengambilan keputusan.

  1. Keterbatasan studi dan Saran untuk penelitian selanjutnya

Artikel ini memiliki keterbatasan studi, dimana fokusnya hanya pada penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam seleksi karyawan, dan tidak membahas metode pengambilan keputusan lainnya. Selain itu, studi ini juga hanya melibatkan satu perusahaan, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi ke perusahaan-perusahaan lain. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan perusahaan-perusahaan yang berbeda dan menggunakan metode pengambilan keputusan yang berbeda untuk membandingkan hasilnya. Sebagai saran, penelitian selanjutnya dapat melakukan pengembangan metode AHP dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih kompleks dan melakukan uji keakuratan hasil seleksi karyawan menggunakan metode AHP dengan membandingkannya dengan metode seleksi lainnya. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan dan pengaplikasian metode AHP dalam seleksi karyawan yang lebih efektif dan efisien.

Daftar Pustaka

Armstrong, M., & Taylor, S. (2014). Armstrong's handbook of human resource management practice. Kogan Page Publishers.

Hidayat, Atep Afia. (2021). Organisasi dan Manajemen Industri : Modul 4 Pengambilan Keputusan. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Hidayat, Atep Afia. (2021). Organisasi dan Manajemen Industri : Modul 5 Konsep dan Tahapan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Mardlijah, M., & Karya, D. F. (2005). Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ). Limits: Journal of Mathematics and Its Applications, 2(1), 17. https://iptek.its.ac.id/index.php/limits/article/view/1362/1152

Marpaung, B. O., & Widayati, S. (2019). Evaluasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Seleksi Karyawan pada PT. XYZ. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 18(1), 24-33. https://doi.org/10.24912/jiti.v18i1.407

Mazurchenko, A., & Maršíková, K. (2019). Digitally-powered human resource management: Skills and roles in the digital era. Acta Informatica Pragensia, 8(2), 72-87. Diakses dari http://aip.vse.cz/pdfs/aip/2019/02/01.pdf

Nuryadi, E., & Rustam, Z. (2017). Penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus di Perusahaan Manufaktur). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 16(1), 24-31. https://doi.org/10.24912/jiti.v16i1.176

Reimers-Hild, C., & King, M. J. (2020). Preparing students for digital era careers. Inquiry, 23(1). Diakses dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1266007.pdf

Saaty, T. L. (1980). The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation. McGraw-Hill.

Saaty, T. L. (1990). How to make a decision: The analytic hierarchy process. European journal of operational research, 48(1), 9-26.

Saaty, T. L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy process. International Journal of Services Sciences, 1(1), 83-98. Diakses dari https://www.inderscience.com/info/inarticle.php?artid=17590

Sarwar, M. A., Jamshed, S., & Sami, R. (2018). Comparison of AHP and TOPSIS methods for employee selection in construction companies. Journal of Engineering, Design and Technology, 16(3), 364-378. https://doi.org/10.1108/JEDT-03-2018-0029

Sudarmanto. (2018). Proses Seleksi Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Susanto, A., & Wahyudi, A. (2017). Analisis Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Weighted Sum Model (WSM) Dalam Seleksi Karyawan Pada PT. XYZ. Seminar Nasional Teknik Industri, 5(1), 16-21. https://doi.org/10.1016/j.protcy.2017.05.052

Vrabec, N. (2019). Soft skills in the digital age. Megatrendy a médiá, 6(1), 301-314. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/337657288_Digitally-Powered_Human_Resource_Management_Skills_and_Roles_in_the_Digital_Era

Wibowo, W., Wardhani, R., & Ardyanto, T. D. (2021). Sistem pendukung keputusan seleksi karyawan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Journal of Information System, Information Technology, and Decision Science, 2(1), 13-21. https://doi.org/10.28932/jist.v2i1.2740

Zhang, C., Huang, J., Liu, J., & Song, W. (2019). Multi-criteria decision-making model for employee selection using AHP method. Journal of Intelligent & Fuzzy Systems, 37(2), 1853-1862. https://doi.org/10.3233/JIFS-179825

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.