"Rahasia Sukses Seleksi Karyawan Terungkap: Metode AHP sebagai Solusi Cerdas dalam Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria"
Oleh : Ika Devi Mayang Sari (2023)
Gambar 1. Peta Pikiran Artikel Ilmiah Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria pada Proses Seleksi Karyawan: Tinjauan Pustaka |
Abstrak
Artikel ini membahas penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memperjelas konsep dan prinsip dasar AHP serta
aplikasinya dalam proses seleksi karyawan. Metodologi yang digunakan adalah
studi pustaka dari berbagai sumber terkait dengan topik yang dibahas. Temuan
utama dari penelitian ini adalah bahwa AHP dapat membantu dalam pengambilan
keputusan multi-kriteria dengan memprioritaskan kriteria yang paling penting
dan memungkinkan pengambil keputusan untuk mempertimbangkan bobot dari
masing-masing kriteria secara objektif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwa AHP dapat menjadi alat yang efektif dalam proses seleksi karyawan dengan
memberikan informasi yang lebih akurat dan objektif dalam pengambilan
keputusan.
Kata kunci : AHP, pengambilan keputusan, multi-kriteria, selesi karyawan, tinjauan pustaka
This article discusses the use of Analytic Hierarchy Process (AHP)
method in multi-criteria decision making for employee selection process. The
aim of this research is to clarify the concept and basic principles of AHP as
well as its application in the employee selection process. The methodology used
is a literature review from various sources related to the topic being
discussed. The main findings of this research are that AHP can assist in
multi-criteria decision making by prioritizing the most important criteria and
enabling decision makers to consider the weight of each criterion objectively.
The conclusion of this research is that AHP can be an effective tool in the
employee selection process by providing more accurate and objective information
in decision making.
Keywords: AHP, decision making, multi-criteria, employee selection, literature review.
I.
Pendahuluan
- Latar Belakang
Pengambilan
keputusan dalam seleksi karyawan menjadi hal yang krusial bagi perusahaan.
Perusahaan harus memastikan bahwa calon karyawan yang dipilih memiliki
keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Dalam era digital saat ini, perusahaan perlu mempertimbangkan keterampilan
teknologi informasi dalam proses seleksi karyawan. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya permintaan akan keterampilan teknologi informasi pada berbagai
jenis pekerjaan, yang mana menjadi tren dalam perkembangan pasar kerja
(Reimers-Hild & King, 2020).
Semakin ketatnya persaingan dalam dunia kerja, untuk menemukan kandidat Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas menjadi semakin sulit. Karena itu, perusahaan perlu menggunakan metode yang efektif dan efisien untuk memilih calon karyawan terbaik yang dapat membawa dampak positif bagi perusahaan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP adalah metode analisis keputusan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang berbeda.
Menurut studi yang dilakukan oleh Mardlijah dan Karya (2005), AHP dapat membantu memilih calon karyawan yang paling sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain itu, Mazurchenko dan Maršíková (2019) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dalam manajemen sumber daya manusia juga dapat memainkan peran penting dalam proses seleksi karyawan. Dalam hal ini, perusahaan perlu memperhatikan soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, dan kepemimpinan yang menjadi faktor penting dalam memilih calon karyawan. Menurut Vrabec (2019), soft skills menjadi semakin penting dalam era digital saat ini, karena kemampuan teknologi saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja. Artinya perlu dibuat batasan-batasan untuk mempertimbangkan kriteria seleksi karyawan yang akan direkrut sebelum proses seleksi karyawan dilakukan.
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas tentang
cara penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan
keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan. Langkah-langkah dalam
penggunaan AHP dalam seleksi karyawan juga akan dijelaskan, serta kelebihan dan
kekurangan metode AHP dalam proses seleksi karyawan. Selain itu, akan dibahas kriteria
seleksi karyawan yang digunakan dan peran metode AHP dalam pengambilan
keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan. Diharapkan artikel ini
dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam memilih karyawan yang tepat
untuk menghadapi tantangan di era digital.
- Rumusan Masalah
Pada
penelitian ini, akan dibahas mengenai Metode Analytic Hierarchy Process
(AHP) dan penerapannya dalam proses seleksi karyawan. Untuk itu, rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
cara penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan
keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan?
2. Apa
saja langkah-langkah dalam penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process
(AHP) dalam proses pengambilan keputusan multi-kriteria pada seleksi karyawan?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode AHP dalam seleksi karyawan?
4. Apa saja kriteria seleksi karyawan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan multi-kriteria?
5.
Bagaimana peran metode AHP
dalam pengambilan keputusan multi-kriteria pada proses seleksi karyawan?
- Tujuan Penelitian
Tujuan dibuatnya artikel ilmiah ini adalah untuk
mengevaluasi penggunaan metode Analytic Hierarchy Process
(AHP) dalam proses seleksi karyawan dengan menggunakan pendekatan
multi-kriteria. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pemahaman lebih dalam
tentang cara menggunakan metode AHP dalam pengambilan keputusan multi-kriteria
dalam proses seleksi karyawan, serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari
metode AHP dalam proses seleksi karyawan. Tujuan dari artikel ini juga adalah
untuk memberikan panduan dan rekomendasi praktis bagi perusahaan-perusahaan
yang ingin menggunakan metode AHP dalam proses seleksi karyawan.
- Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan
metode pendekatan studi pustaka dengan melakukan analisis terhadap teori dan
konsep dasar dari metode AHP serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.
Selain itu, penulis juga melakukan analisis terhadap implementasi metode AHP
pada seleksi karyawan di berbagai perusahaan dan membahas hasil penelitian
terkait penggunaan AHP dalam seleksi karyawan. Data dikumpulkan melalui studi
literatur dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, buku, dan publikasi
online, yang telah terverifikasi dan diverifikasi oleh para ahli terkait.
Sumber referensi yang digunakan dalam penelitian ini akan disertakan di dalam daftar
pustaka dengan penulisan yang sesuai dengan aturan penulisan daftar pustaka
yang berlaku.
II. Tinjauan
Pustaka
- Teori dan Konsep Dasar
Pengambilan
keputusan (Decision making) adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative
untuk mencapai sasaran (Hidayat, 2021). Keputusan adalah hasil dari proses
pemikiran dalam memilih alternatif terbaik untuk memecahkan suatu masalah,
sedangkan pengambilan keputusan adalah langkah-langkah dalam proses pemilihan
alternatif tersebut dengan mempertimbangkan fakta dan data. Menurut Siagian (2006),
Keputusan dan pengambilan keputusan merupakan unsur kegiatan yang sangat vital
dalam suatu organisasi. Menurut Terry (2018), Proses pengambilan keputusan
harus dilakukan dengan sengaja dan tidak boleh sembarangan, dengan
mempertimbangkan disiplin yang harus ditegakkan serta sikap manusiawi terhadap
bawahan. Pengambilan keputusan melibatkan pendekatan terhadap hakikat masalah,
pengumpulan fakta dan data, serta penentuan alternatif terbaik sebelum akhirnya
diambil tindakan yang dianggap paling tepat. Oleh
karena itu, keputusan harus didasarkan pada proses yang jelas dan matang (Hidayat,
2021).
AHP
atau Analytical Hierarchy Process adalah metode pengambilan keputusan
multi-kriteria yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an (Saaty,
1990). AHP membantu pengambil keputusan dalam menilai kriteria yang berbeda dan
memberikan bobot yang tepat pada masing-masing kriteria. AHP sangat berguna
dalam berbagai bidang seperti manajemen, ekonomi, dan ilmu sosial. Sejarah
pengembangan AHP dimulai pada tahun 1970-an ketika Saaty mengembangkan metode
untuk membantu pengambil keputusan dalam mengevaluasi alternatif dalam situasi
multi-kriteria (Saaty, 1990). Pada tahun 1980-an, AHP mulai digunakan secara
luas dalam berbagai aplikasi bisnis dan industri. Seiring dengan perkembangan
teknologi, AHP sekarang dapat diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak
dan aplikasi web.
Prinsip-prinsip
dan prosedur penggunaan AHP meliputi langkah-langkah seperti pembentukan
hierarki kriteria, penilaian kriteria, dan pembobotan kriteria (Saaty, 1990;
Saaty, 2008). Pembentukan hierarki kriteria melibatkan pembagian masalah ke
dalam sub-masalah yang lebih kecil dan lebih terkelompok. Penilaian kriteria
melibatkan pemberian nilai pada masing-masing kriteria berdasarkan preferensi
subjektif pengambil keputusan. Pembobotan kriteria melibatkan perhitungan bobot
relatif untuk masing-masing kriteria.
Seleksi karyawan adalah proses penting dalam
pengelolaan sumber daya manusia. Seleksi karyawan adalah proses pemilihan
kandidat yang terbaik untuk posisi tertentu berdasarkan kemampuan,
keterampilan, dan sifat pribadi yang diinginkan (Armstrong & Taylor, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses seleksi karyawan meliputi kebutuhan
organisasi, persyaratan pekerjaan, dan profil kandidat. Metode-metode yang
sering digunakan dalam proses seleksi karyawan termasuk tes, wawancara, dan
asesmen pusat.
- Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan
Beberapa
studi yang relevan dengan penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
dalam seleksi karyawan telah dilakukan. Salah satunya studi yang telah
dilakukan oleh Nuryadi dan Rustam (2017), menunjukkan bahwa AHP dapat membantu
perusahaan dalam memilih karyawan yang paling sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Sarwar dkk. (2018) menemukan bahwa meskipun AHP lebih
kompleks daripada TOPSIS, AHP memberikan hasil yang lebih akurat dan
terstruktur dalam menentukan kriteria dan bobot yang tepat dalam seleksi
karyawan. Sementara itu, Zhang dkk. (2019) menemukan bahwa
metode AHP dapat membantu perusahaan dalam menentukan karyawan yang paling
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan memberikan hasil yang lebih akurat
daripada metode pengambilan keputusan lainnya.
Selain
itu, Mardlijah dan Karya (2005) mengevaluasi penggunaan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process
(FAHP) dalam seleksi karyawan di PT. XYZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
FAHP dapat digunakan dalam seleksi karyawan dengan baik dan efektif. Metode ini
mampu menghasilkan karyawan
terbaik dengan nilai akurasi mencapai 90%.
Namun, Marpaung dan Widayati (2019) menemukan kekurangan dari metode AHP dalam
menangani masalah multi-tahap dalam seleksi karyawan. Salah
satu kekurangan dari metode AHP dalam seleksi karyawan adalah ketidakpastian
pada penilaian subjektif. Hal ini terjadi karena penilaian subjektif cenderung
dipengaruhi oleh faktor personal dan pengalaman masing-masing evaluator,
sehingga dapat menghasilkan hasil yang tidak konsisten antara evaluator yang
satu dengan yang lain
Dalam perbandingan antara metode AHP dengan
metode pengambilan keputusan lainnya dalam seleksi karyawan, Susanto dan
Wahyudi (2017) menemukan bahwa metode AHP lebih baik daripada metode Weighted
Sum Model (WSM) dalam seleksi karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
metode AHP mampu mempertimbangkan berbagai kriteria secara seimbang dan
memberikan hasil seleksi karyawan yang lebih baik. Namun, perlu diingat bahwa
masing-masing metode pengambilan keputusan memiliki kelebihan dan kekurangan
yang harus dipertimbangkan dengan matang sebelum digunakan dalam proses seleksi
karyawan.
III. Pembahasan
- Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
1. Pengertian
Metode AHP
Analytic
Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode pengambilan keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Menurut Saaty (1990), AHP
merupakan metode yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif dalam
pengambilan keputusan. Metode ini juga mampu menangani masalah ketidakpastian
dalam pengambilan keputusan (Mardlijah & Karya, 2005). Prinsip dasar AHP
adalah memecah suatu masalah keputusan kompleks menjadi beberapa bagian yang
lebih kecil dan lebih mudah dikelola.
Dalam AHP, suatu masalah keputusan diwakili oleh
hierarki kriteria dan alternatif. Hierarki kriteria terdiri dari beberapa
kriteria yang saling terkait dan diletakkan dalam struktur hierarki, sedangkan
alternatif adalah solusi yang mungkin untuk masalah yang diberikan (Wibowo et
al., 2021). Proses pengambilan keputusan pada AHP dilakukan dengan memberikan
nilai bobot pada setiap kriteria dan alternatif, yang kemudian digunakan untuk
menghitung nilai total setiap alternatif dan menentukan alternatif terbaik yang
sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan(Marpaung & Widayati, 2019).
2. Langkah-langkah
Metode AHP
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah metode pengambilan keputusan yang digunakan untuk membandingkan alternatif keputusan yang berbeda dengan kriteria yang berbeda pula, sehingga dapat memberikan prioritas dan bobot pada setiap alternatif (Saaty, 1990). Langkah-langkah metode AHP yang umumnya dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan dan alternatif keputusan yang akan dibandingkan. Identifikasi tujuan: Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari pengambilan keputusan. Tujuan harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berada dalam jangka waktu tertentu. Identifikasi alternatif: Tentukan alternatif yang dapat dijadikan pilihan dalam pengambilan keputusan. Alternatif dapat berupa tindakan atau keputusan yang berbeda yang dapat diambil.
b. Membuat hierarki kriteria. Kriteria yang digunakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu kriteria utama dan subkriteria. Kriteria utama adalah kriteria yang berhubungan langsung dengan tujuan akhir, sedangkan subkriteria adalah kriteria yang berhubungan dengan kriteria utama.
c. Menentukan bobot setiap kriteria. Pada tahap ini, dilakukan penentuan tingkat kepentingan setiap kriteria dengan menggunakan skala 1-9 atau skala yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tingkat kepentingan 1 menunjukkan kriteria yang sama pentingnya dengan kriteria lainnya, sedangkan nilai 9 menunjukkan kriteria yang sangat penting.
d. Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antara kriteria. Matriks ini digunakan untuk menentukan bobot relatif antara kriteria. Setiap elemen matriks menunjukkan tingkat preferensi terhadap dua kriteria yang dibandingkan dengan skala 1-9.
e. Menghitung bobot relatif setiap kriteria. Dalam tahap ini, dilakukan perhitungan dari matriks perbandingan berpasangan menggunakan metode konsistensi (eigenvalue dan eigenvector).
f. Membuat matriks perbandingan berpasangan antara alternatif. Matriks ini digunakan untuk menentukan bobot relatif antara alternatif.
g. Menghitung bobot relatif setiap alternatif. Dalam tahap ini, dilakukan perhitungan dari matriks perbandingan berpasangan menggunakan metode konsistensi.
h. Menghitung konsistensi hasil perhitungan. Tahap ini digunakan untuk mengecek konsistensi hasil perhitungan dengan menggunakan rasio konsistensi.
i. Melakukan analisis sensitivitas. Tahap ini digunakan untuk menguji sensitivitas hasil perhitungan dengan mempertimbangkan perubahan bobot yang mungkin terjadi pada kriteria atau alternatif.
j. Menentukan alternatif terbaik. Alternatif terbaik ditentukan berdasarkan hasil perhitungan bobot relatif dari setiap alternatif.
3. Kelebihan
dan Kekurangan Metode AHP
Metode
AHP (Analytical Hierarchy Process) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
di antaranya:
v
Kelebihan Metode AHP:
1) Fleksibilitas:
AHP dapat digunakan dalam berbagai macam keputusan dan permasalahan yang
melibatkan banyak kriteria dan alternatif.
2) Mudah
digunakan: Dalam AHP, pengambil keputusan tidak harus memiliki latar belakang
matematika yang tinggi, karena AHP menggunakan pendekatan hierarki dalam
penyusunan kriteria dan alternatif.
3) Konsisten:
AHP membantu dalam menjaga konsistensi antara prioritas kriteria dan
alternatif, sehingga dapat meminimalkan konflik antara keputusan yang dibuat.
4) Mengintegrasikan kualitatif dan kuantitatif: AHP
dapat mengintegrasikan aspek kualitatif dan kuantitatif dalam pengambilan
keputusan, yang dapat membantu dalam menangani ketidakpastian yang terkait
dengan preferensi dan pendapat subjektif.
v
Kekurangan Metode AHP:
1) Subjektivitas:
AHP tergantung pada subjektivitas pengambil keputusan dalam penilaian relatif
antar kriteria dan alternatif.
2) Kompleksitas:
AHP dapat menjadi kompleks ketika jumlah kriteria dan alternatif yang terlibat
cukup banyak.
3) Ketergantungan
pada data: AHP memerlukan data yang cukup valid dan akurat untuk mendapatkan
hasil yang tepat dan objektif.
4) Rentan terhadap perubahan: AHP dapat
menghasilkan hasil yang berbeda-beda ketika kriteria dan alternatif berubah
atau ditambah.
4. Penggunaan
AHP dalam seleksi karyawan
Penggunaan
AHP atau Analytical Hierarchy Process dalam seleksi karyawan
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam memilih kandidat yang paling
sesuai untuk posisi yang tersedia (Saaty, 2012). Dalam proses seleksi karyawan,
AHP dapat membantu dalam menentukan bobot atau tingkat kepentingan setiap
kriteria yang diperlukan untuk memilih karyawan yang ideal. Dengan menggunakan
AHP, perusahaan dapat mengevaluasi kandidat berdasarkan kriteria tertentu
seperti pengalaman, keahlian, sikap, dan lain-lain. AHP juga dapat membantu
dalam menyeimbangkan antara kriteria kualitatif dan kuantitatif dalam penilaian
kandidat. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan kesalahan dalam
memilih karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pekerjaan.
Contoh penerapan AHP dalam seleksi karyawan
didemonstrasikan dalam penelitian oleh Nuryadi dan Rustam (2017) pada sebuah
perusahaan manufaktur. Dalam studi kasus tersebut, perusahaan menentukan tiga
kriteria penting dalam seleksi, yaitu keahlian dalam pemrograman, pengalaman
kerja, dan kemampuan berkomunikasi, serta memberikan bobot pada setiap
kriteria. Setelah melakukan wawancara dan uji kompetensi pada calon karyawan,
perusahaan menggunakan AHP untuk menentukan calon yang paling sesuai.
Berdasarkan hasil AHP, calon karyawan dengan keahlian pemrograman yang kuat dan
pengalaman kerja lebih dari 2 tahun menjadi kandidat terbaik. Dalam hal
kemampuan berkomunikasi, perusahaan juga menilai calon karyawan tersebut cukup
baik (Nuryadi & Rustam, 2017). Dengan demikian, perusahaan dapat merekrut
karyawan yang paling sesuai untuk posisi yang dibutuhkan.
5. Implementasi
Metode AHP pada Seleksi Karyawan di Berbagai Perusahaan
Berbagai
perusahaan telah mengimplementasikan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) dalam proses seleksi karyawan, berikut beberapa contoh studi kasus yang
telah dilakukan:
Pada
studi kasus pertama, Nuryadi dan Rustam (2017), melakukan studi kasus
implementasi metode AHP pada seleksi karyawan di sebuah perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa AHP dapat membantu perusahaan dalam memilih
karyawan yang tepat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kelebihan
metode AHP dalam studi ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan
berbagai kriteria dan sub-kriteria yang berbeda, sehingga memberikan hasil yang
akurat dalam seleksi karyawan. Namun, kelemahan metode AHP yang diidentifikasi
adalah proses perhitungan bobot yang memerlukan waktu dan keterampilan khusus.
Pada
studi kasus kedua, Zhang dkk. (2019), melakukan penelitian untuk mengembangkan
model pengambilan keputusan multi-kriteria untuk seleksi karyawan berbasis AHP.
Studi kasus dilakukan pada perusahaan teknologi. Metode AHP digunakan untuk
membantu dalam menentukan kriteria seleksi karyawan yang paling penting bagi
sebuah perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode AHP dapat membantu
dalam menyelesaikan masalah seleksi karyawan dengan kriteria dan sub-kriteria
yang kompleks. Kelebihan metode AHP yang diidentifikasi adalah kemampuan untuk
menilai kriteria yang berbeda dengan bobot yang berbeda, serta memperhitungkan
preferensi individu dalam pengambilan keputusan. Namun, kelemahan metode AHP
adalah bahwa proses perhitungan bobot dapat menjadi kompleks dan memakan waktu.
Sementara pada studi kasus ketiga yang dilakukan
oleh Sarwar, Jamshed, dan Sami (2018), mereka melakukan penelitian perbandingan
antara AHP dan metode TOPSIS dalam seleksi karyawan di sebuah perusahaan jasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa AHP memberikan hasil yang lebih akurat dan
dapat membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah seleksi karyawan dengan
kriteria yang kompleks. Kelebihan metode AHP yang diidentifikasi adalah
kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai kriteria dan sub-kriteria
yang berbeda, serta dapat memperhitungkan preferensi individu dalam pengambilan
keputusan. Namun, kelemahan metode AHP yang diidentifikasi adalah kompleksitas
dalam perhitungan bobot dan potensi untuk kesalahan manusia dalam memperkirakan
skala prioritas.
- Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria pada
Proses Seleksi Karyawan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria
Pengambilan
keputusan multi-kriteria adalah metode pengambilan keputusan yang
mempertimbangkan beberapa kriteria atau faktor dalam pengambilan keputusan.
Keuntungan dari metode ini adalah memungkinkan kita untuk mempertimbangkan
banyak faktor dalam pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang
lebih baik dan komprehensif. Namun, kelemahan dari pengambilan keputusan
multi-kriteria adalah kompleksitas metodenya, waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan analisis, dan pengambilan keputusan yang lambat akibat adanya
penilaian dan analisis yang terus-menerus (Saaty, 1990).
Untuk mengatasi kelemahan ini, ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan multi-kriteria, seperti
Analytical
Hierarchy Process (AHP), Technique for Order of Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS), dan Simple Additive Weighting
(SAW). AHP adalah metode yang paling umum digunakan dalam pengambilan keputusan
multi-kriteria karena dapat memperhitungkan bobot relatif dari setiap kriteria
dan alternatif yang berbeda secara efektif. Sedangkan TOPSIS menghitung jarak
relatif dari setiap alternatif ke ideal positif dan ideal negatif untuk
menentukan urutan preferensi alternatif. SAW adalah metode yang sederhana dan
mudah diimplementasikan karena hanya memperhitungkan bobot dari setiap kriteria
tanpa menghitung jarak relatif atau memperhitungkan bobot dari setiap
alternatif.
2. Proses
Seleksi Karyawan
Proses
seleksi karyawan memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahapan-tahapan
tersebut diantaranya adalah pengumpulan data calon karyawan, penilaian data,
wawancara, uji keterampilan, tes kepribadian, dan pengecekan referensi (Sudarmanto,
2018). Tahapan-tahapan tersebut bertujuan untuk memastikan kualitas karyawan
yang direkrut sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tahapan yang dilakukan dapat
berbeda-beda tergantung pada perusahaan yang menerapkannya. Namun, pada umumnya
tahapan-tahapan tersebut sudah mencukupi untuk memastikan bahwa karyawan yang
direkrut sudah melewati seleksi yang ketat dan layak untuk bekerja di
perusahaan tersebut.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam proses
seleksi karyawan antara lain adalah tes tertulis, wawancara, tes keterampilan,
tes kepribadian, dan pengecekan referensi. Tes tertulis bertujuan untuk menguji
kemampuan calon karyawan dalam hal pengetahuan dan keterampilan teknis yang
dibutuhkan dalam pekerjaan. Wawancara dilakukan untuk menilai kemampuan
interpersonal dan kemampuan komunikasi calon karyawan. Tes keterampilan
digunakan untuk menguji kemampuan calon karyawan dalam melakukan pekerjaan yang
diinginkan. Tes kepribadian digunakan untuk mengetahui apakah calon karyawan
memiliki kepribadian yang sesuai dengan perusahaan. Pengecekan referensi
dilakukan untuk mengetahui riwayat kerja dan latar belakang calon karyawan.
Kombinasi dari beberapa metode tersebut dapat memberikan hasil yang lebih
akurat dalam memilih karyawan yang tepat. Namun, perusahaan perlu memastikan
bahwa metode yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan juga
memastikan bahwa metode yang digunakan tidak diskriminatif terhadap calon
karyawan.
3. Kriteria
Seleksi Karyawan
Dalam
melakukan seleksi karyawan, terdapat berbagai jenis kriteria yang dapat
digunakan. Kriteria tersebut meliputi pendidikan, pengalaman kerja,
keterampilan, kepribadian, dan lain-lain. Reimers-Hild dan King (2020)
menyebutkan bahwa dalam era digital, kemampuan teknologi dan soft skill juga
menjadi faktor penting dalam seleksi karyawan. Proses penentuan bobot kriteria
dilakukan dengan memberikan skor atau nilai kepentingan pada setiap kriteria
yang dianggap penting. Bobot kriteria ini digunakan untuk memberikan
perhitungan dalam penilaian karyawan. Menurut Armstrong dan Taylor (2014),
bobot kriteria harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan kebutuhan
jabatan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar seleksi karyawan yang dilakukan
lebih efektif dan efisien.
Untuk menentukan bobot kriteria dalam seleksi
karyawan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Metode tersebut
meliputi Analytic Hierarchy Process (AHP), Analytic Network Process (ANP),
Simple Additive Weighting (SAW), dan lain-lain. Metode AHP adalah metode yang
sering digunakan dalam menentukan bobot kriteria karena mampu memberikan
perbandingan nilai antar kriteria secara komprehensif dan konsisten (Saaty, 1990).
Sedangkan metode ANP mempertimbangkan pengaruh antar kriteria yang lebih
kompleks dan terkait erat dalam sebuah jaringan. Selain itu, metode SAW juga
dapat digunakan dalam menentukan bobot kriteria dengan mengalikan setiap nilai
kriteria dengan bobot yang telah ditentukan (Mardlijah & Karya, 2005).
Proses penentuan bobot kriteria yang tepat sangat penting dalam seleksi
karyawan karena dapat mempengaruhi kualitas calon karyawan yang dipilih dan
kinerja perusahaan secara keseluruhan.
IV. Penutup
- Kesimpulan
Dalam
artikel ini, disimpulkan bahwa metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
merupakan metode analisis keputusan yang efektif dalam memecahkan masalah
seleksi karyawan dengan pendekatan multi-kriteria. Langkah-langkah penggunaan
AHP, kelebihan dan kekurangan metode, serta kriteria seleksi karyawan dan peran
AHP dalam pengambilan keputusan dibahas dalam artikel ini. Pengambilan
keputusan dalam seleksi karyawan merupakan tindakan manajemen yang sangat
penting dan harus dilakukan dengan proses yang jelas dan matang. AHP adalah
metode analisis keputusan yang efektif dalam memecahkan masalah yang kompleks
dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang berbeda, seperti pengalaman
kerja, keahlian teknis, dan kepribadian.
Metode AHP telah terbukti efektif dalam membantu
perusahaan dalam memilih karyawan yang paling sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa metode AHP memberikan
hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan metode pengambilan keputusan
lainnya dalam seleksi karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus
mempertimbangkan dengan matang penggunaan metode AHP dalam proses seleksi
karyawan dan memperhatikan baik kelebihan dan kekurangan dari metode ini.
Faktor-faktor seperti pengalaman kerja, keahlian teknis, dan kepribadian
merupakan faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan karyawan,
sehingga perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam memilih
karyawan yang tepat.
- Implikasi praktis
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada
artikel ilmiah ini, terdapat beberapa implikasi praktis yang dapat diterapkan
dalam konteks seleksi karyawan dan pengambilan keputusan multi-kriteria secara
umum. Pertama, penggunaan metode AHP dapat membantu proses seleksi karyawan
dengan lebih efektif dan efisien, karena metode ini dapat mengurangi tingkat
subjektivitas dan meningkatkan akurasi dalam menentukan alternatif terbaik.
Kedua, aplikasi metode AHP dapat digunakan dalam berbagai konteks pengambilan
keputusan multi-kriteria, seperti dalam pemilihan vendor atau pemilihan
investasi, karena metode ini mampu menangani masalah ketidakpastian dan memecah
masalah keputusan kompleks menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan lebih
mudah dikelola. Namun, di sisi lain, metode AHP juga memiliki kelemahan,
seperti tergantung pada penilaian subjektif pengambil keputusan dalam
menentukan bobot pada setiap kriteria dan alternatif serta sensitif terhadap
perubahan bobot yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, penggunaan metode AHP perlu dilakukan dengan hati-hati dan
disertai dengan evaluasi yang cermat untuk menghindari kesalahan pengambilan
keputusan.
- Keterbatasan studi dan Saran untuk penelitian selanjutnya
Artikel ini memiliki keterbatasan studi, dimana fokusnya hanya pada penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam seleksi karyawan, dan tidak membahas metode pengambilan keputusan lainnya. Selain itu, studi ini juga hanya melibatkan satu perusahaan, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi ke perusahaan-perusahaan lain. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan perusahaan-perusahaan yang berbeda dan menggunakan metode pengambilan keputusan yang berbeda untuk membandingkan hasilnya. Sebagai saran, penelitian selanjutnya dapat melakukan pengembangan metode AHP dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih kompleks dan melakukan uji keakuratan hasil seleksi karyawan menggunakan metode AHP dengan membandingkannya dengan metode seleksi lainnya. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan dan pengaplikasian metode AHP dalam seleksi karyawan yang lebih efektif dan efisien.
Daftar Pustaka
Armstrong, M., & Taylor, S. (2014).
Armstrong's handbook of human resource management practice. Kogan Page
Publishers.
Hidayat, Atep Afia. (2021). Organisasi
dan Manajemen Industri : Modul 4 Pengambilan Keputusan. Jakarta:
Universitas Mercu Buana.
Hidayat, Atep Afia. (2021). Organisasi dan
Manajemen Industri : Modul 5 Konsep dan Tahapan Pengambilan Keputusan. Jakarta:
Universitas Mercu Buana.
Mardlijah, M.,
& Karya, D. F. (2005). Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam
Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ). Limits:
Journal of Mathematics and Its Applications, 2(1), 17. https://iptek.its.ac.id/index.php/limits/article/view/1362/1152
Marpaung, B. O.,
& Widayati, S. (2019). Evaluasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dalam Seleksi Karyawan pada PT. XYZ. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 18(1),
24-33. https://doi.org/10.24912/jiti.v18i1.407
Mazurchenko, A., & Maršíková, K. (2019).
Digitally-powered human resource management: Skills and roles in the digital
era. Acta Informatica Pragensia, 8(2), 72-87. Diakses dari http://aip.vse.cz/pdfs/aip/2019/02/01.pdf
Nuryadi, E.,
& Rustam, Z. (2017). Penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam
Seleksi Karyawan (Studi Kasus di Perusahaan Manufaktur). Jurnal Ilmiah Teknik
Industri, 16(1), 24-31. https://doi.org/10.24912/jiti.v16i1.176
Reimers-Hild, C., & King, M. J. (2020).
Preparing students for digital era careers. Inquiry, 23(1). Diakses dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1266007.pdf
Saaty, T. L.
(1980). The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource
Allocation. McGraw-Hill.
Saaty, T. L. (1990). How to make a decision: The
analytic hierarchy process. European journal of operational research, 48(1),
9-26.
Saaty, T. L.
(2008). Decision making with the analytic hierarchy process. International
Journal of Services Sciences, 1(1), 83-98. Diakses dari https://www.inderscience.com/info/inarticle.php?artid=17590
Sarwar, M. A.,
Jamshed, S., & Sami, R. (2018). Comparison of AHP and TOPSIS methods for
employee selection in construction companies. Journal of Engineering, Design
and Technology, 16(3), 364-378. https://doi.org/10.1108/JEDT-03-2018-0029
Sudarmanto.
(2018). Proses Seleksi Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Susanto, A.,
& Wahyudi, A. (2017). Analisis Perbandingan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) dan Weighted Sum Model (WSM) Dalam Seleksi Karyawan Pada PT. XYZ.
Seminar Nasional Teknik Industri, 5(1), 16-21. https://doi.org/10.1016/j.protcy.2017.05.052
Vrabec, N. (2019). Soft skills in the digital
age. Megatrendy a médiá, 6(1), 301-314. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/337657288_Digitally-Powered_Human_Resource_Management_Skills_and_Roles_in_the_Digital_Era
Wibowo, W.,
Wardhani, R., & Ardyanto, T. D. (2021). Sistem pendukung keputusan seleksi
karyawan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Journal of
Information System, Information Technology, and Decision Science, 2(1), 13-21. https://doi.org/10.28932/jist.v2i1.2740
Zhang, C., Huang,
J., Liu, J., & Song, W. (2019). Multi-criteria decision-making model for
employee selection using AHP method. Journal of Intelligent & Fuzzy
Systems, 37(2), 1853-1862. https://doi.org/10.3233/JIFS-179825
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.