Oleh : Nopi Febriani (@AA17-Nopi)
ABSTRAK
Kepemimpinan
adalah suatu peran yang penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dalam
beberapa dekade terakhir, peran wanita dalam kepemimpinan telah mengalami
peningkatan signifikan di berbagai sektor, baik di bidang politik, bisnis,
sosial, dan lainnya. Abstrak ini menggambarkan peran dan karakteristik
kepemimpinan yang khas pada wanita. Penelitian dan pengalaman praktis
menunjukkan bahwa kepemimpinan pada wanita memiliki beberapa ciri khas yang
membedakannya dari kepemimpinan pada pria. Wanita cenderung lebih terfokus pada
kepentingan kolektif, dengan kecenderungan untuk berkolaborasi, membangun tim,
dan mengedepankan kerja sama. Mereka juga memiliki kepekaan emosional yang
kuat, yang memungkinkan mereka untuk mengenali dan merespons perasaan dan
kebutuhan orang lain dengan lebih baik. Keterampilan komunikasi yang efektif
juga menjadi ciri kepemimpinan wanita, dengan kemampuan untuk mendengarkan,
menginspirasi, dan mempengaruhi orang lain secara positif. Secara keseluruhan,
kepemimpinan pada wanita memiliki keunikan dan kelebihan yang signifikan.
Dengan pengembangan lebih lanjut dan dukungan yang tepat, wanita dapat
memberikan kontribusi yang berharga dalam membentuk masa depan yang lebih
inklusif dan berkelanjutan.
Kata kunci: kepemimpinan, Wanita, kolektif
ABSTRACT
Leadership
is an important role in every aspect of human life. In recent decades, the role
of women in leadership has increased significantly in various sectors, both in
the political, business, social, and other fields. This abstract describes the
leadership roles and characteristics typical of women. Research and practical
experience show that leadership in women has several distinctive traits that
distinguish it from leadership in men. Women tend to be more focused on
collective interests, with a tendency to collaborate, build teams, and promote
cooperation. They also have strong emotional sensitivity, which allows them to
better recognize and respond to the feelings and needs of others. Effective
communication skills also characterize female leadership, with the ability to
listen, inspire, and influence others positively. Overall, leadership in women
has significant uniqueness and advantages. With further development and the
right support, women can make a valuable contribution in shaping a more
inclusive and sustainable future.
Keywords: leadership, Women, collective
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kepemimpinan
merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin organisasi.
Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan
mengarahkan paraanggotanya. Pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan
kerja, keamanan, kualitaskehidupan kerja dan juga tingkat prestasi suatu
organisasi. Para pemimpin juga memainkan perananpenting dalam membantu
kelompok, individu untuk mencapai tujuan.Pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Gibson (2005).
Menurut
Nawawi dan Hadari (2004) Kepemimpinan yang diyakini salah satu faktor penting
yang mempengaruhi prestasi bawahan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan proses kepemimpinan adalah perilakupemimpin yang bersangkutan atau
gaya pemimpin. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang
dipilih dandipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap,
danperilaku organisasinya. Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagaicaraseorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama danbekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam
sebuah organisasi atauinstitusi, dominasi pria sebagai pemimpin memang masih
begitu kuat. Padahal kenyataannya, wanitapun mempunyai potensi yang tidak kalah
dengan pria dalam hal memimpin. Kepemimpinan, tidak mungkin bisa terlepas dari
individu yang berperan sebagai pemimpin itu sendiri. Banyak yang menghubungkan
antara kemampuan individu dalam memimpin dengan aspek biologis yang melekat
pada diri sang pemimpin yaitu berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin
laki-lakidan perempuan. Hal tersebut kemudian mengakibatkan timbulnya istilah
ketimpangan gender (jenis kelamin laki-laki dan perempuan) yang kemudian
menempatkan perempuan pada kondisi yang tidak menguntungkan, walaupun perempuan
adalah sumber daya manusia yang bahkan di seluruh dunia jumlahnya jauh lebih
besar daripada laki-laki (Mathiz, 2003).
Dalam
dunia modern yang fokus kepada kompetensi dan performance, gender sudah bukan
merupakan faktor pembeda dominan. Hal ini terlihat dari pekerjaan yang dulunya
di dominasi kaum priasekarang dapat dikerjakan oleh kaum wanita dengan sangat
baik mulai, dinas ketentaraan, sopir Taxi /Bus,driver alat berat pertambangan,
mandor pertambangan, pengisian bahan bakar dan lain sebagainya, haltersebut
membuktikan bahwa pria dan wanita sama- sama memiliki kemampuan sampai saat
ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteleti,
karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami.
Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan
berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia bisnis,
gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan
kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting
dalam sebuah organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam
pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dariitu, tantangan
dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas terutama terletak pada
organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan (Porter, 2004).
Begitu
pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang
menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. menyatakan
bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagaifaktor terpenting yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi (Bass, 1990). Pimpinan
mempunyai pengaruh besar terhadapkeberhasilan organisasi. kepemimpinanmerupakan
suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi, karena kualitas suatu
organisasi dapat dilihat dari kerja sama antara anggota organisasi dan
pemimpinnya. Lazimnya, sebuah berkembangnya zaman, wanita pun mampu memimpin
sebuah organisasi. Telah banyak sosok wanita-wanita hebat yangmenjadi pemimpin,
baik itu sebagai presiden, direktur perusahaan, pemimpin organisasi atau
komunitas dan sebagai pemimpin lainnya. Pria dan wanita memiliki gaya
kepemimpinan yangberbeda. Pria lebih menggunakan norma keadilan sementara
wanita menggunakan norma persamaan. Pria juga menggunakan strategi yang lebih
luas dan lebih positif, perbedaan manajemen tidak akan terlihat jika wanita
memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Di Indonesia RA Kartini merupakan tokoh
penting bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah tokoh yang memperjuangkan
hak-hak perempuan seperti hak untuk belajar disekolah dan hak untuk memimpin
sebuah organisasi.
Seorang
wanita memiliki sifat demokratis dan rasa kepedulian yang tinggi. Hal ini
membuat wanita berkompeten untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi
sekalipun organisasi (Eagly, 1990). Namun apakah kepemimpinan Wanita dalam
organisasi akan lebih efektif dan memiliki performa yang lebih baik
dibandingkan dengan kepemimpinan pria? Dalam penulisan ini akan dibahas
mengenai pembahasan mengenai gaya kepemimpinan perempuan.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
- Apa yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan?
- Apakah kepemimpinan Wanita dalam organisasi akan lebih efektif dan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan kepemimpinan pria?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
- Untuk mengetahui tipe kepemimpinan.
- Untuk mengetahui kepemimpinan perempuan.
Pembahasan
A.
Pengertian Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan telah muncul
bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari
pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan
seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang
lain,terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini
tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan
kelebihan-kelebihan tertentu. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang kompleks dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam
melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas, atau objektif-objektif yang
dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin
itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan
dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan
kemahiran-kemahiran yang dimilikinya (Bass, 1990).
Kepemimpinan adalah entitas yang
mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Ada
banyak pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut
pandangmasing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa
kesamaan diantaranya: Menurut Nurkolis (2003) Kepemimpinan adalah proses
memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi selanjutnya definsi lain, yang cukup sederhana,
diajukan oleh Mullins (2005) kepemimpinan adalah a relationship through which
one person influencesthe behaviour or actions of other people. Definisi Mullins
menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku
atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat
berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun nonformal. Asalkan
terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut.
Seseorang hanya akan menjadi
seorang pemimpin yang efektif apabila secara genetika memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, kemudian bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui
kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinan serta ditopang oleh pengetahuan
teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat
umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
B. Tipe Kepemimpinan
(Sumber: kompasiana.com) |
Kepemimpinan yang efektif dan
efisien akan terwujud apabila dijalankan berdasarkan fungsi dan tujuan yang
telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus berusaha menjadi bagian dari situasi
kelompok atau organisasi yang dipimpinnya (Northouse, 2018). Dalam mewujudkan
tujuan dan fungsi kepemimpinan secara internal maka akan berlangsung suatu
aktifitas kepemimpinan dan aktifitas tersebut akan dipilah-pilah maka akan
terlihat secara jelas kepemimpinan dengan pola masing-masing. Pemimpin sebagai
mahluk Tuhan yang mempunyai karakter yang berbeda-beda dapat menentukan
jalannya sendiri. Organisasi yang dipimpinnya dapat digotongkan da1am berbagai
tipe atau bentuk yang dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli sebagai
berikut :
a. Tipe
Otoritas (Autocrat)
Otokrat berasal dari
perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi
otokrat berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi (Siagian, 2007). Dimana
setiap perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan
bawahannya dan harus dilakukan. Seorang pemimpin yang autokratik adalah seorang
yang sangat egois, egoisme yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan
kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan keinginannya apa yang secara
subjektif diinterprestasikan sebagai kenyataan.
b. Tipe
peternalistik
Persepsi seorang pemimpin
yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat diwarnai
oleh harapan para pengikutnya. Harapan itu pada umumnya terwujud keinginan agar
pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan
layaknya dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.
Ditinjau dari segi nilai organisasi yang dianut biasanya seorang pemimpin yang
peternalistik mengutamakan nilai kebersamaan, dalam organisasi yang dipimpin
oleh seorang pemimpin yang peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan
terlihat sangat menonjol. Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha
untuk memperlakukan semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan
serata mungkin.
c. Tipe
kharismatik
Tipe pemimpin
kharismatik ini memiliki kekuatan energi daya tarik yang bisa untuk
mempengaruhi orang lain. Sehingga ia mempunyai pengikut yang besar jumlahnya
(Kartono, 2010). Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang
di kagumi oleh orang banyak pengikut tersebut tidak selalu menjelaskan secara
kongkrit mengapa tipe pemimpin yang kharismatik sangat dikagumi. Orang
cenderung mengatakan bahwa orangorang tertentu yang memiliki "kekuatan
ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin
kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di pimpin oleh orang
kharismatik, tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap perilaku dan
gaya yang digunakan oleh pemimpin yang kharismatik mengunakan otokratik para
bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada seorang pemimpin yang kharismatik.
d. Tipe
demokratis
Kepemimpinan demokratis
berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para
pengikutnya. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Seorang pemimpin yang berdemokratis
dihormati dan disegani bukan ditakuti karena perilaku pemimpin demokratis dalam
kehidupan organisasional mendorong pada bawahannya menumbuh kembangkan daya
inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh pemimpin demokratis
mendengarkan pendapat, saran bahkan kritik dari orang lain, terutama dari
bawahannya. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan faktor manusia sebagai
faktor utama yang terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Tipe
demokrasi ini lebih menunjukan dominasi perilaku sebagai pelindung dan
penyelamat serta perilaku menunjukan dan mengembangkan organisasi atau
kelompok. Seorang pemimpin mengikut sertakan seluruh anggota kelompok dalam
mengambil keputusan. Pemimpin perusahaan yang bersifat demikian akan selalu
menghargai pendapat atau kreasi bawahannya. Pemimpin memberikan sebagian para
bawahannya turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program yang akan
dicapai (Yunus, 2009).
A. Kepemimpinan
Perempuan
Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat
dalam pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunan, tapi juga sebagai
fondasi yang berstruktur kuat. Perjuangan akan figure R.A. Kartini
dapatdirasakan dengan adanya pergerakkan emansipasi wanita. Keberadaan peran
wanita sebagai pimpinan kinimulai dihargai dan disetarakan. Sejalan dengan
gerakan emansipasi dan gerakan kesetaraan gender yang intinya berusaha menuntut
adanya persamaan hak wanita dalam berbagai bidang kehidupan, maka setahap demi
setahap telah terjadi pergeseran dalam mempersepsi tentang sosok wanita. Mereka
tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis
belakang, namun mereka bisa tampil di garis depan sebagai pemimpin yang sukses
dalam berbagai sektor kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum
lakilaki.Wanita memiliki kemampuan yang sama untuk berada di posisi puncak
dalam karier,” Faktanya, dalam berbagai organisasi saat ini, saat gaya
kepemimpinan yang keras dan kaku tidak lagi sesuai untuk karyawan, gaya
kepemimpinan wanita yang komprehensif serta nilai-nilai positif lainnya membuat
mereka lebih cocok untuk menduduki posisi puncak. Wanita dapat menjadi pemimpin
bila dididik dengan cara berbeda dan tidak melulu menganggap diri mereka
sebagai wanita melainkan bagian dari sesama manusia (Fitriani, 2015).
Dewasa ini, makin banyak wanita
yang bekerja di bidang pekerjaan laki-laki. Mereka tidak saja bisa bertahan,
namun juga sukses menjadi pemimpin. Kaum wanita pun bisa menunjukkan dirinya
sebagai makhluk yang luar biasa kuat dan berani, dan tidak kalah dari kaum
pria. Secara esensial dalam manajemen dan kepemimpinan pun pada dasarnya tidak
akan jauh berbeda dengan kaum pria. Beberapa tokoh perempuan yang berhasil
menjadi pemimpin, Margareth Tatcher di Inggris yang dijuluki sebagai “SiWanita
Besi”, Indira Gandhi di India, Cory Aquino di Philipina. Emansipasi bukan
diartikan pertukaran fungsi karena seorang pemimpin wanita yang memahami posisi
dirinya sebagai wanita jangan diartikan sebagai sebuah kelemahan melainkan
kekuatan & kecerdasan dalam menempatkan diri di rumah, dunia kerja, tempat
ibadah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Peran sebagai wanita tidak dapat
digantikan oleh kaum pria, maka secara tidak langsung pemimpin wanita sudah
memiliki ekstra posisi yang tidak dapat digantikan.Dengan memberi kesempatan
dan menyemangati wanita untuk berperan sebagai pemimpin,pemerintah dan
organisasi dapat memperluas bakat yang ada,” Berdasarkan dari hasil penelitian
terdahulu, peneliti menemukan lima ciri yang banyak dimiliki oleh wanita
pemimpin:
1) Kemampuan
untuk membujuk, wanita pemimpin umumnya lebih persuasif bila dibandingkan
dengan pria, la cenderung lebih berambisi dibandingkan pria – keberhasilannya
dalam membujuk orang lain untukberkata “ya” akan meningkatkan egonya dan
memberinya kepuasan. Meskipun demikian, saat memaksakan kehendaknya, sisi
sosial, feminin, dan sifat empatinya tidak akan hilang,
2) Membuktikan
kritikan yang salah, mereka “belum bermuka tebal”, wanita pemimpin memiliki
tingkat kekuatan egoyang lebih rendah dibandingkan pria, artinya mereka masih
bisa merasakan rasa sakit akibat penolakan dan kritik. Namun, tingkat
keberanian, empat, keluwesan, dan keramahan yang tinggi membuat merekacepat
pulih, belajar dari kesalahan, dan bergerak maju dengan sikap postif “akan saya
buktikan”,
3) Semangat
kerja tim, wanita pemimpin yang hebat cenderung menerapkan gaya kepemimpinan
secara komprehensif saat harus menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
Mereka juga lebih fleksibel, penuh pertimbangan, dan membantu stafnya.
Bagaimanapun, wanita masih harus banyak belajar dari pria dalam hal ketelitian
saat memecahkan masalah dan membuat keputusan,
4) Sang
pemimpin, Wanita pemimpin yang hebat umumnya memiliki karisma yang kuat, begitu
juga pria. Mereka persuasif, percayadiri, serta berkemauan kuat untuk
menyelesaikan tugas dan energik,
5) Berani
mengambil risiko, tidaklagi berada di wilayah yang aman, wanita pemimpin pada
dasarnya berani melanggar aturan dan mengambil risiko, sama seperti pria
sekaligus memberi perhatian yang sama pada detail. Merekaberspekulasi di luar
batas-batas perusahaan, dan tidak sepenuhnya menerima aturan struktural yang
ada, seperti peraturan dan kebijakan perusahaan.
Pada
dasarnya, wanita memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin.
Merekacenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking—mampu
mengerjakan beberapa hal sekaligus. Wanita juga memiliki bakat untuk menjalin
networking dan melakukan negosiasi. Demikian menurutHelen Fisher, seorang
penulis dan profesor di Rutgers University. Kemampuan-kemampuan itu tentu
sajatidak eksklusif hanya ada pada wanita. Namun ketimbang lakilaki, kaum
wanita yang cenderung lebih sering menunjukkan sifat-sifat tersebut. Wanita
juga bertanggung jawab dan suka mengatasi tantangan-tantangan dalam
pekerjaannya. Ada banyak tantangan yang dihadapi kaum wanita dalam mendaki
puncak karier di organisasi.
Salah
satu yang utama adalah faktor budaya. Sejak jaman dahulu, wanita dan laki-laki
telah melakukan pekerjaan yang berbeda. Tugas-tugas yang mereka kerjakan
membutuhkan keahlian yang berbeda. Faktor budaya ini juga mempengaruhi
bagaimana cara wanita dan laki-laki bertindak dan berpikir. Faktor budayaini
juga terlihat dalam organisasi. Laki-laki dituntut untuk bersikap tegas dalam
memimpin. Tetapi ketika wanita bersikap tegas, dia kerap disebut agresif.
Kebanyakan pemimpin laki-laki juga mementor anak buahnya yang laki-laki. Masih
jarang ada pemimpin laki-laki yang mementor wanita. Dari contoh tersebut,
terlihat bahwa masalah budaya menjadi faktor utama dalam kemajuan perempuan.
Dalam
kehidupan jaman modern saat ini wanita tidak lagi dilihat sebelah mata. Wanita
jaman sekarang sudah memiliki kekuatan untuk berdiri sejajar dengan pria.
Banyak wanita pekerja keras, yang bahkan ada yang bekerja untuk membantu
menambah penghasilan orangtuanya ketika mereka sudah dewasa, atau bahkan
membantu suaminya mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari. Peran wanita
dalam segala aspek memiliki peran yang sangat penting. Wanita dewasa ini mampu
menempatkan dirinya dalam lingkungan yang berbeda-beda. Berbeda dalam hal ini
adalah, ketika wanita menjadi seorang istri dari suami yang dicintainya,
kedudukannya sebagai istri tentunya menurut kepada suami, membantu melayani
suami dalam segala permasalahan rumah tangga. Wanita mampu mendampingi suami
dalam situasi apapun (Angraeni, 2020:56).
Pada
era ini wanita memiliki banyak kesempatan untuk lebih mengembangkan diri,
menyuarakan aspirasi wanita lain dan saling membantu dalam meningkatkan
kepercayaan diri. Kedudukan wanita yang diperjuangkan untuk mendapat kesetaraan
dengan pria di mata masyarakat saat ini sudah mulai terlihat. Hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya wanita yang memulai terjun ke dalam urusan publik.
Wanita saat ini tidak lagi terikat dalam urusan domestik tetapi sudah ada yang
memulai untuk menjangkau urusan publik baik dalam tatanan pemerintahan
(politik), sektor ekonomi, dan bidang pendidikan. Keterlibatan wanita dalam
berbagai ranah publik saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya wanita menjadi pemimpin dalam suatu
organisasi baik nasional maupun internasional dan melahirkan berbagai macam
prestasi. Keikutsertaan wanita sebagai pemimpin di masyarakat memberikan nuansa
baru bagi perkembangan pandangan masyarakat terhadap wanita itu sendiri. Wanita
tidak lagi dilihat sebagai sosok yang lemah.
KESIMPULAN
Efektivitas kepemimpinan tidak tergantung pada jenis kelamin seseorang, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas kepemimpinan individu, karakteristik pribadi, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin.
Berdasarkan
penelitian dan pengamatan, terdapat manfaat unik yang terkait dengan
kepemimpinan wanita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung
lebih berempati, kolaboratif, dan memiliki kecenderungan untuk mengadopsi gaya
kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan partisipatif dapat merangsang
partisipasi anggota tim, membangun hubungan yang kuat, dan mendorong
keberagaman pendapat yang mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih baik.
Namun,
penting untuk diingat bahwa tidak semua wanita memiliki karakteristik ini, dan
beberapa pria juga dapat mempraktikkan gaya kepemimpinan yang sama. Ada beragam
gaya kepemimpinan yang efektif, termasuk kepemimpinan transformasional,
transaksional, demokratis, otoriter, dan lainnya. Setiap gaya kepemimpinan
dapat berhasil dalam konteks yang berbeda tergantung pada tugas, lingkungan,
dan karakteristik tim yang dipimpin.
Penting
untuk tidak menggeneralisasi bahwa satu jenis kelamin secara umum lebih efektif
dalam kepemimpinan. Dalam upaya mencapai kesetaraan gender, penting untuk
memilih pemimpin berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kemampuan mereka,
tanpa memandang jenis kelamin mereka.
Jadi,
kesimpulannya, tidak dapat dikatakan dengan pasti bahwa kepemimpinan wanita
secara keseluruhan lebih efektif daripada kepemimpinan pria. Efektivitas
kepemimpinan tergantung pada sejumlah faktor yang kompleks dan individual yang
tidak dapat disederhanakan menjadi perbedaan gender semata.
DAFTAR PUSTAKA
Bass, B. M.
1990. Handbook of leadership: Theory, research & managerial applications
(3rd Ed). New York: The Free Press.
Eagly,
A.H., and johnson, B.T. 1990. Gender and Leadership style: A Meta Analisys CHIP
Documents.
Fitriani,
A. (2015). Gaya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi
Politik Islam, 11(2), 1-22.
Gibson,
James, L. 2005. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses . Edisi ke 5. Cetakan
ke 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartono,
K. (2018). Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press.
Mathis,
Robert dan John Jackson. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Buku 2. Jakarta:
PT. Salemba 4.
Mullins
J. Laurie. 2005. Management and Organisational Behavior, 7thEdition. Essex:
Pearson Education Limited.
Nawawi,
Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
Nurkolis.
2003. Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi", Grasindo.
Porter,
L. W., Crampon, W. J., & Smith, F. J. 2004. Organizational commitment and
managerial turnover. Organizational Behavior and Human Performance.
Siagian,
Y. M. (2007). Leadership Non Finito. Jakarta: Grasindo
Yunus, A. L.
(2009). Leadership model: Konsep dasar, dimensi kinerja, dan gaya kepemimpinan.
Malang: UIN-Maliki Press
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.