Manajemen kinerja (MK) adalah aktivitas untuk
memastikan bahwa sasaran organisasi
telah dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien.
Manajemen kienrja bisa berfokus pada kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan
proses untuk menghasilkan produk atau layanan, dan juga di area yang lain.
Baik di tingkatan organisasi ataupun individu, salah satu fungsi
kunci dari manajemen adalah mengukur dan mengelola kinerja. Antara gagasan,
tindakan dan hasil terdapat suatu perjalanan yang harus ditempuh. Dan
barangkali istilah yang paling sering digunakan di keseharian yang
menggambarkan perkembangan dari perjalanan tersebut dan juga hasilnya adalah
"kinerja" (Brudan 2010).
Kinerja sendiri adalah suatu hal yang berorientasi ke
masa depan, disesuaikan spesifik berdasarkan kondisi khusus dari setiap
organisasi/individu dan didasarkan atas suatu model kausal yang menghubungkan
antara input dan output (Lebas 1995).
Mengapa Manajemen Kinerja Diperlukan?
Suatu
organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuan
organisasi menunjukkan hasil kerja/prestasi organsisasi dan menunjukkan kinerja
organisasi. Hasil kerja organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang
dijalankan. Aktivitas tersebut dapat berupa pengelolaan sumberdaya organisasi
maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai
hasil yang diharapkan, diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan
aktivitasnya. Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana
mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen
kinerja bukannya memberi manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada
manajer dan individu. Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah
menyesuaikan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki
kinerja , memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai
inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar
ketrampilan, mengusahakan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan
basis perencanaan karier, membantu menahan pekerja terampil agar tidak
pindah, mendukung inisiatif kualitas total dan pelayanan pelanggan, mendukung
program perubahan budaya.
Bagi
manajer, manfaat manajemen kinerja antara lain: mengupayakan klarifikasi
kinerja dan harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara
berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan
nonfinansial pada staf, membantu karyawan yang kinerjanya rendah, digunakan
untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan
pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan
tingkat kompensasi.
Bagi
individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas peran
dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan
kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar
objektivitas dan kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan
rencana perbaikan cara bekerja dikelola dan dijalankan.
C. Prinsip Dasar
Terdapat
10 prinsip dasar manajemen kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi
kinerja organisasi.
- Menghargai Kejujuran
- Memberikan Pelayanan
- Tanggung jawab
- Dirasakan seperti bermain
- Adanya perasaan kasihan
- Adanya perumusan tujuan
- Terdapat konsensus dan kerja sama
- Sifatnya berkelanjutan
- Terjadi komunikasi dua arah
Mendapatkan
umpan balik
D. Proses Manajemen Kinerja
Manajemen
kinerja membutuhkan berbagai masukan yang harus dikelola agar dapat saling
bersinergi dalam mencapai tujuan organisasi. Masukan tersebut berupa:
sumberdaya manusia (SDM), modal, material, peralatan dan teknologi serta metode
dan mekanisme kerja.
Manajemen
kinerja diawali dengan perencanaan tentang bagaimana merencanakan tujuan yang
diharapkan di masa yang akan datang, dan menyusun semua sumberdaya dan
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Keluaran
merupakan hasil langsung dari kinerja organisasi, baik dalam bentuk barang
maupun jasa. Hasil kerja yang dicapai organisasi harus dibandingkan dengan
tujuan yang diharapkan . Keluaran dapat lebih besar atau lebih rendah dari
tujuan yang telah ditetapkan. Bila terdapat deviasi akan menjadi umpan balik
dalam perencanaan tujuan yang akan datang dan impelementasi kinerja yang sudah
dilakukan.
Selain
memperhatikan keluaran, manajemen kinerja juga memperhatikan manfaat dari hasil
kerja. Dampak hasil kerja dapat bersifat positif bagi organisasi, misalnya
karena keberhasilan seseorang mewujudkan prestasinya berdampak meningkatkan
motivasi sehingga semakin meningkatkan kinerja organisasi. Tetapi dampak
keberhasilan sesorang dapat bersifat negatif, jika karena keberhasilannya ia
menjadi sombong yang akan membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif.
Model Manajemen Kinerja
Manajemen
kinerja Deming menggambarkan keseluruhan proses manajemen kinerja seperti
Hasil
kegiatan monitoring dan review dapat menyimpulkan bahwa kemajuan telah dicapai
sesuai dengan rencana. Tetapi jika terdapat deviasi antara rencana dengan
kemajuan yang telah dicapai. Dalam keadaan demikian perlu dilakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai
pada waktunya. Bila hal itu tidak memungkinkan, langkah yang dapat diambil
adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses kinerja akan berulang
kembali melalui tahapan-tahapan tersebut di atas.
Torrington
dan Hall menggambarkan proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih
dahulu harapan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan dari suatu kinerja.
Kemudia, ditentukan dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai
tujuan. Sementara pelaksanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali
(review) dan penilaian kinerja. Langkah selanjutnya melakukan pengelolaan
terhadap standar kinerja. Strandar kinerja harus dijaga agar tujuan yang
diharapkan dapat dicapai.
Model
Costello digambarkan dalam bentuk Siklus dimulai dengan melakukan persiapan
perencanaan sehingga dapat dibuat suatu rencana dalam bentuk rencana kinerja
dan pengembangan. Untuk meningkatkan kinerja, diberikan coaching pada SDM dan
dilakukan pengukuran kemajuan kinerja. Peninjauan kembali selalu dilakukan
terhadap kemajuan pekerjaan dan bila diperlukan dilakukan perubahan rencana.
Coaching dan review dilakukan secara berkala dan akhir tahun dilakukan
penilaian kinerja tahunan dan dipergunakan untuk meninjau kembali pengembangan.
Akhirnya, hasil penilaian tersebut digunakan untuk mempertimbangkan
penggajian dan menjadi umpan balik untuk rencana tahun berikutnya.
Model
Armstrong dan Baron, Proses manajemen kinerja dilihat sebagai suatu rangkaian
aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar dapat mencapai hasil yang
diharapkan. Urutan manajemen kinerja oleh Armstrong dan Baron digambarkan sbb: \
- Misi Organisasi dan Tujuan Strategis; merupakan titik awal proses manajemen kinerja. Misi dan tujuan strategis dijadikan acuan bagi tingkatan manajemen di bawahnya. Perumusan misi dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya harus sejalan dengan tujuan tersebut dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada prestasi.
- Rencana dan Tujuan Bisnis dan Departemen; merupakan penjabaran dari misi organisasi dan tujuan strategis. Pada kasus tertentu rencana dan tujuan bisnis ditetapkan lebih dahualu, kemudian dijabarkan dan dibebankan pada departemen yang mendukungnya. Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa kemampuan departemen menjadi faktor pembatas dalam menentapkan rencana dan tujuan bisnis. Bila hal ini terjadi, tujuan departemen ditentukan lebih dahulu.
- Kesepakatan Kinerja dan Pengembangan; merupakan kesepakatan yang dicapai antara individu dengan manajernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya, biasanya dicapai pada rapat formal. Proses kesepakatan kinerja menjadi mudah jika kedua pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji ulang progres terhadap sasaran yang disetujui. Kontrak kinerja merupakan dasar untuk mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja. Kontrak kinerja juga menjadi dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bawahan.
a.
Rencana Kinerja dan
Pengembangan; merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang perlu
dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan
ketrampilan dan kompetensinya dan bagaimana manajer dapat memberikan dukungan
dan bimbingan yang diperlukan.
b.
Tindakan Kerja dan
Pengembangan; manajemen kinerja membantu orang untuk siap bertindak
sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
c.
Monitoring dan Umpan Balik
berkelanjutan; konsep terpenting dan sering berulang adalah proses
mengelola dan mengembangkan standar kinerja. Dalama hal ini dibutuhkan sikap
keterbukaan, kejujuran, bersifat positif dan terjadinya komunikasi dua arah
antara supervisor dan pekerja sepanjang tahun.
d.
Review Formal dan Umpan
Balik;
dalam melakukan review, pimpinan memberi kesempatan kepada bawahan untuk
memberi komentar tentang kepemimpinan. Review mencakup tentang: pencapaian
sasaran, tingkat kompetensi yang dicapai, kontribusi terhadap nilai-nilai utama,
pencapaian pelaksanaan rencana, pengembangan pribadi, pertimbangan tentang masa
depan, perasaan dan aspirasi tentang pekerjaan, dan komentar terhadap dukungan
manajer. Hasil review menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja.
e.
Penilaian Kinerja Menyeluruh;
penilaian dilakukan dengan melihat hasil atau prestasi kerja. Tingkatan
penilaian dapat bervariasi tergantung pada jenis organisasi dan pekerjaan
yang dilakukan.
Daftar pustaka :
5.
Brudan, A (2010).
"Rediscovering performance management: systems, learning and
integration". Measuring Business Excellence 14 (1).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.