Kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah sikap yang diperlihatkan oleh seorang individu terhadap apa yang menjadi
pekerjaannya (pekerjaan dan konteks kerja). kepuasan kerja karyawan merupakan
hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen sebuah pekerjaan
karena kepuasan kerja karyawan dapat menghasilkan pekerjaan yang optimal.
tetapi dalam beberapa survey, biasanya memiliki permasalahan dalam menentukan kepuasan kerja, yaitu susahnya menjawab pertanyaan langsung mengenai kepuasan kerja, nilai-nilai budaya yang sulit dalam membandingkan kepuasan kerja di seluruh negara, dan perubahan kepuasan kerja terhadap kondisi ekonomi.
tetapi dalam beberapa survey, biasanya memiliki permasalahan dalam menentukan kepuasan kerja, yaitu susahnya menjawab pertanyaan langsung mengenai kepuasan kerja, nilai-nilai budaya yang sulit dalam membandingkan kepuasan kerja di seluruh negara, dan perubahan kepuasan kerja terhadap kondisi ekonomi.
Ada beberapa indikasi yang harus diketahui
perusahaan yang menjadi tanda-tanda ketidakpuasan, yaitu model
exit-voice-loyalty-neglect (EVLN). jika tanda-tanda ini sudah terlihat, maka
pihak perusahaan harus segera bertindak untuk membuat karyawan tersebut
memiliki kepuasan terhadap apa yang menjadi tugas dalam pekerjaannya.
1)
Exit , Ketidakpuasan ditunjukkan melalui pengunduran
diri dari perusahaan dan mencari pekerjaan baru yang dianggap dapat memberikan
kepuasan kerja daripada perusahaan sebelumnya. ini merupakan kondisi terparah
yang menjadi tanda tidak tercapainya kepuasan kerja karyawan.
2) Voice , Ketidakpuasan
ditunjukkan melalui usaha secara aktif dan
konstruktif untuk memperbaiki keadaan, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah
dengan atasan, dan berbagai bentuk aktivitas perserikatan. secara
ekstrem respon voice dapat berupa unjuk rasa.
3) Loyalty , Ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi
optimistik dengan menunggu
kondisi untuk memperbaiki, termasuk dengan berbicara bagi organisasi
dihadapan kritik eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemen melakukan hal yang benar.
4) Neglect, Ketidakpuasan ditunjukkan
melalui tindakan secara pasif membiarkan kondisi semakin buruk, termasuk kemangkiran atau keterlambatan secara kronis, mengurangi
usaha, dan meningkatkan tingkat kesalahan.
oleh karena itu, jika suatu perusahaan
semakin hari semakin banyak yang mengundurkan diri, maka perusahaan harus
segera mengambil langkah untuk segera meningkatkan kepuasan kerja karyawannya
agar tidak berakhir dengan kepailitan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja
Menurut Hasibuan
(2007) kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1) Balas
jasa yang adil dan layak.
2) Penempatan
yang tepat sesuai dengan keahlian.
3) Berat
ringannya pekerjaan.
4) Suasana
dan lingkungan pekerjaan.
5) Peralatan
yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
6) Sikap
pimpinan dalam kepemimpinannya.
7) Sifat
pekerjaan monoton atau tidak.
Kepuasan kerja
karyawan banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam kepemimpinan.
Kepemimpinan partisipasi memberikan kepuasan kerja bagi karyawan, karena
karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya untuk menentukan kebijaksanan
perusahaan. Kepemimpinan otoriter mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan.
Kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan.
Menurut Robbins
dan Judge (2009) ada 21 faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja, yaitu
otonomi dan kebebasan, karir benefit, kesempatan untuk maju, kesempatan
pengembangan karir, kompensasi/gaji, komunikasi antara karyawan dan manajemen,
kontribusi pekerjaan terhadap sasaran organisasi, perasaan aman di
lingkungan kerja, kefleksibelan untuk menyeimbangkan kehidupan dan
persoalan kerja, keamanan pekerjaan, training spesifik pekerjaan,
pengakuan manajemen terhadap kinerja karyawan, keberartian pekerjaan,
jejaring, kesempatan untuk menggunakan kemampuan atau keahlian, komitmen
organisasi untuk pengembangan, budaya perusahaan secara keseluruhan,
hubungan sesama karyawan, hubungan dengan atasan langsung, pekerjaan itu
sendiri, keberagaman pekerjaan.
Luthans (2005)
menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal-hal
utama dengan mengingat dimensi-dimensi paling penting yaitu gaji, pekerjaan itu
sendiri, promosi, pengawasan, kelompok kerja dan kondisi kerja. Nelson
and Quick (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5
dimensi spesifik dari pekerjaan, yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri,
kesempatan promosi, supervisi, dan rekan kerja.
Byars and Rue
(2005), menyatakan bahwa sistem reward organisasi sering mempunyai
dampak signifikan pada tingkat kepuasan kerja karyawan. Di samping dampak
langsung, cara reward extrinsik diberikan dapat mempengaruhi
reward intrinsik
(dan kepuasan) dari penerima. Sebagai contoh jika tiap orang
menerima peningkatan gaji 5 persen adalah sulit untuk mendapatkan
penyelesaian reward. Namun demikian jika kenaikan gaji dikaitkan langsung
dengan kinerja, seorang karyawan yang menerima peningkatan gaji
yang besar akan lebih mungkin mengalami perasaan penyelesaian dan
kepuasan. Ada lima komponen utama kepuasan kerja, yaitu:
1) Sikap
terhadap kelompok kerja
2) Kondisi
umum pekerjaan
3) Sikap
terhadap perusahaan
4) Keuntungan
secara ekonomi
5) Sikap
terhadap manajemen
Komponen lain mencakup kondisi pikiran
karyawan tentang pekerjaan itu sendiri dan kehidupan secara umum. Sikap
seorang karyawan terhadap pekerjaan mungkin positif atau negative. Kesehatan,
usia, tingkat aspirasi, status sosial, kegiatan sosial dan
politik dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Menurut Kreitner
dan Kinicki (2005) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya kepuasan yaitu:
1) Need
fulfillment (pemenuhan kebutuhan). Model ini
mengajukan bahwa kepuasan ditentukan tingkatan karakteristik pekerjaan
yang memungkinkan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Discrepancies (perbedaan). Model
ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh
individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar daripada apa yang
diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya diperkirakan
individu akan puas apabila mereka menerima manfaat diatas harapan.
3) Value
attainment (pencapaian nilai). Gagasan value attainment adalah
bahwa kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan
nilai kerja individual yang penting.
4) Equity (keadilan). Dalam
model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil
individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari persepsi
orang bahwa perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih
menguntungkan dibandingkan dengan perbandingan antara keluaran dan masukkan
pekerjaan lainnya.
5) Dispositional/genetic
components (komponen genetik). Beberapa
rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan kerja, sedangkan
lainnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa
kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik.
Model menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti penting untuk
menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik lingkungan pekerjaan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.