Oleh:
Renward Panyel Siahaan
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap produktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam organisasi seperti kemangkiran, konflik manager-pekerja dan perputaran karyawan. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya motivasi, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam organisasi seperti kemangkiran, konflik manager-pekerja dan perputaran karyawan. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya motivasi, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Kepuasan dapat dirumuskan sebagai respon
umum pekerja berupa perilaku yang ditampilkan oleh karyawan sebagai hasil
persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Seorang pekerja
yang masuk dan bergabung dalam suatu organisasi mempunyai seperangkat
keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masa lalu yang menyatu dan
membentuk suatu harapan yang diharapkan dapat dipenuhi di tempatnya bekerja.
Kepuasan kerja ini akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja
dan kenyataan yang didapatkan ditempat bekerja. Persepsi pekerja mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kepuasan kerja melibatkan rasa aman,
rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status dan kebanggaan. Dalam
persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pekerja yang bersangkutan yang
meliputi interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan
kesempatan promosi. Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian
antara kemampuan dan keinginan pekerja dengan kondisi organisasi tempat bekerja
yang meliputi jenis pekerjaan, minat, bakat, penghasilan dan insentif.
Menurut Locke dalam Munandar (2001:350)
tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya.
Keyakinan bahwa karyawan yang terpuaskan akan lebih produktif daripada karyawan
yang tak terpuaskan merupakan suatu ajaran dasar diantara para manajer selama
bertahun-tahun (Robbins, 2006:26). Pekerja yang mempunyai
kepuasan kerja akan lebih produktif daripada pekerja yang tak terpuaskan.
Berdasarkan berbagai definisi tentang kepuasan kerja yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan individu
terhadap penilaian puas atau tidak puasnya pada pekerjaan, dan lingkungan
kerjanya.
Kepuasan kerja di PT Lab IND dapat
dirasakan berdasarkan pemberian bonus bagi karyawan yang berprestasi, sehingga
memberikan motivasi untuk bekerja lebih giat. Selain itu juga diperoleh
tindakan yang adil tanpa membeda-bedakan pekerja dalam memberikan penilaian,
lingkungan kerja yang aman, kondusif sehingga membuat para pekerja merasa
nyaman dalam pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan bagian dari faktor lingkungan
yang diteliti terdiri dari iklim psikologis.
Iklim psikologis (psychological climate)
merupakan rangkuman deskriptif karyawan terhadap pengalaman mereka dalam
organisasi (Jones & James, 1979). Adapun kepuasan kerja adalah perasaan seseorang
terhadap pekerjaan secara keseluruhan ataupun terhadap berbagai aspek dalam
pekerjaan. Dari definisi mengenai iklim psikologis dan kepuasan
kerja,
kedua variabel ini dapat dilihat sebagai faktor yang ada dalam diri seseorang.
Namun peneliti menetapkan kedua variabel ini sebagai faktor ingkungan karena
kepuasan kerja dan iklim psikologis terbentuk sebagai pengalaman seseorang atas
lingkungan kerjanya.
Penelitian-penelitian yang dilakukan
Gunz dan Gunz (1994), Knoop (1995), serta Young, Worchel, dan Woehr (1998)
menemukan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.
Namun belum ada penelitian yang melihat pengaruh iklim psikologis terhadap
komitmen organisasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
dua faktor besar yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu faktor pribadi
dan faktor lingkungan. Faktor pribadi terdiri dari masa kerja dan trait kepribadian, sedangkan faktor lingkungan
terdiri dari iklim psikologis dan kepuasan kerja. Peneliti berpendapat bahwa
kedua faktor tersebut secara bersama-sama memberikan pengaruh yang bermakna terhadap
komitmen dosen pada universitas. Selain itu, peneliti memperkirakan bahwa
faktor pribadi memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap komitmen
organisasi dibandingkan faktor lingkungan karena faktor pribadi bersifat lebih
menetap dan lebih sulit untuk diubah dibandingkan faktor lingkungan. Dari dua
faktor lingkungan, peneliti berpendapat bahwa
kepuasan
kerja memiliki pengaruh langsung terhadap pekerja di PT. LAB IND, sedangkan
iklim psikologis memberikan pengaruh tidak langsung yaitu melalui kepuasan
kerja. Pendapat ini didasarkan pada pemikiran bahwa kepuasan pegawai terhadap
pekerjaannya merupakan bentuk perasaan suka atau tidak suka pada pekerjaannya
yang muncul sebagai hasil persepsi pegawai terhadap situasi dan kejadian di
lingkungan kerjanya, yaitu setiap departemen kerja. Ini berarti, iklim
psikologis yang dipersepsikan pegawai menimbulkan kepuasan kerja, dan kepuasan
kerja yang dirasakan pegawai membentuk komitmen pegawai pada perusahaan
(Sineati 2006)
DAFTAR
PUSTAKA
A,S,
Munandar. 2001. Psikologi Industri dan
Organisasi. Depok. Penerbit.UIPress
Robbins,
Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi.
Edisi kesepuluh. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Seniati,
Liche. 2006. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 10, No. 2
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.